Pesan Atmakusumah, Teruslah Menulis Buku

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Kenangan paling berkesan antara murid dan guru adalah pembelajaran yang tiada henti. Begitulah yang saya rasakan sebagai murid Pak Atmakusumah Asraatmadja yang wafat pada 2 Januari 2024.

Teruslah belajar karena belajar itu memerdekakan. Belajar memang tidak harus selalu di kelas. Pembelajaran yang saya dapatkan dari Pak Atma adalah ketika ngobrol di sela-sela rapat LPDS, acara peringatan ulang tahun, ketika tampil sebagai pembicara, maupun saat khusus mewawancarinya.

Pak Atmakusumah berpesan kepada saya untuk terus menulis buku. Hal itu ia sampaikan ketika saya memberikan hadiah kepadanya buku karya saya yang berjudul Media Massa dan Pasar Modal yang terbit perdana pada 29 Oktober 2018.

Buku ini merupakan yang pertama setelah saya pensiun dini dari Bisnis Indonesia Group. Saya melaporkan setelah pensiun dini tersebut, saya telah menulis sedikitnya 5 buku.”Wah itu luar biasa,” katanya.

Ia lalu menyebut nama Subagyo HS, wartawan yang rajin menulis buku. Buku adalah mahkota wartawan, kata ungkapan klasik.

Tetapi tidak banyak wartawan yang bisa menulis buku. Ini memang bukan perkara mudah. Banyak teman wartawan yang terlalu sibuk dalam karier jurnalistik sampai akhir hayat lupa menulis buku.

Selain soal buku, banyak kenangan manis bersama Pak Atma di Lembaga Pers Dokter Soetomo (LPDS) di mana ia pernah menjadi direktur eksekutif.

ULANG TAHUN LPDS

Setiap ulang tahun LPDS Pak Atma pasti datang. Maklum ia adalah direktur eksekutif pertama lembaga pendidikan pers profesional itu. Namun ulang HUT ke-36 pada 23 Juli 2024 ia tak hadir karena kesehatannya telah mengganggu.

Pada HUT ke-35, siniar LPDS Circle menampilkan wawancara saya dengan Pak Atma sebelum acara dimulai. “Wah podcastnya bagus, kereen,” kata Bambang Harymurti, Ketua Dewan Pengawas LPDS.

Biasanya setiap ulang tahun,  Pak Atma selalu memberikan pidato tentang jurnalisme, tapi tidak kali ini. Namun Bambang Harymurti menilai segala pemikiran Pak Atma adalah tentang jurnalime mulai dari kebebasan pers hingga kode etik jurnalistik.

SINIAR EDISI PERDANA

Tentang LPDS Circle, yang ditangani oleh Zaenal Aripin, kami sengaja memilih Pak Atma untuk edisi perdana. Kami datang ke rumahnya di Komplek Wartawan di bilangan Cipinang, Jakarta Timur.

Saya bersama Aloysius Arena Ariwibowo, Lestantya Ravisavitra Baskoro dan tentu saja Zenal Aripin menyiapkan produk perdana tersebut.Sebagai produser, Zaenal mempersiapkan semua pertanyaan untuk  Pak Atma. Memang pendengaran Pak Atma agak terganggu sehingga, sebagai presenter, saya harus berbicara lebih keras.

Selanjutnya sejumlah tokoh pers nasional ditampilkan pada siniar ini hampir setiap bulan.

Siniar atau podsiar (bahasa Inggris: podcast), atau siaran web tanalir (non-streaming webcast) adalah serangkaian berkas media digital (baik audio maupun video) yang diterbitkan kapan saja dan dapat diunduh melalui sindikasi web.

SOSOK SANGAT GIGIH

Abdullah Alamudi (tengah) di rumah duka

Abdullah Alamudi, 83, angota Dewan Pers 2006-2009, mengenang bahwa almarhum adalah salah satu sosok yang sangat gigih menyusun konsep kemerdekaan pers Indonesia melalui revisi total UU Pers, katanya  sambil mengelus-elus selimut batik yang membungkus jenazah koleganya itu, Kamis, 2 Januari 2024 di rumah duka.

Lain lagi kenangan sahabat saya, Deva Rachman, praktisi komunikasi, mengatakan bahwa seperti kebanyakan orang yang bersinggungan dengan dunia pers, pastinya mengenal Prof. Atmakusumah.

“Saya sendiri sebenarnya mengenal beliau karena, kebetulan ketiga putra beliau sekolah di Labs School, mas Kresnahutomo Asraatmadja dan Rama Andara Saputra dua-duanya masing2 seangkatan dengan kedua kakak saya, Laila dan Rahadhi,” katanya.

TANYA SOAL MATEMATIKA

Deva dan sang ayah, Arief Rachman

Dahulu Rama sering menginap di rumah Deva, karena satu kepengurusan OSIS di Labs, dengan kakaknya, Rahadhi. Bahkan sering tanya soal matematika kalau ia taak tahu menjelang ujian nasional.
Sebelumnya Deva tidak pernah kenal orang tua Tam tam dan Rama, baru kenal justru setelah ia kerja di ExxonMobil, sebagai media Relations.
Perusahaan tempat Deva bekerja membutuhkan lembaga bagus untuk memberikan gambaran tentang media di Indonesia, membuat program bersama dan training jurnalistik bagi teman-teman media dan internal perusahaan.
“Perkenalan Deva dengan Prof Atma, atau Pak Atma , beliau malah bilang bagusnya panggil Oom saja, karena kenal dengan Mas Tam-tam dan Rama. Saya memanggil beliau dengan Bapak.”

TEGAS TAPI LUCU

Dalam pandangan Deva, Pak Atma orang yang lurus, lugas, jujur dan tegas tapi amat lucu. “Saya banyak belajar mengenai pers dan media dari beliau, selama beliau memberikan ceramah.”
Kemudian di peluncuran buku Pak Atma, Deva bertemu dengan Ibu, istri  dan seluruh keluarga .
“Terakhir kemarin saya bertemu mas Tam-tam di RSCM, bertemu tidak sengaja ketika mengantar Ibu yang sakit, kami mendoakan Prof Atma segera sembuh.
Tapi Allah memanggil beliau, kami amat kehilangan seorang guru, tokoh pers dan media yang amat baik.”
Selamat jalan Pak.. semoga Allah memberikan tempat yang terbaik bagi bapak. Bagi keluarga yang ditinggalkan sabar dan ikhlas adalah bekal yang utama.
Innalilahi wa innailaihi rojiuun. Allahumaghfirlahu warhamhu wa afihi wa fuanhu.

*) Ditulis oleh Lahyanto Nadie, Redaktur Khusus Infrastrukrur.co.id

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Headline