Trend Penurunan Dolar AS Berlanjut Hingga Akhir Tahun
INDOWORK.ID, JAKARTA: Saya memperkirakan USD akan terus melanjutkan trend penurunannya pada tahun ini. Pada tiga kali sidang FOMC, paling belakangan, The Fed tetap mempertahankan tingkat bunga acuan, Federal Fund Rate, FFR. Tingkat inflasi AS 3,1% pada November lalu, – penurunan terus menerus sejak Agustus, – menandai bahwa inflasi kini bukan lagi hantu yang tak bisa dikendalikan.
Memberikan sinyal bahwa era interest rate hike sudah sampai di ujung. Tahun depan terbuka peluang penurunan tingkat bunga untuk memacu kembali peningkatan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi
Berita bagus bagi pasar keuangan global. Tak terkecuali Indonesia. Indeks USD terus mengalami penurunan. Jumat kemarin ditutup pada 102.59, setelah sebelumnya, pada pukul 11:42 sempat menyentuh angka 101.84. Bandingkan dengan angka tertinggi YTD di 107 pada 10 Maret 2023 lalu.
Beriring dengan itu imbal hasil treasury juga mengalami penurunan. Mengambil bench mark 10 tahun, Jumat kemarin sudah ditutup di bawah 4%, pada 3.914%. Bandingkan dengan titik tertingginya YTD pada 4,990% yang terjadi pada 19 Oktober lalu.
RUPIAH TETAP MELEMAH
Tingkat bunga dan imbal hasil surat utang yang tinggi sungguh beban berat bagi ekonomi Indonesia. BI “terpaksa” mengikuti kurva. Menaikkan 7DRR berkali kali untuk mengendalikan penurunan nilai rupiah dan menahan capital outflows. Akibatnya, rupiah tetap melemah, walau terkendali, imbal hasil SBN naik, biaya dana naik, beban utang luar negeri naik, rentabilitas dunia usaha turun, beban impor naik.
Khusus tentang imbal hasil SBN, dua hal perlu disimak.
Pertama, untuk bisa menarik pembeli asing, diperlukan spread 3 – 4 angka persen, antara imbal hasil SBN 10 tahun dan yield 10y- trasury.
Kedua, di AS, imbal hasil treasury – 10 tahun – bisa saja berada di bawah FFR. Di Indonesia, imbal hasil SBN harus selalu lebih tinggi dari 7DRR
Mari kita songsong 2024 sebagai tahun yang lebih bergairah bagi sektor keuangan. Kesempatan yang lebih baik untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
EKONOMI KOMODITAS
Satu hal perlu diantisipasi. Saya sering menyatakan bahwa ekonomi Indonesia adalah ekonomi komoditas. Penurunan USD membuat komoditas mengalami pukulan ganda. Komoditas utama global dihargai dan diperdagangkan dalam USD. Pada kurs USD yang sama, harga komoditas kita sudah mengalami penurunan tajam, sejak semester ke 2 tahun lalu. Penurunan kurs USD lebih lanjut akan kembali menurunkan harga komoditas
Kita telah menyimak nilai ekspor kita yang mengalami penurunan beberapa bulan belakangan. Walaupun neraca dagang tetap surplus. Perlu upaya ekstra untuk memacu kembali nilai ekspor Indonesia. Lewat hilirisasi, diversifikasi pasar dan diversifikasi produk ekspor.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id