
AS Inginkan Harga Minyak Bumi Turun ke Titik Terendah
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Amerika Serikat menginginkan harga minyak bumi turun ke titik rendah. Harga minyak bumi yang rendah memberi tekanan pada ekonomi Rusia.
Itu sebabnya AS menggenjot pompa minyaknya sekuat tenaga. Data IEA mencatat produksi minyak AS pada awal 2025, 13,2 juta barel per hari. AS merencanakan menaikkan produksi sebesar 700.000 barel per hari hingga akhir tahun ini.
Yang agak mencengangkan adalah keputusan OPEC+ – dalam urusan minyak bumi biasanya satu geng dengan Rusia, – juga memutuskan untuk menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari mulai bulan depan.
Di luar OPEC, Kanada dan Brazil (termasuk + dalam OPEC +) juga berencana menaikkan produksi.
CADANGAN NAIK TAJAM
Dihadapkan pada fenomena perdagangan internasional yang diperkirakan menciut dan ekonomi global yang melambat, bisa diduga minyak bumi akan mengalami kelebihan pasok. Dan cadangan pun naik tajam.
Harga minyak bumi telah turun. Dan diperkirakan akan terus turun. Minggu lalu, WTI sempat jatuh di bawah $ 60 per barel, walaupun ditutup pada $ 61,50 pada Jumat 11 April. Selama setahun terakhir, harga WTI telah turun hampir 28%. Banyak pakar yang memperkirakan harga WTI akan jatuh di bawah $50 per barel tahun ini.
Bagi Indonesia sebagai net importer country, harga minyak bumi yang rendah, memberi lebih banyak keuntungan ketimbang kerugian.

Hasan Zein Mahmud
Dengan asumsi rupiah tidak terperosok lebih dalam lagi, harga minyak bumi yang murah akan menghemat devisa, meringankan APBN (subsidi), menurunkan biaya energi dan transportasi
Mengurangi nafsu meng-oplos? Entahlah.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id