Awal Mula WIKA Mengembangkan Beton (1)
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Krisis yang terjadi pada 1965 memberi pelajaran berharga bagi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Tidak mudah untuk tetap bertahap hidup pada situasi yang sulit.
Segala daya dan upaya telah dilakukan agar perusahaan tetap memiliki pemasukan. Tapi badai pasti berlalu, akan datang musim hujan, masa-masa sulit berganti dengan musim tanam. Saatnya merencanakan kembali apa yang ingin disemai untuk masa panen kelak.
Pelajaran yang didapat dari krisis adalah bahwa menjadi perusahaan dengan bisnis instalasi listrik saja tidaklah cukup. Seperti ikan kecil yang berada di lautan, sangat rentan sekali diguncang ombak yang besar.
Omsetnya terlalu kecil untuk bisa menghadapi berbagai guncangan eksternal. Muncul ide untuk bisa naik ke jenjang yang lebih tinggi yaitu menjadi perusahaan jasa konstruksi. WIKA ingin menjadi ikan besar yang bisa berenang di samudra luas menantang ombak.
Untuk mendukug hal itu, perusahaan melakukan pembenahan manajemen. Terjadi perombakan dalam tubuh WIKA. Pergantian pemimpin dilakukan, saat itu, Dirut WIKA Moeljadi dipindahkan ke Ditjen Gatrik. Sebagai gantinya diangkatlah L. Soedarto yang sebelumnya menjabat pemimpin proyek Karangkates di bawah PLN.
Pada waktu yang hampir bersamaan, masuklah beberapa anak muda bernama Suklan Sumintapura yang baru saja menyelesaikan pendidikan manajemen industri di negeri Belanda.
Sebelumnya dia mengabil S1 di Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada usia 26 tahun, WIKA mempercayakan tugas kepadanya sebagai kepala cabang WIKA Jakarta merangkap deputi direktur.
Perpaduan antara anak muda dan kepemipinan baru saat itu menemui kebulatan tekad untuk mengembangkan bisnis ke jasa konstruksi. Kebetulan sekali Dirut WIKA saat itu L. Soedarto memiliki latar belakang pendidikan teknik sipil.
Dia menyambut dengan baik ide tersebut. Tak menunggu lama, dia pun membicarakan rencana itu kepada Departemen PUTL, tempat di mana WIKA bernaung saat itu.
Warkita Tarsam mengingat bahwa untuk memuluskan rencana itu WIKA mendapatkan tambahan orang yang dimagangkan oleh Nindya Karya bernama Suyono Ardi. Pada kemudian hari, dia banyak dipercaya menjadi manajer proyek konstruksi gedung di Jakarta.
Selain itu, ada juga rekrutmen orang baru lulusan STM Teknik Sipil bernama Barimoersito yang banyak menangani proyek sipil.
Berkat kedekatan WIKA dengan Moeljadi yang dipindahtugaskan ke Ditjen Gatrik. Maka terbukalah akses ke PLN. Dari sanalah WIKA mendapatkan kesempatan pertama untuk membangun power station secara simultan di berbagai daerah.
Spesifikasinya masih berukuran skala menengah, pasar yang enggan diambil oleh kontraktor besar. Tapi kendalanya, WIKA belum pernah sama sekali mengerjakan proyek konstruksi. Ini adalah yang pertama kalinya.
BACA JUGA: Kisah Awal WIKA Sebagai Perusahaan Nasional (BUMN)