Mpok Roos (kerudung merah) dapat tumpeng dari Eddie M. Nalapraya

Cerita Lucu Pak Eddie Nalapraya, Lu Kire Gue Tinggal di Kampung?

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Dalam rangkaiasn mengenang almarhum H. Eddie Mardjoeki Nalapraya yang wafat Selasa lalu, 13 Mei 2025, saya suguhkan beberapa cerita secara berseri tentang beliau yang saya beri judul berserinya Sehari Bersama Pak Eddie Nalapraya.

Kali ini, tulisan kedua setelah beliau wafat, saya beri judul “RT Berapa? RW Berapa?”

Saya mendirikan percetakan SAYLAGRAGFIKA pada Juni 1992 waktu kuliah di Universitas Indonesia (UI) pada semester empat. Salah satu sumber tenaga kerjanya adalah dari kalangan keluarga sendiri, baik saudara dekat maupun keluarga jauh. Ada juga dari teman atau kenalan. Bahkan ada yang berdasarkan hasil rekruitmen dari pasang iklan di koran Pos Kota.

DITITIPKAN IBUNYA

Salah seorang yang “dititipkan” ibunya adalah Kiki, nama lengkapnya Rizkian. Masih fresh from the oven baru lulus SLTA. Tinggal di Bojonggede, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Karena rumahnya jauh, dia menginap di percetakan. Pulang sepekan sekali pada Ahad. Pekerjanya sebagai “petugas luar”, bagian belanja atau antarjemput order. Kalau sekarang tepatnya disebut bagian delivery.

Nah, kali ini saya mau cerita tentang dia dan Pak Eddie Nalapraya.

Pada 1998 ketika krisis moneter melanda Indonesia diikuti krisis kepercayaan yang berkepanjangan, Pak Eddie memberikan kepercayaan kepada saya untuk menerbitkan bulletin Jum’at yang terbit dua pekan sekali. Namanya bulletin Nurani.

Bulletin ini berisi motivasi Islami untuk membangkitkan semangat para karyawan karyawati di lingkungan perusahaan tekstil terkenal, yaitu Texmaco. Beliau saat itu dipercaya sebagai salah seorang komisarisnya.

Ada cerita menarik tentang Kiki Rizkian dihadapan Pak Eddie Nalapraya terkait kirim mengirim barang cetakan bulletin Jum’at itu. Biasanya dikirim ke rumah beliau di kawasan elit Kebayoran Baru Jakarta Selatan, jalan Kertanegara nomor 11. Kalau sekarang dekat rumah pribadi Presiden Prabowo Subianto.

Pada satu kesempatan rapat Bamus Betawi, pada saat di tahun 1998, Pak Eddie masih ketua umumnya. Rapat digelar di Padepokan Pencak Silat TMII Pondok Gede soal persiapan Halal Bi Halal Masyarakat Betawi.

CERITA LUCU

Di sela-sela, jeda rapat, Pak Eddie suka cerita-cerita lucu dan jenaka. Kali ini yang jadi korbannya saya. Di hadapan para petinggi Bamus Betawi, umumnya pejabat Pemda DKI dan para ketua organisasi Betawi, Pak Eddie cerita begini:

“Bapak-bapak, ibu-ibu. Saiful nih, jelek-jelek punya perusahaan percetakan. Saya kasih order cetak bulletin Jum’at”

“Satu hari karyawannya nelepon ke rumah. Katanya mau nganter cetakan bulletin. Dia tanya, apakah betul ini rumah Pak Eddie? Betul! Jalan Kertanegara nomor 11? Betul!”

“Mo tanya, Pak ! RT berapa? RW Berapa ya Pak?”

Kontan hadirin tertawa ngakak. Apa pasal?

Karena jawab Pak Eddie, “Die kire, rumah Ane di kampung!” sambil tertawa renyah disambut sebagian peserta rapat yang tahu betul lokasi rumah Pak Eddie di kawasan elite Kebayoran Baru.

*) Ditulis oleh Saiful Latief bin H. Rohmani Musa

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Headline