
Ekosistem Industri Alat Berat Indonesia, Tumbuh dan Berkembang.
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Ekosistem industri alat berat Indonesia telah bertumbuh dan berkembang. Melibatkan berbagai perusahaan dalam dan luar negeri, mulai dari pabrik utama, pabrik komponen hingga sub komponen.
Sejumlah komponen alat berat sebagian besar dikerjakan para produsen dalam negeri. Sedangkan attachment, assembling, hingga after sales berada di tangan principal dan main dealer.
Kendati diakui, para produsen manufaktur alat berat itu mengalami kendala berupa keterbatasan hingga ketiadaan bahan baku di dalam negeri yang sesuai spek, seperti baja sehingga memaksa mereka harus melakukan importasi bahan baku dari Jepang, China, Thailand dan Amerika Serikat.
Sejumlah perusahaan komponen itu telah melengkapi kandungan komponen bahan bakunya dari dalam negeri (local content) hingga 80%.
Berikut sejumlah perusahaan komponen di industri manufaktur alat berat, antara lain: PT. Shibaura Shearing Indonesia, PT Surya Agung Sentosa, PT Kongo dan PT Sinergi Inti Industri.
SHIBAURA SHEARING INDONESIA (SSI)
Shibaura Shearing Indonesia (SSI) salah satu produsen komponen di Industri alat berat dalam negeri. Spesialisasinya cutting plat baja dengan proses pemotongan melalui gas, laser dan plasma.
SSI berdiri di Indonesia pada 12 Juli 2005. Produksi pertama dimulai pada 1 Februari 2006. Director SSI, Togar Harapan Pangaribuan mengungkapkan, awal-awal berdiri SSI terdapat sedikit kepemilikan saham dari Hitachi Construction Machinery Indonesia (HCMI). Namun, kini shareholders-nya dimiliki Shibaura Group yang berpusat di Jepang. Sebuah industri manufaktur alat berat asal Jepang.
’’Awalnya ada sedikit saham Hitachi. Sekarang 100% sahamnya milik Shibaura Jepang,’’ ungkap Togar Harapan Pangaribuan, Rabu 19 Februari 2025.
Shareholders terbesar SSI dimiliki oleh Shibaura Holdings, Inc (Jepang) sebesar 48,3%. Berikutnya Shibaura Shearing Co.Ltd (Jepang) dengan 26,7%. Selanjutnya Shibaura Sangyo Co.Ltd (Jepang) dengan 25%.
Perusahaan yang berada di kawasan industri MM2100 Blok II-2, 3, Cikarang Barat, Bekasi itu memiliki sejumlah customer utama antara lain: Hitachi, Sakai, Sumitomo dan Komatsu.
Sebagai salah satu ‘pendiri’ Shibaura Shearing Indonesia, Togar mengungkapkan, perusahaan ini diawali oleh 15-20 orang yang kebanyakan berasal dari Hitachi Construction Machinery Indonesia (HCMI). ’’Mereka dikirim ke Jepang untuk mempelajari proses cutting dengan laser, gas, dan plasma. Dan kebanyakan mereka adalah operator di lapangan,’’ ungkapnya.
Kini, Shibaura Shearing Indonesia setelah hampir 20 tahun di Indonesia, SSI telah berkembang dan bertumbuh. Sejumlah Sumber Daya Manusia (SDM) SSI banyak yang dikirim ke Jepang lantaran Shebaura Group di sana sedang mengalami kekurangan SDM. ’’Kurang lebih ada sekitar 28 yang sekarang bekerja di Shibaura Jepang’’.
Proses produksi di SSI berdasarkan pada design dan gambar yang dikirim customer. ’’Pemotongan plat baja disesuaikan dengan order dan gambar dari customer. Setelah di-cutting, nanti chamfering lalu dibending atau diroll’’.
Untuk komponen bahan baku produksi di SSI ini bersumber dari dalam dan luar negeri. Dengan komposisi bahan baku sebesar 80% lokal dan 20% berasal dari impor. ’’Bajanya kami belanja dari dalam negeri, yaitu Krakatau Posco. Yang impor kami belanja dari Jepang dan Korea,’’ imbuh Togar.
Dalam sebulan, SSI mampu memproduksi pemotongan plat baja rata-rata hingga 7000 ton. Ketebalan baja yang dipotong paling tipis 3 milimeter dan paling tebal 140 milimeter. ’’Kami lakukan kendali mutu dan hasilnya 98,5% oke’’. Dengan produksi pemotongan 7.000 ton sebulan itu, Togar mengklaim scrapnya hanya menyisakan sekitar 1.000 ton saja.
