2024, Saham Sektor Energi Naik 26% dan Berlanjut pada 2025

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Bursa saham Indonesia pada 2024 didominasi oleh sektor AI dan energi. Dua sektor menjadi spiral yang saling mendukung. Indeks saham Amerika dikendalikan oleh magnificent seven – Alphabet, Amazon, Apple, Meta Platforms, Microsoft, NVIDIA, dan Tesla – melanjutkan dominasi 2023.

Di bursa saham Indonesia, di tengah koreksi IHSG, sektor energi mencatat kenaikan lebih dari 26% tahun lalu. Tren itu, perkiraan saya, bukan hanya akan berlanjut di 2025, tapi perannya dalam agregat pasar akan semakin besar pula.

Di bursa saham dalam negeri, 2024 adalah tahun yang buruk. Walau pun IHSG sempat mencatatkan rekor tertinggi pada September, 2024 ditutup dengan penurunan 2,65%. Selama 10 tahun terakhir, penurunan itu hanya kalah dari tahun saat Covid-19 melanda, pada 2020, dengan catatan penurunan 5,09%.

Penurunan itu menempatkan IHSG sebagai indeks saham terburuk di ASEAN. Itu terjadi ketika bursa-bursa dunia mengalami rally. Di Amerika, Nasdaq naik 22,26%, S&P menambah nilai 18,90% dan DJIA 11,41%. Di Asia, Nikkei 225 naik 15,11%, Taiwan bahkan mencatat kenaikan fantastis, 29%!

Modal asing juga memperlihatkan kecenderungan pergi meninggalkan pasar keuangan Indonesia. SBN, SRBI memperlihatkan tren itu. Di pasar saham, walaupun secara total masih menunjukkan inflows hampir Rp16 triliun, namun di segmen pasar regular – indikator yang lebih objektif – tercatat outflows sebesar hampir Rp29 triliun.

RUPIAH DEPRESIASI TAJAM

rupiah turun

Di tahun 2024 rupiah mengalami depresiasi tajam. Sempat 16.400 untuk USD1. Sebagian bisa difahami, karena DXY – indeks USD terhadap enam mata uang utama dunia – naik 6,29% selama 2024. Namun menjadi mata uang kelima terburuk di dunia, saya kira lebih dari sekedar karena penguatan USD.

Menjaga stabilitas rupiah, menurut saya, akan menjadi salah satu tantangan berat ekonomi Indonesia 2025. Eksternal, kebijakan proteksionistis Trump akan memicu penguatan USD. Juga berdampak inflasi yang akan menahan penurunan tingkat bunga. BRICS ++ yang semula bersemangat untuk mengurangi dominasi dan ketergantungan global terhadap dolar, nampaknya tak mudah mencapai konsensus tentang mata uang devisa/alat penyelesaian transaksi internasional yang baru, karena kondisi internal masing masing Negara anggota yang berbeda beda.

Di dalam negeri, masih dibutuhkan waktu bagi pemerintahan baru untuk membuktikan efektivitas kebijakannya. Kebijakan mencekik leher rakyat – kenaikan PPN – di detik-detik terakhir, menjelang tutup tahun, diberikan interpretasi ulang yang lebih ramah bagi akar rumput. Mudah-mudahan – bersama dengan bantuan sosial dan insentif lain – mampu mempertahankan daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat.

Arus investasi, perkiraan saya, masih wait and see. Kuncinya pada kepastian hukum dan pemberantasan korupsi. Narasi pemberantasan korupsi sudah menggelegar. Tapi realisasinya masih sangat menyedihkan. Hilirisasi berpeluang besar meningkatkan industrialisasi. Sektor perkebunan dan pertanian – setidaknya dalam program – akan menyusul sektor tambang dan mineral. Namun peningkatan ekspor masih tetap tergantung pada peningkatan aktivitas ekonomi di Negara Negara mitra dagang, China, India, UE dst.

*) Ditulis oleh Hasa Zeib Mahmud, Redaktur KhususIndowork.id

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Bisnis