
Mencermati Kembali 4 Teladan Rasulullah
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Islam yang saya yakini adalah Islam yang menuntun manusia untuk maju dan produktif. Menggunakan semua potensi yang dikaruniakan Allah untuk membantu memperbaiki kesejahteraan manusia, meningkatkan kualitas kemanusiaan, dan kualitas kehidupan.
Bukan Islam yang gaduh, merusak, menghina, menganiaya, menzalimi, apalagi membunuh.
Saya membaca lumayan banyak buku sejarah Islam. Rasulullah yang ingin saya teladani, adalah manusia mulia dengan akhlak sempurna. Beliau tak pernah marah ketika dirinya diejek, dihina, bahkan disakiti. Saya kutip beberapa episode dari catatan tarikh.
Pertama, dalam perjalanan sholat menuju Ka’bah, beliau diludahi oleh seorang Quraisy. Tak cuma sekali. Tapi berkali-kali. Beliau tidak marah. Hanya menoleh sambil senyum. Ketika orang Quraisy itu sakit, beliau datang menjenguk dan mendoakan kesembuhannya.
Kedua, dilempari dengan kotoran binatang okeh Abu Jahal, saat sedang sujud. Anak perempuannya, Fatimah,membersihkan sambil menangis. Rasulullah tak memperlihatkan kemarahan.
Ketiga, saat berdakwah di Thaif, Rasulullah dilempari batu, sampai luka dan berdarah. Konon, malaikat Jibril datang, mengatakan bahwa Allah mengizinkan nya untuk mengangkat Jabbal Uhud untuk ditimpakan kepada kaum Thaif, apabila Rasulullah menghendakinya. Alih-alih marah, Rasulullah malah mendoakan semoga mereka mendapat petunjuk ke jalan yang benar.
Keempat, seorang Badui menarik paksa syal yang sedang dipakai Rasulullah. Meninggalkan bekas merah di leher beliau. Sahabat yang mendampingi beliau marah dan bermaksud memukul lelaki Badui itu. Rasulullah melarangnya, seraya memberikan syal yang diinginkan oleh Badui tersebut.
Teladan semacam itu, bisa saya perbanyak. Sering saya tulis ulang. Kumpulan episode yang menginspirasi saya terbitkan dalam bentuk buku.
Yang pernah membaca Perjanjian Hudaybiah, tentu tahu betapa banyak Rasulullah mengalah kepada kaum Quraisy Makkah. Perjanjian berat sebelah itu pun berulang diingkari oleh kaum Quraisy. Ketika perintah Allah terhalang, perang tak terelakkan.
Perang untuk membela diri. Memperjuangkan perintah Allah. Al Quran menegaskan: “Perangilah orang yang memerangi kamu, di jalan Allah. Dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS 2:190)
Kebencian adalah penyakit hati. Kebencian menumpulkan rasa keadilan. Islam mengajarkan bahkan kepada musuh pun harus tetap berlaku adil. “….dan jangan sekali kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil…” (QS 5:8)

Hasan Zein Mahmud
Islam yang saya peluk, yang saya inginkan menjadi penuntun jalan hidup saya, tidak pernah mengajar umatnya untuk menjadi agresor. Islam yang saya peluk adalah pencuci hati yang kotor. Pelembut hati yang keras. Agama saya mengajarkan saya untuk meyakini bahwa hanya hati bersih yang mampu menerima cahaya kebenaran…
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id