Era Industri Otomotif 4.0, Hadirkan Electric Vehicle Sebagai Tren Baru
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Kehadiran kampanye besar-besaran tentang emisi karbon nol di dunia serta kemajuan teknologi informasi ternyata memaksa pabrikan otomotif mengikuti kehendak kolektif tersebut.
Pada saat ini, tahap itu telah sampai pada fase pengembangan mobil listrik yang seratus persen tidak membuang emisi karbon. Namun demikian, kehadiran mobil listrik atau electric vehicle (EV) tidak mengikuti pola pasar yang sama.
Di tataran global, muncul prediksi tren yang akan mengikuti kehadiran produk-produk EV. Generasi milenial melihat produk sesuai kepraktisan atau efisien, efektif sesuai fungsi, dan tetap memenuhi standar ramah lingkungan. Tren pasar ini disebut CASE (Connected, Autonomous, Sharing, Environmental Sustainable).
Saat ini hampir semua pabrikan otomotif dunia mencurahkan tenaga untuk menciptakan produk hingga sistem mobilitas sesuai CASE. Produk-produk dilengkapi fitur digital, teknologi otonom, hingga sistem produksi serta konsumsi bahan bakar ramah lingkungan, serta sistem transportasi intermoda. Semua ini masih merupakan fase awal.
Dalam konteks kekinian itu, Indonesia harus mampu masuk ke dalam rantai pasok industri otomotif global tersebut terutama untuk pengembangan EV. Karena EV adalah produk masa depan bagi industri otomotif global.
Era Industri Otomotif 4.0
Kesiapan pasar serta penguatan dan pengembangan infrastruktur manufaktur yang sesuai tren masa depan atau mengacu Industri Otomotif 4.0, secara seksama dan secara dini perlu dikerjakan. Sejumlah pabrikan otomotif di sini harus memperlihatkan komitmen tersebut.
Berlomba-lombanya pemain mobil dunia meluncurkan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia, merupakan gambaran kecil terhadap apa yang terjadi di dunia. Pabrikan otomotif global berkejaran untuk menyediakan kendaraan ramah lingkungan dengan berbagai macam teknologi baik teknologi mesin hybrid maupun listrik berbasis baterai yang kerap dikenal sebagai Battery Electric Vehicle (BEV), kendaraan tanpa gas buang.
Sejak tahun 2011, pabrikan di Tanah Air memopulerkan teknologi BEV. Saat itu PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors mencatat sejarah di industri otomotif Indonesi. Pertama kali dua kendaraan listriknya, i-MiEV, resmi memiliki plat hitam dengan nomor polisi B 1160 TKU dan B 1162 TKU. Dengan rilisnya nomor itu, kendaraan listrik itu resmi berjalan di Ibukota Jakarta.
Mobil Ramah Lingkungan di Indonesia
Mitsubishi i-MIEV adalah mobil mini bertenaga listrik yang membawa teknologi tinggi, ekonomis, dan ramah lingkungan. Mitsubishi innovative Electric Vehicle (i-MiEV) memiliki tiga konsep dasar. Tiga konsep itu adalah Driving Pleasure (Kenyamanan Berkendara), Safety (Keamanan), dan Environmental Friendly (Ramah Lingkungan).
Mobil mini ini menawarkan konsep kendaraan yang mampu mengurangi emisi CO2 sekaligus menjadi kendaraan alternatif yang tidak tergantung pada bahan bakar fosil yang selama ini menjadi pemasok energi utama mobil dengan teknologi mesin pembakaran dalam atau internal combustion engine (ICE).
Namun, jauh sebelum i-MiEV resmi mengaspal di jalanan ibukota, PT Toyota Astra Motor, yang menjadi agen pemegang merek Toyota di Indonesia, telah memperkenalkan kendaraan ramah lingkungan dengan teknologi hybrid yang menggabungkan antara mesin ICE dan motor listrik.
Toyota memperkenalkan mobil hybrid Prius kali pertama pada pameran Gaikindo Auto Expo ke-10 di Balai Sidang Jakarta pada 7 September 2000. Tak lama kemudian Toyota Astra Motor menjualnya secara resmi ke publik Indonesia meski dalam jumlah terbatas.
Berawal dari pemasaran mobil hybrid, kini publik lebih paham mengenai mobil ramah lingkungan termasuk EV di Tanah Air. Berbagai pabrikan otomotif global di Tanah Air mulai memperkenalkan kendaraan berteknologi elektrik, meski mobil berteknologi ICE masih mendominasi di pasar otomotif Indonesia.