APM Mau Insentif Pajak? Siapkan Uji Konsumsi Hingga Verifikasi
INDOWORK.ID, JAKARTA: Syarat untuk memperoleh fasilitas perpajakan bagi Agen Pemegang Merek (APM) mulai dari Uji Konsumsi hingga lolos verfifikais. Bagi pabrikan otomotif, ada empat syarat bagi APM yang ingin memperoleh fasilitas perpajakan atau insentif program LCGC.
Pertama, setiap APM wajib memberikan hasil uji konsumsi bahan bakar, uji ketentuan teknis, bukti visual penggunaan tambahan merek Indonesia termasuk model dan logo yang mencerminkan Indonesia.
Kedua, setiap perusahaan wajib memberikan data dan bukti realisasi investasi, manufaktur motor penggerak (mesin), transmisi, dan axle, termasuk rencana penggunaan komponen lain dari pasokan lokal.
Ketiga, surat pernyataan bermeterai berisi harga jual produk LCGC ke konsumen sesuai ketentuan.
Keempat, seluruh ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan sebelumnya wajib lolos verifikasi oleh lembaga penyidik independen/independent surveyor. Tanpa memenuhi keempat persyaratan tersebut, setiap APM tidak akan memperoleh potongan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
TARIF 0 PERSEN
Salah satu daya tarik program mobil LCGC adalah insentif pajak berupa pembebasan PPnBM alias bertarif 0 persen, setelah terbitnya PP No 41 Tahun 2013 tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan Barang Mewah yang diteken Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 Mei 2013.
Adanya insentif ini membuat harga jual mobil LCGC relatif terjangkau, yakni di level Rp75 juta hingga Rp115 juta per unit.
Insentif pajak ini membuat pabrikan otomotif di Tanah Air mempunyai “senjata” baru untuk mendongkrak volume penjualan dengan memproduksi dan memasarkan mobil LCGC.
PRODUK PERTAMA
Produk pertama dari kebijakan LCGC adalah Astra Daihatsu Ayla dan Astra Toyota Agya, yang dipasarkan secara resmi pada September 2013. Kedua mobil ini diproduksi oleh PT Astra Daihatsu Motor, anak usaha PT Astra International Tbk. LCGC berkapasitas 5 penumpang itu dipasarkan dengan rentang harga jual Rp77 juta untuk model Astra Daihatsu Ayla sampai yang tertinggi Rp121 juta untuk Astra Toyota Agya.
Pemasaran mobil pertama LCGC 5-seater ini langsung mendongkrak pasar otomotif nasional, karena berharga jual relatif terjangkau bagi mayoritas konsumen otomotif di Indonesia. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Astra Toyota Agya dan Daihatsu Ayla langsung menorehkan penjualan rata-rata 4.000 unit per bulan sejak September 2013. Total penjualan Astra Toyota Agya periode September-Desember 2013 adalah 22.376 unit, sementara penjualan Astra Daihatsu Ayla sebesar 19.141 unit.
MAKIN TINGGI
Popularitas mobil LCGC semakin tinggi, seiring dengan semakin banyaknya pabrikan yang memproduksi dan memasarkan model ini. Setelah Astra Toyota Agya dan Daihatsu Ayla dipasarkan, PT Honda Prospect Motor pun memasarkan Honda Brio Satya, yang disusul Suzuki Karimun Wagon R dari PT Suzuki Indomobil Sales. Meski lebih terlambat, pasar masih menyerap dalam jumlah cukup besar kedua model baru LCGC tersebut.
Honda Brio Satya misalnya, mencatat penjualan rata-rata 1.500 unit per bulan sejak dirilis Oktober 2013. Total penjualan mobil LCGC Honda itu pada periode Oktober-Desember 2013 mencapai 4.958 unit. Sedangkan Suzuki Karimun Wagon R berhasil membukukan penjualan 4.705 unit, hanya dalam tempo dua bulan (November-Desember 2013). Setahun berikutnya (2014), segmen LCGC semakin semarak dengan kehadiran pendatang baru, yakni Datsun Go yang diusung oleh PT Nissan Motor Indonesia.
Pada 2014, mobil LCGC langsung menjadi pendorong utama penjualan mobil nasional dengan kontribusi sebesar 125.000 unit atau tumbuh 144 persen dibandingkan penjualan 2013, menurut lembaga riset Frost and Sullivan.
Pada Agustus 2016, mobil LCGC di Tanah Air semakin banyak beredar di pasar dengan diluncurkannya Astra Daihatsu Sigra dan Astra Toyota Calya. Mobil LCGC baru ini sedikit berbeda dari mobil LCGC yang sudah beredar, karena merupakan multipurpose vehicle (MPV) dan berkapasitas 7 penumpang.
TAMBAH KAPASITAS
Data Kementerian Perindustrian mengungkapkan program LCGC menambah kapasitas produksi seiring meningkatnya investasi dari principal otomotif. Selain itu, produk mobil murah dan ramah lingkungan ini memiliki tingkat kandungan dalam negeri tinggi, yakni sekitar 84 persen, sehingga memberikan nilai tambah. Secara jangka panjang, produksi mobil murah dan ramah lingkungan diharapkan dapat menambah porsi ekspor kendaraan dari 11-13 persen menjadi 20 persen.
Kementerian Perindustrian juga mencatat program mobil LCGC telah mendorong pabrikan mengeluarkan investasi total sebesar US$6,5 miliar dengan rincian investasi US$3,5 miliar di industri perakitan dan US$3 miliar di untuk industri komponen/pendukung.
PT Astra Daihatsu Motor (ADM) yang memproduksi mobil LCGC melaporkan bahwa jumlah unit yang diproduksinya mencapai 1,1 juta unit sejak 2013 hingga akhir 2020. Jumlah tersebut untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor dalam bentuk completely built up (CBU).
Segmen LCGC hatchback yang terdiri dari model Astra Daihatsu Ayla, Astra Toyota Agya, dan Toyota Wigo—khusus untuk pasar ekspor—mencatat volume penjualan sedikitnya 650.000 unit.
Sementara volume penjualan LCGC MPV Astra Daihatsu Sigra dan Astra Toyota Calya, lebih dari 465.000 unit sejak peluncuran perdana pada 2016. Realisasi produksi mobil LCGC sebesar 1,1 juta unit itu berkontribusi sekitar 29 persen terhadap total produksi ADM yang berkisar 3,8 juta unit periode 2013-2020.