Indonesia Terus Lanjut Ekspansi Sektor Manufaktur dan Menurunkan Tingkat Inflasi di Juli 2023
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Sektor manufaktur Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang konsisten selama 23 bulan berturut-turut pada bulan Juli 2023. Tercatat indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur dari angka 53,3, naik dari 52,5 pada bulan Juni 2023. Penguatan PMI manufaktur ini didorong oleh meningkatnya permintaan baru baik di dalam negeri maupun ekspor.
Sektor Manufaktur Indonesia, Pertumbuhan Konsisten, PMI Manufaktur
Kenaikan PMI manufaktur pada bulan Juli ini mencerminkan optimisme pelaku usaha di sektor manufaktur Indonesia, seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menyatakan bahwa sentimen pelaku usaha di sektor manufaktur tetap positif di bulan Juli. Pulihnya permintaan ekspor yang mencapai level ekspansif telah meningkatkan permintaan agregat secara keseluruhan. Hal ini sangat diharapkan akan menopang pertumbuhan ekonomi pada semester kedua tahun ini.
Sementara itu, pada bulan Juli 2023, angka inflasi di Indonesia terus menunjukkan tren penurunan. Inflasi tercatat sebesar 3,08% (year-on-year), menurun secara signifikan dari angka inflasi pada bulan Juni 2023 yang mencapai 3,52% (year-on-year). Penurunan ini dipengaruhi oleh perlambatan kenaikan harga pada seluruh komponen.
Inflasi inti juga mengalami penurunan, mencatat angka 2,43% (year-on-year) pada bulan Juli, menurun dari angka inflasi inti pada bulan Juni yang sebesar 2,58% (year-on-year). Penurunan ini disebabkan oleh perlambatan kenaikan harga hampir pada seluruh kelompok barang dan jasa. Selain itu, inflasi harga yang diatur oleh pemerintah (administered price) juga terus menunjukkan tren penurunan.
Penurunan tersebut mencapai angka 8,42% (year-on-year) pada bulan Juli, turun dari angka inflasi pada bulan Juni yang mencapai 9,21% (year-on-year). Hal ini mencerminkan pengelolaan harga energi domestik yang baik di tengah fluktuasi harga minyak mentah dunia.
Dalam kaitannya dengan harga pangan, inflasi harga bergejolak (volatile food) mengalami deflasi sebesar 0,03% (year-on-year). Pada bulan Juli, menurun dari angka inflasi harga bergejolak pada bulan Juni yang mencapai 1,20% (year-on-year). Deflasi ini disebabkan oleh terkendalinya harga aneka cabai dan bawang merah karena stok yang melimpah.
Komitmen Pemerintah
Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk mengendalikan inflasi secara nasional dan telah melakukan berbagai kebijakan melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Kebijakan-kebijakan ini dilakukan secara konsisten guna menjaga stabilitas harga pangan.
Upaya intervensi harga pangan seperti operasi pasar dan penyediaan pangan murah terus dilakukan, serta kecukupan pasokan beras dan fasilitasi distribusi pangan diupayakan untuk mengantisipasi gejolak harga. Dalam menghadapi dampak El Nino, kebijakan lain seperti optimalisasi penggunaan infrastruktur air dan penguatan lumbung pangan juga telah diterapkan.
Pemerintah juga telah menyediakan insentif fiskal sebesar Rp1 triliun pada tahun 2023 sebagai dukungan pengendalian inflasi di tingkat daerah. Hingga 31 Juli 2023, Pemerintah telah menyalurkan sekitar Rp330 miliar untuk periode pertama. Alokasi insentif fiskal ini merupakan bukti konsistensi Pemerintah dalam pengendalian inflasi nasional, terutama dalam mengoptimalkan peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai shock absorber.
Dengan dana tersebut dan dukungan kebijakan inovatif di setiap daerah, stabilitas harga diharapkan dapat tetap terjaga dan target inflasi sebesar 3%±1% di akhir tahun dapat tercapai. Situasi ekonomi Indonesia yang positif dan penurunan tingkat inflasi menjadi kabar baik bagi masyarakat dan pelaku usaha. Pemerintah terus berupaya untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang stabil dan kondusif bagi pertumbuhan berkelanjutan negara.