Sketsa Betawi: Pesan Laron untuk Kehidupan
INDOWORK.ID, JAKARTA: Pagi ini, tiba-tiba saja melintas di lini masa media sosial saya, sebuah akun yang berempati terhadap laron. Hmmm, laron kok dikasihani. Menarik ini, saya pun coba mengulik referensinya.
Ternyata, laron binatang yang hanya punya durasi nyawa maksimal satu hari, karena bakal mati jika tak bertemu cahaya atau cinta sejati. Saya memakai istilah cinta sejati supaya ada relate-nya dengan kekinian, seperti kata anak-anak zaman sekarang.
Laron akan mati jika dalam waktu tertentu setelah keluar sarang – atau berkerumun di tengah cahaya – tak menemukan pasangan hidup. Dia keluar sarang untuk mencari kehangatan di bawah cahaya, sekaligus mencari kehangatan cinta, sebagai bagian dari program reproduksi kaum rayap.
Jika dua hal tadi tak didapat, sebelum pagi laron dipastikan sudah akan mati. Barangkali kehabisan energi dan cairan tubuh. Mungkin juga mati karena frustrasi tak menemukan cinta sejati. Sambil mengamati sisa-sisa sayap laron di beranda, saya merasa ada benarnya juga berempati pada mereka.
Padahal semalam, konvoi mereka membuat warga satu Rukun Tetangga di tempat tinggal saya, kompak mematikan lampu. Ketika ribuan laron menyeruak, entah dari dunia kegelapan yang mana, menyerbu lampu-lampu di beranda. Mulai jam 11 malam hingga Subuh menjelang, kampung kami jadi mirip kampung mati.
KELUAR KANDANG
Tak ada yang berani mulai menyalakan lampu beranda, khawatir konvoi laron kembali. Pemandangan seperti ini tampaknya bakal kerap terjadi di Jakarta dalam beberapa pekan ke depan, karena pergantian musim yang agak ekstrem. Memaksa laron keluar dari kandang.
Pelan-pelan saya sapu sayap-sayap dan tubuh-tubuh bergelimpangan itu. Seperti membersihkan medan pertempuran yang meluluhlantakkan pasukan perang. Di Wonosari atau Gunung Kidul, tubuh-tubuh bergelimpangan ini pasti jadi berkah tersendiri.
Lebih dari satu dekade lalu, saat liputan di Yogyakarta dan sekitarnya, saya nyaris tergoda jajanan laron goreng yang ditempatkan di plastik-plastik gelembung, dijajakan sepanjang jalan di Wonosari-Gunung Kidul hingga perbatasan Yogyakarta. Di Wonosari-Gunung Kidul memang ada tradisi menggoreng laron sebagai jajanan.
Namun saat itu saya tak punya nyali buat mencicipi laron goreng yang katanya berprotein tinggi. Kalau dipaksakan, saya khawatir nasi dan sayur lombok ijo khas Wonosari yang baru saja saya santap malah mbrojol keluar dari pencernaan, tak terima didatangi bangsa laron.
PESAN LARON
Jadi, apa kira-kira pesan yang dibawa laron pada kehidupan manusia? Tuhan menciptakan makhluk, walaupun umurnya hanya sehari, pasti seraya menyelipkan hikmah di dalamnya. Tiap makhluk membawa visi dan misi Allah. Begitu pun laron. Maka pesan yang bisa ditangkap kira-kira:
Pertama, tetaplah semangat mencari rezeki dan rahmat Allah, meskipun kamu tahu usiamu tinggal sehari.
Kedua, kejarlah cinta sejati, meski risikonya mati. Karena jodoh tak akan datang kalau kamu hanya rebahan di rumah.
Relate kan, gaes?
*) Ditulis oleh Muhammad Sulhi Rawi, wartawan senior.