SURYA AGUNG SENTOSA

Bagian Excavator
Surya Agung Sentosa (SAS) salah satu pabrik komponen penyuplai industri alat berat di Indonesia. Perusahaan ini berawal dari workshop pada 1986. SAS lalu dipercaya menjadi salah satu produsen komponen otomotif untuk salah satu industri otomotif terbesar, yaitu sebagai base plant Toyota dan Astra Honda Motor (AHM).
Seiring perjalanan dan perkembangan industri, pabrik ini juga menerima pengerjaan komponen untuk sejumlah alat berat. Salah satu customer SAS adalah PT Komatsu Indonesia (KI). Sejak 1996 SAS memproduksi sejumlah komponen sesuai permintaan Komatsu Indonesia.
Sejumlah komponen unit dari Komatsu Indonesia yang dipasok atau diproduksi oleh SAS. Antara lain Blade Buldoser D85, D35 dan D81. Ada pula Backet PC210 dan beberapa mesin berkapasitas besar. ’’Produksi alat berat kami 80 persen untuk Komatsu Indonesia,’’ ungkap Manager SAS David Pandjaitan, didampingi Joseph Sutijono selaku Owner SAS, Rabu 19 Februari 2025.
Di luar Komatsu Indonesia, David mengungkapkan, pihaknya menerima pengerjaan dari manufaktur lain di industri alat berat selain Komatsu Indonesia. ’’Soal komponen kami ada kebijakan menyesuaikan keinginan customer. Ada permintaan bahan baku dari luar negeri ada pula dari dalam negeri,’’ imbuh David.
Selain menerima pesanan dari dalam negeri, SAS juga telah mengekspor produknya ke sejumlah negara. ’’Eksport kami terbesar ke Korea dan Taiwan,’’ cetus David.
Industri alat berat, dalam pandangan David, fluktuasinya sangat dinamis. Di industri ini, para pelaku mendapat tantangan untuk permintaan alat berat sangat ekstrem. ’’Kalau sedang naik permintaan, tinggi sekali dan dan sangat tajam. Kalau turun juga begitu. Maka, kami selalu menyiapkan ‘gas’ di saat permintaan tinggi dan ‘rem’ saat terjadi penurunan’’.
Belakangan, industri alat berat menghadapi tantangan yang sangat kompetitif dengan membanjirnya alat-alat berat yang masuk ke Indonesia dari berbagai negara. Tantangan lainnya adalah masalah upah tenaga kerja atau upah minimum regional (UMR) dan harga material. ’’UMR dan harga material ini tantangan terbesar bagi kami. Karena bea keduanya terus naik,’’ ujar David seraya menyebut jumlah karyawan SAS total mencapai 350 orang.
’’Situasi politik juga menentukan. Maka kami berharap suasana politik adem terus,’’ tambah Joseph Sutijono, sang owner SAS.
KONGO CITRA MANUFAKTUR INDONESIA
Kehadiran PT Kongo Citra Manufaktur Indonesia dalam blantika industri alat berat Indonesia tidak terlepas dari PT Citra Galvalindo Suksesmandiri (CGS). CGS merupakan produsen pembuatan pelapisan elektro logam pada 1992, awalnya hanya membuat satu jenis produk, kemudian berkembang menjadi ratusan produk untuk otomotif dan alat berat. Keunggulan produk membuat brandnya makin dikenal hingga pengusaha dari Jepang tertarik untuk membuat perusahaan patungan.
Maka berdirilah Kongo Citra Manufaktur Indonesia yang membuat komponen untuk industri alat berat dan otomotif. Hebatnya, Hendrik sebagai pemegang saham mayoritas yaitu 90% dan sisanya mitra dari Jepang hanya 10%. “Mungkin kami satu-satunya perusahaan patungan Indonesia-Jepang sebagai pemegang saham mayoritas,” kata Presiden Direktur Hendrik Lianto, Senin, 24 Februari 2025.
Hendrik bercerita awalnya mendapatkan tawaran dari Sumitomo untuk menjadi pemasok komponen alat berat, namun belakangan justru Komatsu yang memberikan kepercayaan penuh terhadap produk KCMI. Pada masa awal berdiri, perusahaannya hanya mampu memproduksi 1-2 unit komponen saja. Dengan kesabaran akhirnya meningkat hingga 3-5 unit.
