Liputan Seru, dari Kramat Tunggak ke Masjid Istiqlal
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Suatu hari awal jadi reporter pada awal 1980-an, di Lokalisasi Kramat Tunggak, saya terperangah. Di kota ini ternyata ada pasar seks nan luas dan terbuka.
Lokalisasi Kramat Tunggak adalah sebuah lokalisasi untuk pelacuran yang pernah ada di daerah Kramat Jaya, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Namun kini telah ditutup dan diganti dengan Jakarta Islamic Centre. Pada masanya, lokalisasi ini diakui sebagai yang terbesar se-Asia Tenggara.
Didorong naluri ingin tahu, dari pintu gerbang menyusuri lorong-lorong lurus mirip jalanan pada kawasan real estate beda kelas. Sambil tengok kanan-kiri ke arah bangunan, tampak serambi depannya berjejer kursi plus meja tamu.
NGAMAR YUK!
Dari arah kerumunan penjaja ‘cinta’ berpose syur terdengar ajakan, “Hai cowok, sini. Ngamar yuk!”
Dada terguncang. Napas tersenggal-sengal. Suhu badan pun meradang. Bukan lantaran sengatan matahari, melainkan itu, itu lho! Heum…
Maklumlah, bukan remaja gangguan mental, melainkan normal jasmani-rohani. Dan perempuan muda di depan mata ini, mirip penampakkan artis top ibukota. Beda sentuhan kelas salon kecantikan doang.
Tanpa dinyana, ada panggilan via handy talkie (HT). Isi pesan dari seorang pimpinan agar segera meluncur ke Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Meliput acara peringatan hari besar keagamaan dihadiri sejumlah tokoh. “Segera ke TKP!” ucapnya.
NORMAL KEMBALI
Kurang sejam silam, masih berada di lembah hitam terluas se-Asia Tenggara. Kini di dalam masjid yang juga terbesar se-ASEAN bersama umat dalam suasana syahdu. Suhu badan kembali normal.
Masjid Istiqlal adalah masjid nasional negara Republik Indonesia yang terletak di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut Lapangan Medan Merdeka yang di tengahnya berdiri Monumen Nasional, di pusat ibu kota Jakarta.
Lain waktu, lagi-lagi diminta pimpinan agar meneliti perdagangan seks di Jakarta. Tiada kata kecuali menjawab, “Siap!”
Konsensus bersama Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta Rukanda sudah di kantong. Berisi pokok masalah, metodologi termasuk sasaran serta tempat penelitian; Kramat Tunggak, rumah bordil elite Jalan Prapanca, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan serta sejumlah daerah minus asal perempuan yang diperdagangkan.
CERAMAH KEAGAMAAN
Mengawali penelitian bersama tim mendatangi satu wisma di Kramat Tunggak. Ternyata kosong penghuni. Hanya ada perempuan tua berkebaya mengatakan bahwa insan binaan sedang mengikuti ceramah keagamaan rutin tiap pekan di tempat ibadah seberang kompleks. Wow … macamnya ironis kali!
Kesimpulan penelitian antara lain lokasi milik Pemprov DKI Jakarta di Kramat Tunggak bukan tempat rehabilitasi semata-mata, melainkan lebih berat pada lokalisasi, sehingga merekomendasikan ditutup permanen.
Mencegat pejabat keluar ruang pertemuan adalah kebiasaan. Di Balai Kota, dari ruang rapat keluar Gubernur Surjadi Soedirdja mendampingi Menteri Agama Tarmizi Taher menuju mobil dinas.
Kepada mereka, saya mengonfirmasi tentang rekomendasi hasil penelitian. Surjadi senyum khas sambil menyeletuk, “Pak Menteri, Pak Menteri .., bagaimana nih pertanyaan Toto yang merangsek terus?”
Aha… Pak Menteri juga senyum-senyum doang. Meneruskan langkah sambil menggeser posisi kopiah menuju mobil untuk kembali ke kantornya. Yo wis ora apa², je!
AJAK RHOMA IRAMA
Terakhir kali berada di lokasi yang pernah menyulut suhu badan yaitu saat bulan suci. Mengajak Rhoma Irama bersafari Ramadhan dalam rangkaian misi koran.
Lagi-lagi saya terperangah. Tak menduga area perdagangan seks, sekira 2 Ha, kini menjelma jadi Islamic Centre lengkap dengan masjid megah berkubah klasik.
Sekelebat muncul bayang-bayang masa lalu. Namun tiada lagi suara musik berdendang berikut kerumunan perempuan desa – anak Wong Cilik yang diperdagangkan.
Menjelang waktu salat, hanya kumandang azan yang menggema dari atas menara. Luar biasa takjub!
Kita angkat topi tinggi-tinggi buat Gubernur Sutiyoso. Mewujudkan Lembah Kramtung menjadi panggung religius. Visioner buanget.
Alhamdulillah. Puji Tuhan YME.
Ditulis oleh Toto Irianto, Founder Jakarta Weltevreden.