Indonesia Masih Jadi Negara Penghasil Tembaga Terbesar di Dunia
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Indonesia masih merupakan negara penghasil tembaga terbesar di dunia.
Pada 2017, total kapasitas produksi tembaga Indonesia mencapai 600.000 ton per tahun. Walau sejak 2016, produksi tembaga Indonesia mengalami penurunan dari sekitar 695.000 ton menjadi 400.200 ton pada 2019.
Cadangan tembaga Indonesia tersebar di beberapa wilayah, seperti Nusa Tenggara, Sumbawa, Jawa Timur, hingga Papua. Berdasarkan informasi terbaru, terdapat potensi pertambangan tembaga dan emas di lapangan Elang, Sumbawa, yang diperkirakan mencapai 1.2945 miliar ons, dengan potensi produksi tahunan sebesar 430 juta ton.
Di sisi lain, PT Freeport Indonesia (PT FI) masih tetap merupakan produsen terbesar tembaga di negeri ini. PT FI mengandalkan penambangan di wilayah Grasberg, Papua, yang terdiri dari tambang terbuka dan bawah tanah. PT FI telah menghasilkan 528 miliar ons tembaga, termasuk 432 miliar ons tembaga dari tambang terbuka sejak 1990-2019.
Selain itu, PT FI juga mengoperasikan tambang Grasberg Block Cave, sebagai tambang bawah tanah dengan perkiraan cadangan sebesar 275,2 miliar ons tembaga serta 14,2 juta ounce emas per Desember 2019.
Di sisi lain, Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan Indonesia masih memiliki cadangan tambang yang begitu besar. Indonesia saat ini diperkirakan menyimpan sumber daya bijih tembaga sebesar 4.925 juta ton dengan cadangan tembaga sebanyak 4.161 juta ton.
Pentingnya Tembaga untuk Perekonomian Nasional dan Pembangunan Industri
Sebagai salah satu komoditas tambang yang penting, tembaga Indonesia saat ini diproduksi dalam jumlah besar. Sayangnya, pengolahan dan permintaan domestik cenderung masih kecil. Tembaga sangat dibutuhkan untuk berbagai keperluan industri, mulai dari kabel hingga komponen otomotif.
Secara global, beberapa negara selain Indonesia juga dikenal sebagai penghasil tembaga seperti Chili, Peru, Meksiko, dan Amerika Serikat. Di luar itu, terdapat pula sejumlah produsen tembaga yang cadangannya tidak sebesar negara-negara tersebut yaitu Rusia, Australia, Polandia, dan Kazakhstan.
Pertumbuhan produksi global tembaga setiap tahun mencapai 3%-4%. Jika produksi tembaga pada 1900 hanya sekitar 500.000 ton, produksi tahun ini diperkirakan mencapai 21,3 juta ton. Gambaran ini dapat dikonfirmasi dari geliat produksi di Amerika Selatan, misalnya, dengan volume produksi hanya 750.000 ton pada 1960, melonjak 42% menjadi 7,5 juta ton pada 2013.
Sama halnya dengan baja dan aluminium, tembaga sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi nasional karena cukup banyak peralatan listrik, transmisi listrik, sampai dengan peralatan elektronika memerlukan logam tembaga.
Tembaga juga berperan sekitar 83 kg terhadap berat total sebuah mobil penumpang, dan akan semakin besar pada era mobil listrik ke depan karena salah satu komponen utama EV adalah motor listrik yang berbahan baku utama tembaga.
Pemerintah menyadari betapa pentingnya logam tembaga bagi perekonomian nasional dan pembangunan industri di masa datang. Karena itu, pemerintah menugaskan MIND ID untuk dapat mengamankan ketersediaan cadangan tembaga nasional bagi kepentingan masa depan negara. Hal inilah yang melatarbelakangi MIND ID melaksanakan proses divestasi saham PT Freeport Indonesia. Persiapannya dimulai dengan menugaskan PT Inalum dan membangun perusahaan ini menjadi sebuah holding company.