Analisis Anomali Korelasi Antara Harga Saham dan Waran HAJJ
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Sahabat investor, Celoteh bersambung berjudul HAJJ. Tadinya saya pikir akan ARB berjilid-jilid setelah ARA 7 hari berurut-turut. Tidak terjadi. Paling tidak, tidak terjadi pada Selasa 090523 kemarin.
Sempat menyentuh harga ARB di sesi pagi, tapi “dikerek” lagi pada siangnya dan ditutup pada harga ARA hari sebelumnya, 525
ARB kah pagi ini? Mari kita tonton. Sejatinya ARA HAJJ tak heboh heboh amat. Di Papan Akselerasi batas rejection atas hanya 10%. Jadi ARA HAJJ 7 hari berturut turut, sejatinya masih lebih kecil fluktuasinya dari ARA 2 hari bagi new-listed di papan utama.
Yang berkali saya cermati adalah anomali korelasi antara harga saham dan harga waran. Saham HAJJ merupakan underlying asset waran. Harfiah, underlying itu artinya yang mendasari. Yang menjadi dasar.
Dalam bahasa “ngoko” tempat nyantel. Logikanya, kalau tempat nyantel naik, barang yang dicantelkan ikut naik. Dan sebaliknya. Di pasar modal yang berfungsi baik, korelasinya begitu. Geraknya begitu
Mengapa Waran HAJJ Tidak Nyantel Terhadap Saham HAJJ?
Waran HAJJ praktis tidak nyantel. Waran HAJJ tidak punya dasar. Saya seringkali – di kelas – mengambil analogi instrumen hibrid / derivatif – rights, warrants, convertibles, juga option – sebagai kupon diskon. Bayangkan harga gula pasir Rp 10.000 per kilo. Dengan menggunakan kupon diskon anda bisa membeli sekilo gula pasir yang harga pasarnya 10,000 dengan harga hanya 3.000
Karena itu kupon diskon itu punya harga. Harganya, potensi labanya ditentukan oleh – tergantung pada – underlying assetnya.
Tentu saja bukan pelanggaran kalau seorang pembeli memilih membayar Rp 10.000 ketimbang membayar 3.000 + kupon diskon. Padahal dia punya kupon diskon di tangan. Tapi logika ekonomi nya rusak! Dan mereka yang logika ekonomi nya sakit, seyogyanya dilarang masuk bursa saham (hhh)
Lha, lalu kenapa waran HAJJ sama sekali lepas cantelan – keluar dari dasar – terhadap saham HAJJ? Berhubung kupon diskon itu baru bisa digunakan pada tanggal 05 Oktober mendatang, maka hanya ada satu penjelasan yang masuk akal.
Kurangnya Kepercayaan pada Harga “Riil” Saham HAJJ
Mereka tidak percaya harga saham HAJJ adalah harga “riil” yang terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran “riil” Harga saham mereka anggap sebagai harga semu. Harga manipulatif yang dikerek menggunakan tangan tangan kotor.
Nanti saatnya kupon diskon bisa digunakan, tangan yang sama akan menarik harga saham turun sehingga kupon diskon menjadi sampah. Kalau harga gula pasir turun menjadi 2,500, maka kupon diskon yang berhak membeli gula pasir pada harga 3.000 bukan lagi kupon diskon. Tak lebih dari kertas sampah
Kalau dasar tempat anda berpijak tidak bisa dipercaya, ya harus cari tempat berpijak lain
Separah itu kah tingkat kepercayaan terhadap Bursa Efek Indonesia? Monggo memberi nilai masing masing. Saya akan melanjutkan “guyon nyelekit” saya: Di BEI, bandar adalah penguasa pasar. Anak emas pasar modal Indonesia. Idola pada spekulan. Tempat bernaung para penjudi!
It is not a stock exchange. It is a den of gambling. Saya yang terlanjur duduk di sini, suka tidak suka, harus ikut berjudi!
Salam pagi
Si penjudi kelas teri
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id