Inilah Sejarah Pembangunan Ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar
INDOWORK.ID, BAKAUHENI: Tim Redaksi Indowork.id menyusuri JTTS mulai dari Bakauheni-Terbanggi Besar, kemudian ke Pematang Panggang, Kayu Agung dan berakhir di Palembang. Ahad, 22 Agustus 2021 perjalanan dilanjutkan ke ruas Palembang-Indralaya.
Inilah sejarah pembangunan tol yang dapat menjadi roda penggerak utama pemerataan perekonomian di daerah-daerah terutama di Sumatera itu.
Peletakan batu pertama Tol Bakauheni-Terbanggi Besar dilakukan oleh Presiden Jokowi pada 30 April 2015, sekaligus menjadi tonggak awal pengerjaan Tol Trans Sumatera yang menghubungkan Lampung-Aceh sepanjang lebih kurang 2.700 Km, termasuk tiga lintas penghubungnya.
Ingatan saya melambung ke 14 tahun lalu ketika pada 2007 telah diselesaikan desain Tol Trans Jawa oleh Kementerian PUPR bersama KOICA (Korean International Cooperation Agency) dilanjutkan dengan keluarnya Perpres No. 100 tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.
Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) Tol Bakaheuni – Terbanggi Besar dilakukan pada 4 September 2015 dan terbitnya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) pada Mei 2016. Kemudian, pada Mei 2016 jalan tol mulai dibangun hingga beberapa ruas Bakauheni-Terbanggi Besar telah diresmikan Presiden Jokowi pada 20 Januari 2018 lalu.
Ruas-ruas JTTS tersebut berada pada Paket 1 Bakauheni-Sidomulyo segmen Pelabuhan Bakauheni sampai Simpang Susun (SS) Bakauheni sepanjang 8,9 km, dan di Paket 2 Sidomulyo-Kotabaru segmen SS Lematang sampai SS Kotabaru sepanjang 5,6 km.
Ketika memasuki pintu gerbang, saya merasakan optimisme atas kehadirann sarana infrastruktur itu sehingga transportasi dan distribusi lebih mudah. Peresmian tol ini menjadi sejarah karena menjadikan Tol Trans Sumatera sebagai tol terpanjang di Indonesia dengan panjang mencapai 140,9 kilometer.
Lalu Lintas Harian
Berdasarkan catatan Indowork.id, PT Hutama Karya (Persero) menyatakan angka lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) akan turun selama musim mudik Lebaran 2021. Penurunan LHR tersebut dinilai disebabkan oleh kebijakan pelarangan mudik.
Executive Vice President Divisi Operasi dan Pemeliharaan Jalan Tol Hutama Karya J. Aries Dewantoro meramalkan LHR JTTS akan turun sekitar 20 persen dibandingkan dengan hari biasa. Komposisi kendaraan golongan I telah berkurang dari 80 persen menjadi 70 persen saat menjelang pelarangan mudik.