Memprihatinkan, R&D Center Industri Otomotif Masih Rendah

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Salah satu aspek penting dalam kegiatan pengembangan mobil nasional adalah fasilitas penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D) center.

Bila memiliki R&D Center sendiri, kegiatan pengembangan mobil karya anak bangsa lebih mudah dan cepat. Karena desain produk, komponen dan pemasoknya ditentukan sendiri, realisasi produknya lebih cepat ke pasar.

Sayangnya, Kementerian Perindustrian RI mencatat R&D Center industri otomotif di Indonesia masih rendah. Karena hanya memiliki dua fasilitas R&D yang dimiliki prinsipal Daihatsu dan Isuzu, dua merek otomotif asal Jepang.

KALAH DARI INDIA

Fakta tersebut dipertegas dengan hasil Tim Riset Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Bidang Industri Otomotif yang melaporkan kondisi minimnya fasilitas R&D di Indonesia dibandingkan Thailand dan India, seperti ditulis Merdeka.com (22/8/2017).

Hasil riset PII tersebut menyebutkan Thailand memiliki fasilitas R&D dari lima pabrikan otomotif dunia, yakni Isuzu, Honda, Toyota, Nissan, dan Mitsubishi. Sedangkan India memiliki lebih banyak lagi fasilitas R&D termasuk pabrikan otomotif India sendiri, seperti Tata, Mahindra, Ashok Leyland, Eicher, Hindustan, Hyundai, Mercedes-Benz, Suzuki, Renault-Nissan, dan Honda.

Di Thailand, R&D milik Isuzu, Honda, Nissan, Mitsubishi, dan Toyota memiliki kemampuan rancang bangun sebagian kendaraan dan komponen. Sedangkan di India, R&D milik Tata dan Mahindra mampu merancang bangun seluruh kendaraan, sementara R&D Hyundai, Mercedes-Benz, Suzuki, dan Renault-Nissan di Negeri Bollywood ini mampu rancang bangun sebagian kendaraan (bodi), teknologi informasi (IT) kendaraan, dan komponen.

Keunggulan fasilitas R&D tersebut berdampak terhadap kemampuan produksi industri otomotif Thailand dan India. Berdasarkan kinerja industri otomotif global 2019, volume produksi Negeri Gajah Putih ini mencapai 2,013 juta unit, berada di peringkat ke-10 di dunia.

Sementara India lebih besar lagi, volume produksinya 3,967 juta unit yang masuk kelompok Top 5 Global bersama China, Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman. Data Kementerian Perindustrian RI menyebutkan pabrikan otomotif di Indonesia yang sudah membangun fasilitas R&D lengkap adalah Daihatsu di Karawang, Jawa Barat.

Sementara beberapa pabrikan juga sudah membangun fasilitas R&D, tapi masih tahapan non-kritikal. Artinya kegiatan R&D tahapan kritikalnya masih dikerjakan oleh para insinyur prinsipal di negara asalnya dan bukan dikerjakan di Indonesia (Merdeka.com, 22/8/2017).

Menurut Pradipto, kebutuhan fasilitas R&D akan lahir jika tahap industrinya sudah melewati tahap manufacturing, yang berarti skala industrinya sudah besar dan mendalam. Tahap manufacturing dimaksud adalah merakit, manufaktur, dan mendesain komponen atau produk kendaraannya pada tahap R&D.

AKUMULASI PENGETAHUAN

Karena hasil desain yang keluar dari R&D adalah hasil akumulasi pengetahuan merakit, memproduksi/manufaktur ditambah pengetahuan tentang desain produk sehingga produk yang dihasilkan memenuhi kriteria-kriteria teknis tertentu dan sesuai dengan permintaan pasar.

“Kalau ditanya apakah peluangnya besar untuk membangun R&D di Indonesia, maka jawabannya adalah sangat besar mengingat captive market otomotif kita besar. Saat ini rasio kepemilikan mobil Indonesia adalah 99 mobil per 1.000 orang, masih jauh dibanding negara tetangga kita yang sudah 805 mobil per 1.000 orang. Masalahnya, apakah prinsipal si pemilik teknologi rancang bangun dan rekayasa produk ini akan memilih mitranya di Indonesia sebagai basis R&D di luar negara asalnya, inilah yang perlu diperjuangkan,” ujar Pradipto.

Salah satu aspek yang sangat penting pula dalam kegiatan R&D Center adalah kesiapan engineer Indonesia sebagai bagian yang akan menerima teknologinya. Untuk itu kemampuan diplomasi budaya dan bahasa engineer Indonesia sangat strategis supaya mampu cepat beradaptasi dengan budaya negara prinsipal. Setiap engineer Indonesia diharapkan mempunyai “buddy” atau sahabat sehingga terjadi “bonding” yang kuat supaya transfer pengetahuan dan teknologi dari engieener prinisipal lebih baik dan cepat.

R&D CENTER TERLENGKAP

Saat ini R&D Center PT Astra Daihatsu Motor (ADM) di Karawang, Jawa Barat, merupakan R&D Center terlengkap di Indonesia. R&D Center ini didirikan dan diresmikan pada April 2017 saat itu ADM dipimpin oleh Sudirman MR sebagai Presiden Direktur periode 2011-2018 dan memiliki 230 orang desainer dan engineer.

Fasilitasnya sangat lengkap seperti studio desain, ruang CAD, ruang presentasi clay model, test track, area uji emisi standar Euro-4, dan sebagainya. Test track-nya lengkap dengan 24 jenis kondisi jalan di Indonesia termasuk 4 tipe tanjakan, test banjir, dan lumpur dengan total luas lahan total 25 hektare.

R&D Center ADM ini sudah melahirkan banyak produk, antara lain mobil kembar Daihatsu Ayla-Toyota Agya produksi tahun 2017. Kemudian Daihatsu Terios-Toyota Rush (2017), Daihatsu Sigra-Toyota Calya (2019), Daihatsu Xenia-Toyota Avanza (2019), Toyota Veloz (2019), Daihatsu Ayla-Toyota Agya (2020), dan Daihatsu Rocky-Toyota Raize (2021).

Sebenarnya program yang boleh disebut mirip-mirip mobil nasional sudah diterapkan saat kebijakan mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC) dituangkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No 33 tahun 2013 tentang Pengembangan Produksi Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Hemat Energi dan Harga Terjangkau.

Peraturan menteri ini secara jelas menyatakan kriteria mobil LCGC antara lain poin ke-4, yakni harus menggunakan tambahan merek, model, dan logo yang mencerminkan Indonesia, yang harus dibuktikan secara visual penggunaan tambahan merek Indonesia termasuk model dan logo yang mencerminkan Indonesia.

Saat ini mobil-mobil LCGC yang beredar di pasar memiliki nama/merek Indonesia, meski harus bersanding dengan merek global milik prinsipalnya, seperti Astra Toyota Agya dan Calya, Astra Daihatsu Ayla dan Sigra, Suzuki Karimun Wagon R, Honda Brio Satya, dan Datsun GO –penjualannya dihentikan pada akhir 2019.

Memang cerita mobil nasional di Indonesia belum bisa dikatakan tuntas hingga hari ini. Namun, sejarah dan pengalaman di masa lalu merupakan guru terbaik dalam konteks membangun industri otomotif nasional yang mandiri.

You may also like

Comments are closed.

More in Bisnis