Kini KCMI sudah memasok 600 item mulai dari kebutuhan otomotif (50%) hingga untuk alat berat (50%) seperti excavator dan dump truck ke Komatsu dan sejumlah perusahaan industri alat berat baik untuk lokal maupun tujuan ekspor. Produksi komponen yang dihasilkannya sat ini sudah mencapai 300 ton per bulan.
Namun di balik kesuksesan itu, masih ada kesulitan dan tantangan karena kebijakan pemerintah. Ada sedikit kendala di material. Jika pintu gerbang pemerintah kebijakannya lebih disederhanakan, maka Indonesia punya potensi menuju globalisasi.
Hal lain yang dikeluhkan adalah biaya lebih tinggi karena birokrasi yang panjang baik di Kementerian Perindustrian maupun Kementerian Perdagangan. Sekarang tambah lagi kewajiban SNI (Sertifikasi Nasional Indonesia).
Regulasi yang menghambat karena diterapkan secara mendadak. Meskipun saat ini sudah dilakukan secara digital, tetapi ada kurangnya juga karena jika kurang familiar maka sistem akan membatalkan. Jadi yang seharusnya izin selesai dalam sepekan, tetapi molor hingga 2 bulan.
Hambatan lainnya adalah material dan bahan baku yang dirasakannya cukup sulit, namun ia tetap mencari solusinya sehingga dapat mencukupi kebutuhan. Persoalan lainnya yang mengganggu adalah masalah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat (ormas), memperebutkan sisa-sisa produk atau limbah. “Mereka merasa lebih tinggi dari pejabat pemda. Arogansinya tinggi sekali,” keluhnya.
Ia berharap industri komponen alat berat bisa tetap berkembang dan berkompetisi dengan mengembangkan sumber daya dan membuat produk yang dibutuhkan oleh pelanggan.
PT SINERGI INTI INDUSTRI
PT Sinergi inti Industri (SII) berdiri pada 7 Maret 2011. Memproduksi Counterweight untuk Hydrolic Ekskavator dan Shovel sebagai produk utama dari pabrik ini.
Pabrik yang berlokasi di Jalan lapangan Bola, Sumurbatu, Bantargebang, Kota Bekasi ini juga memproduksi pengerjaan pengelasan berkualitas, seperti konstruksi baja bangunan, pelampung, bucket, grapple, peralatan penunjang perusahaan minyak, rak/pallet industri otomotif, jasa pengecatan dan sebagainya.
President Director PT SII Seno Satyasa mengungkapkan, perusahaannya telah mengantongi sertifikasi Benchmarking Guide Paint Process (BGPP) dan Benchmarking Guide Welding and Fabrication (BGWF) dari Caterpillar Indonesia. Serta sertifikasi ISO 9001: 2015 dan 2024.
’’Sejak 2011 kami menjadi supplier Caterpillar Indonesia Batam untuk produk Counterweight,’’ ujar Seno saat ditemui di kantornya di kawasan Bantargebang, Kota Bekasi, Senin 17 Februari 2025.
Sejumlah Counterweight yang diproduksi SII ukurannya bervariasi. Mulai dari 1,5 ton, 3,7 ton hingga berukuran 17 ton. Di luar Counterweight, Seno mengaku pihaknya juga mengerjakan sejumlah order dari beberapa produk untuk industri alat berat, seperti attachment, peralatan dan pengecatan. Beberapa attachment alat berat yang dapat diproduksi di SII antara lain, bucket, dump, forklift, rack, pallet dan lorry yang dibutuhkan industri.
Sejumlah komponennya, seperti baja serta proses chamfer-nya dilakukan di PT Shibaura Shearing Indonesia. Beberapa komponen lainnya yang tidak ada di Indonesia, maka didatangkan dari luar negeri. ’’Bahan baku yang tidak ada di Indonesia, biasanya kami datangkan dari China,’’ ungkap Seno.
Ada pun beberapa customer SII antara lain; PT Caterpillar Indonesia Batam, PT Caterpillar Indonesia, PT Duta Laserindo Metal, PT Senzo Metal, PT KYB Hydraulic Machinery, PT A&T Engineering, PT LiuGong Indonesia, PT Daya Gagas Sentosa, PT Delta Jaya Perkasa, PT Kris Setiabudi Utama, PT Mitra Metal Globalindo, PT Moment Construction Energy, PT Oscar Mas, PT Summit Adyawinasa Indonesia, PT Takagi Sari Multi Utama, PT Tetra Park Stainless Equipment dan PT Trakindo Utama.