Sub Segmen Bisnis WIKA Terus Lakukan Diversifikasi
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Dalam pilar bisnis industri, pada garis besarnya, WIKA memiliki tiga sub segmen bisnis, yaitu industri beton, fasilitas industri, dan bitumen atau aspal.
Pertumbuhan bisnis konstruksi di Indonesia menjadi salah satu alasan WIKA untuk menekuni industri beton. Sebagai Strategic Business Unit (SBU), industri beton WIKA dikelola oleh empat anak perusahaan WIKA, yaitu PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WIKA Beton), PT Wijaya Karya Komponen Beton (WIKA Kobe), PT Wijaya Karya Krakatau Beton (WIKA Krakatau Beton), dan PT Citra Lautan Teduh.
Sejak 1977, WIKA telah merintis masuk ke industri beton pracetak dengan awalnya mengembangkan produk untuk kebutuhan teras perumahan. Inisiatif ini lantas berkembang dengan menciptakan lebih banyak produk beton lainnya.
Diversifikasi bisnis terus menerus dilakukan WIKA untuk memenuhi kebutuhan produk beton pracetak dalam negeri. Lalu, produk itu akan digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan proyek-proyek mega yang dilakukan bersama negara-negara lain.
Sub Segmen Bisnis
Untuk sub segmen usaha fasilitas industri, WIKA memfokuskan diri pada bisnis fabrikasi baja yang terkait dengan bidang konstruksi industrial. Usaha fabrikasi baja ini dijalankan oleh PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi (WIKA Industri & Konstruksi).
Anak usaha ini merupakan hasil transformasi dari PT Wijaya Karya Intrade yang sebelumnya merupakan hasil penggabungan dari Divisi Produk Metal dan Divisi Perdagangan WIKA. Fabrikasi baja berperan penting dalam proyek konstruksi infrastruktur sehingga keberadaan industri fabrikasi baja sering menjadi tolak ukur perkembangan ekonomi sebuah negara.
Sebagai bagian dari strategi pengembangan bisnis, WIKA baru-baru ini juga mulai memasuki industri bitumen atau aspal. Pada 2013, WIKA mengakuisisi 100% saham PT Sarana Karya (SAKA). Sebelumnya, sebanyak 5.000 lembar saham SAKA dimiliki oleh Pemerintah RI senilai Rp50 miliar.
SAKA memiliki bisnis inti di bidang pertambangan aspal Buton dengan menyediakan aspal olahan dan siap pakai untuk keperluan konstruksi jalan dan lainnya.
Akuisisi SAKA dimaksudkan WIKA untuk memperkuat bisnis inti WIKA di usaha jasa konstruksi infrastruktur. Akuisisi ini juga menjadikan WIKA sebagai pemain utama di industri pertambangan Indonesia, khususnya di pertambangan aspal.
Kegiatan usaha WIKA Bitumen terletak di Pulau Buton. Oleh WIKA, SAKA diubah namanya menjadi WIKA Bitumen.