Israel Makin Brutal. 230.000 Warga Palestina Gugur dalam 100 Hari
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Kekejaman Israel yang melakukan genosida atas warga Palestina menyebabkan sedikitnyan 23.000 warga Palestina gugur. Tekanan terhadap negara yahudi dari seluruh dunia makin keras.
Perang antara Israel dan Hamas di Gaza memasuki hari ke-100. Seorang pejabat tinggi PBB mengatakan perang ini telah menodai kemanusiaan.
Dilansir AFP, Minggu (14/1/2024) Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina Philippe Lazzarini, mengatakan kematian dan kehancuran besar-besaran telah terjadi. Perang ini juga disebut telah menimbulkan kelaparan dan kesedihan.
Kematian besar-besaran, kehancuran, pengungsian, kelaparan, kehilangan dan kesedihan dalam 100 hari terakhir . “Ini menodai kemanusiaan kita bersama,” kata Philippe Lazzarini, dalam sebuah pernyataan saat ia mengunjungi Jalur Gaza seperti ditulis detik.com.
Philippe mengatakan kini konflik tersebut telah terjadi hari 100 hari. Perang ini kata Philippe juga memaksa masyarakat Gaza untuk mengungsi disaat serangan terus menerus terjadi.
Sudah 100 hari sejak perang dahsyat dimulai, yang menewaskan dan membuat orang-orang di Gaza terpaksa mengungsi, menyusul serangan mengerikan yang dilakukan Hamas dan kelompok lain terhadap orang-orang di Israel. “Sudah 100 hari cobaan dan kecemasan bagi para sandera dan keluarga mereka,” tuturnya.
CERITA DUKA
Sementara itu, Tempo.co menuliskan bahwa anggota keluarga warga Palestina yang tewas dalam serangan militer Israel di Gaza berbagi cerita duka dengan ribuan pengunjuk rasa yang berkumpul di pusat kota Washington pada hari Sabtu, 13 Januari 2024. Mereka menuntut gencatan senjata segera.
Dalam salah satu demonstrasi pro-Palestina terbesar hingga saat ini di ibu kota AS itu, para pengunjuk rasa mengulangi seruan mereka kepada Presiden Joe Biden untuk berhenti mengirimkan senjata ke Israel dan meneriakkan “bebaskan Palestina” dan “gencatan senjata sekarang.”
Beberapa orang meneriakkan, “Dari sungai ke laut, Palestina akan bebas” – sebuah slogan yang ditafsirkan oleh para kritikus sebagai seruan untuk melenyapkan Israel.
Adam Abosherieah, salah satu pembicara, mengatakan lebih dari 100 anggota keluarga, termasuk ayah, ibu, dan saudara laki-lakinya yang berusia 83 tahun, tewas dalam serangan udara Israel.
“Puluhan jenazah anggota keluarga saya masih tertimbun reruntuhan,” kata Abosherieah, seorang apoteker dari New Jersey. “Presiden Biden dapat dengan mudah menghentikan genosida ini… Dia dapat dengan mudah mengangkat telepon dan menelepon Israel untuk menghentikan kegilaan ini.”
Pembicara lainnya termasuk Randa Muhtaseb, yang mengatakan dia kehilangan 36 anggota keluarganya di Gaza, dan Alaa Hussein Ali, yang berbicara tentang lebih dari 100 kerabatnya tewas dalam serangan Israel.
Eskalasi terbaru dalam konflik Gaza terjadi setelah serangan terhadap Israel pada 7 Oktober oleh kelompok Islam Palestina Hamas, yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang.
Serangan Israel selanjutnya terhadap Gaza yang dikuasai Hamas telah menewaskan lebih dari 23.000 warga Palestina, sekitar 1% dari 2,3 juta penduduk di sana, menurut kementerian kesehatan Gaza.
AFRIKA SELATAN KE MAHKAMAH INTERNASIONAL
Afrika Selatan secara resmi mengajukan tuduhan tersebut terhadap Israel di Mahkamah Internasional. Washington dan Israel juga berpendapat bahwa gencatan senjata akan menguntungkan Hamas dan mereka menolak seruan tersebut.
Perang ini telah memicu protes di banyak wilayah AS, termasuk di dekat bandara dan jembatan di New York City dan Los Angeles, aksi unjuk rasa di luar Gedung Putih, dan demonstrasi di Washington dekat Gedung Kongres AS.
Pada hari Sabtu, pengunjuk rasa datang ke Washington dari berbagai wilayah di negara itu dan menyuarakan keprihatinan tentang dukungan militer Joe Biden untuk Israel.
“Kami tidak bisa mentolerir hal ini, kami tidak bisa membiarkan uang kami digunakan untuk membunuh anak-anak di seluruh dunia… uang itu bisa digunakan di sini untuk tujuan baik,” kata Suhail Mustafa, seorang pengunjuk rasa dari Cleveland.
Meskipun sudah lama menjadi pendukung setia Israel, Biden telah menyatakan keprihatinannya atas kematian warga sipil seiring dengan berlanjutnya perang.
Biden sebelumnya menggambarkan pengeboman Israel sebagai tindakan yang “tidak pandang bulu,” dan mengatakan pada hari Senin bahwa ia telah bekerja “secara diam-diam” dengan pemerintah Israel untuk mendorong pengurangan serangan dan “keluar dari Gaza secara signifikan.”
Mohammed Kaiseruddin, 79, yang terbang dari Chicago untuk melakukan protes, memegang tanda bertuliskan: “Kebebasan untuk Gaza dan Tepi Barat.”
“Pemerintahan Biden benar-benar mengecewakan semua orang,” kata Kaiseruddin, yang menggambarkan dirinya sebagai orang yang biasanya memilih Demokrat. “Mereka sepertinya sudah kehilangan rasa kemanusiaan. Ketika menyangkut Palestina dan Israel, nilai-nilainya sangat terbalik.”
Pengunjuk rasa lainnya, Judy Johnson, mengatakan dia mengundurkan diri dari Partai Demokrat karena dukungan militer AS untuk Israel, meskipun dia menambahkan bahwa dia masih akan memilih Partai Demokrat dalam pemilihan presiden AS pada bulan November jika pilihannya adalah antara Biden dan saingannya dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump.
“Saya rasa masyarakat tidak melihat alternatif selain Trump, jadi mereka akan memilih Biden,” kata Johnson.