Masa Tenang dalam Bayang-bayang Kecurangan
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Masa tenang yang berlangsung sejak Ahad, 11 Februari 2024, ternyata tidak tenang lantaran beredar film Dirty Vote yang menceritakan kecurangan Pemilu 2024 yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif.
Dari 38 provinsi di Indonesia, 20 di antaranya sedang dipimpin oleh pejabat sementara (Pj), yang dipilih oleh Presiden Joko Widodo. Sementara itu, dari 514 kabupaten/kota, ada 182 wilayah sedang dipimpin pejabat sementara yang juga ditunjuk oleh presiden.
Presiden dan Mendagri Tito Karnavian tidak mematuhi aturan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam hal penentuan pejabat sementara, yang seharusnya transparan, terbuka, dan melibatkan masyarakat. Para Pj itu umumnya orang dekat Jokowi atau pernah ada di lingkungan dekatnya. Contoh Pj Gub Jabar Bey Mahmuddin pernah di Kesekretariatan Presiden tahun 2021. Lalu Pj Gub DKI Jakarta Heru Budi Hartoto pada 2017 adalah Kepala Kesekretariatan Presiden.
Jangan harap netralitas dan ketulusan dari orang-orang yang mendapat durian runtuh dari presiden ini. Di Kalbar, Pj Gubernur mempromosikan Ibu Kota Negara (IKN). Di Bali, Pj Gubernurnya sempat instruksikan pencopotan baliho lawan politik.
Faktanya, total jenderal ada 140 juta suara pemilih dari wilayah-wilayah yang dikepalai para Pj. Jumlah ini melampaui syarat untuk mencapai kemenangan satu putaran.
MACAN OMPONG
Ini baru bicara dari satu aspek: kepemimpinan di wilayah. Belum lagi faktor-faktor lain seperti strategi pemekaran Papua yang notabene menambah jumlah kepala daerah pro Jokowi. Atau infiltrasi di KPU dan Bawaslu yang membuat keduanya jadi macan ompong.
Jadi, yang bilang Jokowi tukang mebel yang cuma bisa planga-plongo itu salah. Dia pemain catur tipe posisional, seperti pecatur legendaris Rusia Anatoly Karpov. Cara dia mengunci permainan mirip Karpov, pelan-pelan dan rumit, tapi mematikan. Kini, ketika mesin kecurangan itu telah kuat dan bergerak secara massif, tak ada tangan siapa pun yang bisa menghalangi. Hanya kepada tangan Tuhan kita berharap.
*) Ditulis oleh Miuhammad Sulhi Rawi, wartawan senior.