Seni Mengelola Generasi Muda di Perusahaan
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Kepemimpinan pengelolaan sumber dayamanusia PT Wijaya Karya dipercayakan kepada Ganda Kusuma sebagai Direktur Human Capital & Pengembangan.
Ganda melihat tantangan di bidang SDM saat ini dan 5 tahun mendatang tentu sangat berbeda. Perkembangan teknologi yang demikian pesat secara langsung telah membawa perubahan-perubahan besar pada karakter generasi SDM dibanding sebelumnya.
Generasi Y, demikian orang menyebutnya. Mulai masuknya angkatan kerja yang dikenal dengan Generasi Y (tenaga kerja yang lahir setelah era 1980) kini menjadi tantangan banyak perusahaan.
Mereka yang kerap disebut generasi millennium ini sangat akrab dengan dunia digital dan internet. Generasi ini juga sangat berpendidikan dan mementingkan kemajuan keterampilan sehingga kerap berusaha berusaha mencari tempat kerja yang bisa memberi kesempatan mengembangkan karir dan pendidikan.
Betti S. Alisjahbana (2012) mengatakan tenaga kerja berusia muda saat ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekuatannya, mereka adalah orang-orang yang cepat belajar, cepat beradaptasi, kreatif, dan berpikiran independen. Namun, kekurangan mereka adalah minim pengalaman, loyalitasnya jangka pendek, dan kurang memiliki keahlian dalam memberikan layanan dan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Transisi Generasi Muda Di Perusahaan
Hasil riset PPM Manajemen menemukan bahwa ada kecenderungan perusahaan-perusahaan mengalami kesulitan memimpin tenaga kerja berusia muda sekarang. Persoalan ini tidak hanya dialami pemimpin perusahaan di tingkat supervisor, tetapi juga pada level manajer.
Oleh sebab itu, perusahaan ditantang menyusun program di bidang SDM yang mampu menjawab perbedaan karakteristik generasi ini. Dalam tataran praktis, pakar SDM PPM Manajemen, Dwi Idawati (2014) mengatakan perusahaan dapat melakukan berbagai upaya strategis untuk mengelola SDM Gen-Y ini.
Misalnya, memberikan penugasan yang menantang dan sedikit lebih tinggi dari kapasitas yang dimilikinya, memberikan target kerja di atas rata-rata, dan yang tak kalah penting adalah memberikan kesempatan belajar dan keragaman pekerjaan. Pasalnya, tipikal Gen-Y merupakan generasi pembelajar yang selalu ingin berkembang dan haus pengetahuan baru.
Pendekatan Employee Value Proposition (EVP) juga dapat digunakan perusahaan untuk menjawab tantangan transisi generasi karyawan di perusahaan. EVP pada dasarnya mendorong perusahaan untuk menciptakan keseimbangan reward dan benefit yang diterima karyawan dengan performa kerja yang mereka hasilkan.
Jadi, EVP menghubungkan antara value perusahaan dengan value karyawan. EVP hampir sama cakupannya dengan customer value proposition. Karyawan ibarat pelanggan bagi perusahaan.
Seperti halnya konsep kepuasan pelanggan dalam ilmu pemasaran, perusahaan juga harus pandai-pandai memuaskan karyawannya agar mereka memperoleh kepuasan kerja dan pada gilirannya karyawan yang bersangkutan memiliki komitmen tinggi pada perusahaan dan senantiasa termotivasi untuk bekerja di perusahaan tersebut.
Ganda Kusuma menyadari sulitnya menyamakan karakter antara generasi baby boomers (lahir antara 1946-1964) seperti dirinya dengan Generasi Y ini. Namun, dia percaya selalu ada jalan untuk itu.
Sebagai Direktur Human Capital & Pengembangan WIKA saat ini, Ganda mendorong para pegawai WIKA yang baru berkarir selama 1-5 tahun untuk mendapatkan pelatihan khusus, pelatihan CIBERTI (nilai-nilai luhur WIKA) yang mengusung konsep ketangguhan fisik dan mental, integritas, profesionalisme, serta kecintaan pada Tanah Air. Melalui pelatihan ini, Ganda berharap seluruh manusia WIKA menjadi lebih unggul.