Sejarah Perkembangan Industri Otomotif Indonesia
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Industri otomotif Indonesia telah mengalami pasang surut sejak dicanangkan oleh pemerintah lebih dari 50 tahun yang lalu.
Namun, dengan inisiatif dan insentif yang diberikan oleh pemerintah, industri otomotif Indonesia semakin berkembang pesat. Dalam perkembangannya, terdapat dua fase pengembangan subsektor otomotif, yaitu fase pertama sebelum 1999 dan fase kedua periode sesudahnya hingga saat ini.
Fase Pertama
Pada fase pertama dimulai pada 1969 ketika pemerintah menerbitkan beberapa peraturan tentang importasi kendaraan bermotor, baik dalam keadaan utuh maupun terurai, serta tentang industri perakitan dan keagenan. Selanjutnya, bermunculan industri perakitan dan industri pendukung, seperti suku cadang, pengecatan, baterai, dan lain-lain.
Industri lokal mulai memproduksi jigs dan fixtures serta melakukan proses pengecatan, pengelasan, trimming, dan metal finishing. Kemudian pada tahun 1971, PT Krama Yudaha Tiga Berlian Motors, agen merk Mitsubishi, muncul sebagai perusahaan pertama yang mendapatkan izin sebagai pemegang merk (APM).
Pada tahun ini pasar kendaraan bermotor mulai menggeliat, dengan penjualan sekitar 50.000 unit per tahun. Tahun 1974, pemerintah menerbitkan peraturan yang menyetop impor mobil utuh (CBU) dengan tujuan untuk mendorong industri dalam negeri.
Impor CBU hanya boleh dilakukan oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang sudah sanggup memproduksi suku cadang. Selanjutnya pada tahun 1976, pemerintah mengeluarkan paket peraturan yang terkenal dengan “Program Penanggalan Komponen” dengan tujuan untuk mengenakan pajak impor yang tinggi terhadap kendaraan yang belum menggunakan suku cadang buatan dalam negeri.
Hal ini diharapkan dapat merangsang industri suku cadang di dalam negeri agar berkembang, karena akan memperoleh jaminan bahwa produksinya dibeli oleh para ATPM. Pabrik yang menghasilkan komponen seperti radiator, knalpot, per peredam, velg, jok dan interior, kabel, gasket komponen berbahan karet, serta jigs semakin berkembang di Indonesia.
Selain untuk memasok industri, berbagai komponen ini juga digunakan untuk spare parts atau layanan purnajual. Pasar mobil nasional juga mulai meningkat menjadi sebanyak 72.000 unit pada 1976 dan 103.000 unit pada 1979.
Bersambung…