Bersama Gendang Amerika, Bursa Dunia Ikut Menari
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Oktober lalu, indeks harga konsumen “hanya” naik 7,7% YoY atau 0,4% MoM. Turun lumayan dibanding 8,2% bulan lalu. Inflasi inti – pangan dan energi dikeluarkan – tercatat 6,3% YoY atau 0,3% MoM. Angka angka itu lebih baik dari perkiraan pasar dan pakar
Bursa berpesta. DJIA lompat lebih dari 1.200 poin (naik 3,7%). S&P loncat 5,54%. Indeks teknologi, NASDAQ terkerek 7,35%. Rekor kenaikan harian, hampir tiga tahun terakhir.
IKUT MENARI
Bersama gendang Amerika, bursa dunia ikut menari. Indonesia kali ini membuntut di belakang. IHSG terkerek 1,76%. LQ 45 naik 2,15%.
Saham saham teknologi di BEI juga ikut berkibar. ARTO paling menonjol. Loncat galah ke ring ARA, setelah naik 24,73%. ARTO memang sudah mencatat laba sejak 3Q2021, walau dengan PER hampir 1500 x dan PBV lebih dari 9 x. GOTO melambung 11,7%, seakan melupakan berita PHK 1000 karyawan yang masih hangat. Seakan melupakan fakta masih merugi, walaupun dengan angka negatif yang makin mengecil.
Lalu BUKA. Naik 9,86%, mendekati 40% harga IPO. Saya perkirakan BUKA belum mampu mencatatkan laba tahun ini. Pendatang baru kelompok Jarum, BELI mencatat kenaikan 7,56%
Seingat saya, The Fed baru akan bersidang lagi bulan depan. Perkiraan kenaikan FFR 75 basis point menurun tajam. Peluang naik 50 bp membesar. Sementara BI akan bersidang minggu depan. Saya perkirakan BI cukup percaya diri untuk menahan tingkat bunga, 7DRR, hingga RDG bulan Desember. Atau bahkan hingga akhir tahun.
Bila benar, terbuka peluang “tradisi Desember” berlanjut. Tidak pernah menutup bulan Desember dengan penurunan IHSG, selama 10 tahun terakhir.
Di bursa saham window dressing lebih menggairahkan ketimbang widow undressing.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id