Bangkit dari Abu, Museum Nasional Indonesia Menyapa Dunia dengan Wajah Baru
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Pascakebakaran yang melanda pada September 2023, institusi budaya yang telah menjadi ikon sejarah bangsa ini kembali membuka pintunya untuk masyarakat pada 15 Oktober 2024. Namun, museum ini bukan sekadar berdiri kembali, melainkan hadir dengan semangat yang lebih kokoh dan koleksi yang lebih kaya.
Jum’at (15/11/2024), suasana museum begitu hidup. Ratusan pengunjung, dari anak-anak sekolah hingga turis mancanegara, memadati ruang pameran yang kini tampil lebih modern dan berstandar tinggi. Mereka tak hanya ingin melihat koleksi berharga, tetapi juga menyaksikan bagaimana museum ini berhasil bangkit dari musibah yang sempat mengancam keberlangsungan salah satu institusi budaya tertua di Indonesia. Pengunjung juga rela mengantre untuk mencoba fitur AI (Artificial Intelegent) yang tersedia di museum.
PERJALANAN PANJANG
Ridwan, salah satu staf pengelola museum, berbagi cerita tentang perjalanan panjang pemulihan setelah insiden kebakaran. “Kami melakukan berbagai upaya untuk memastikan keamanan koleksi, seperti pemasangan alarm kebakaran, detektor asap, dan kamera pengawas di titik strategis. Jumlah tenaga keamanan juga kami tingkatkan, dengan pelatihan khusus untuk menghadapi situasi darurat,” jelasnya.
Tidak hanya dari sisi keamanan, Museum Nasional juga menjadi ajang kolaborasi internasional dalam proses restorasi koleksi yang terdampak kebakaran. Tim konservasi melibatkan para ahli dari Smithsonian’s National Museum of Asian Art, Tracing Patterns Foundation, serta pakar dari Belanda dan Prancis. “Mereka membantu memulihkan koleksi yang rusak, terutama benda-benda berbahan logam seperti besi dan tembaga yang membutuhkan teknik khusus,” tambah Ridwan.
Langkah pemulihan ini tidak hanya untuk memperbaiki koleksi yang rusak, tetapi juga untuk memastikan bahwa museum dapat kembali menjadi ruang edukasi dan refleksi bagi masyarakat.
Salah satu sorotan utama dalam pembukaan kembali Museum Nasional adalah koleksi repatriasi dari Belanda. Artefak-artefak ini, termasuk Koleksi Pangeran Diponegoro, Koleksi Lombok, Koleksi Pita Maha, dan Arca Singhasari, merupakan hasil diplomasi budaya yang panjang antara pemerintah Indonesia dan Belanda.
ARTI MENDALAM
Bagi Wicak, seorang guru yang mengunjungi museum bersama murid-muridnya, koleksi ini memiliki arti yang mendalam. “Luar biasa sekali. Saya tidak tahu kalau masih ada benda bersejarah kita yang tersimpan di luar negeri. Ini menunjukkan betapa pentingnya upaya kita menjaga dan memulangkan warisan budaya,” katanya.
Koleksi ini menjadi simbol keberhasilan Indonesia dalam mengembalikan sebagian identitasnya yang telah lama tersebar di penjuru dunia. Namun, koleksi ini juga menjadi pengingat akan pentingnya kerja sama internasional dalam melindungi sejarah.
KEBAKARAN JADI TITIK BALIK
Kebakaran yang melanda museum tahun lalu menjadi titik balik bagi institusi ini. Setelah insiden tersebut, pihak museum tidak hanya berupaya memulihkan kerusakan, tetapi juga merevitalisasi seluruh aspek pengelolaan. “Kami tidak ingin kejadian seperti ini terulang. Selain peningkatan keamanan, kami juga mengubah tata kelola koleksi dan ruang pameran agar lebih modern dan efisien,” jelas Ridwan.
Untuk menyambut pembukaan kembali, museum menyelenggarakan tiga pameran besar bertema Repatriasi, Pascakebakaran, dan Wajah Baru Museum Nasional. Pameran ini dirancang untuk menunjukkan kepada publik bagaimana museum ini bangkit dari musibah, sekaligus memperkenalkan koleksi baru yang memiliki nilai sejarah yang luar biasa.
Di ruang pameran, antusiasme pengunjung tampak jelas. Murid-murid Wicak dengan penuh semangat mengamati patung-patung yang dipajang. Sementara itu, Wicak sendiri tak henti-hentinya mengagumi koleksi baru yang berhasil dipulangkan dari Belanda. “Keren banget, asli. Sebagai sebuah negara, mengembalikan barang yang sudah lama diambil itu bukan hal yang gampang. Ini menunjukkan bahwa kita serius menjaga identitas bangsa,” ujarnya.
Museum Nasional kini tidak hanya menjadi tempat menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga ruang dialog yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Koleksi repatriasi ini, misalnya, menceritakan kisah panjang tentang bagaimana warisan budaya Indonesia sempat berada di tangan bangsa lain, tetapi akhirnya kembali ke tempat asalnya.
Dengan wajah baru, Museum Nasional kini menjadi simbol harapan bagi banyak orang. Wicak dan murid-muridnya, seperti banyak pengunjung lainnya, pulang dengan hati yang penuh rasa bangga dan kagum. “Ini pelajaran penting, bukan hanya tentang sejarah, tetapi juga tentang ketahanan. Dari musibah sebesar kebakaran, Museum Nasional berhasil bangkit dan bahkan menjadi lebih kuat,” katanya.
Museum Nasional Indonesia kini berdiri sebagai bukti bahwa sejarah tidak akan hilang, selama ada tekad untuk melindungi dan merawatnya. Dari abu kebakaran, museum ini bangkit kembali, menyapa dunia dengan pesan bahwa warisan budaya adalah harta yang harus terus dijaga dan dihormati.
*) Ditulis oleh Hanif Adhi Nugroho Mahasiswa PNJ Magang di LPDS