Merger Angkasa Pura Jadi Momentum Pertumbuhan Ekosistem Logistik
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: PT Angkasa Pura I (AP I) dan PT Angkasa Pura II (AP II) resmi digabung menjadi PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports. Penggabungan dua perusahaan pengelola bandara ini diresmikan pada awal pekan ini, Senin (9/9).
InJourney Airports merupakan subholding sektor jasa kebandarudaraan yang juga merupakan anak usaha dari Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney.
Direktur Utama InJourney Dony Oskaria mengatakan, InJourney Airports menjadi salah satu operator bandara terbesar di dunia, yang akan mengelola 37 bandara dengan jumlah penumpang lebih dari 170 juta per tahun.
“Kita sekarang menjadi operator airport nomor lima terbesar di dunia,” katanya.
Dony menjelaskan, proses penggabungan AP I dan AP II telah berlangsung sejak tahun lalu. Proses tersebut telah melalui beberapa tahapan, seperti proses penyelarasan standar operasional prosedur (SOP), sistem informasi teknologi (IT), sistem keuangan, hingga integrasi operasional bandara.
Juru Bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Adita Irawati menambahkan, transformasi di sektor pengelolaan bandara menjadi keharusan dalam mengoptimalkan tata kelola bandar udara nasional.
“Adanya merger ini bertujuan untuk mengawal terjadinya transformasi tersebut,” kata Adita.
Menurut Adita, program transformasi di sektor pengelolaan bandara akan meningkatkan daya saing dan efisiensi operasional pengelolaan bandara di Indonesia. Secara teknis, merger ini ditandai dengan penggabungan modal dan sumber daya di antara kedua perusahan tersebut.
“Nah, penggabungan modal dan sumber daya ini bakal meningkatkan daya saing bisnis dan pelayanan, sehingga efisiensi ekonomi akan terjadi,” jelas Adita.
Ia menjelaskan, dalam sambutannya, banyak manfaat secara ekonomi yang didapat dari merger AP I dan AP II. Salah satunya adalah memperkuat ekosistem pariwisata melalui koordinasi dan kolaborasi yang lebih baik dalam meningkatkan pelayanan dan operasional bandara. Selain pariwisata, merger juga diharapkan dapat memperkuat ekosistem logistik di Indonesia.
“Itu tujuan strategis yang ingin dicapai dari penggabungan ini, yakni memperkuat ekosistem pariwisata dan logistik seiring meningkatnya pelayanan dan operasional bandara,” bebernya.
Terkait efisiensi karyawan, saat ini tidak ada rencana pengurangan pegawai sebagai dampak dari merger tersebut. Namun demikian, pemerintah tetap akan melakukan penilaian dan pemetaan organisasi pada tahap awal penggabungan, dengan fokus pada optimalisasi sumber daya manusia (SDM) seiring dengan pertumbuhan bisnis.
“Yang jelas, dalam jangka pendek tidak ada rencana pengurangan atau efisiensi pegawai. Di masa awal penggabungan, AP akan melakukan assessment dan pemetaan organisasi. Diharapkan dengan berjalannya realisasi rencana kerja penggabungan, bisnis AP akan membesar dengan optimalisasi SDM yang ada,” imbuhnya.