Mencari Pembiayaan Infrastruktur yang Inovatif
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Bila bercermin pada negara maju seperti Cina, India, Australia, dan Inggris telah terjadi pergeseran dari pembiayaan infrastruktur publik oleh pemerintah ke kepada pihak swasta. Bagi banyak negara, kebutuhan infrastruktur dianggap sulit untuk didanai pemerintah mengingat kendala fiskal yang ada.
Pendanaan swasta untuk infrastruktur dapat berupa pendanaan bank, terutama pinjaman sindikasi. Namun selama beberapa tahun terakhir sejumlah bank (terutama yang berkantor pusat di negara maju) telah mengurangi pinjaman untuk memperkuat neraca mereka mengikuti kondisi keuangan global akibat krisis.
Diskusi dalam forum internasional seringkali difokuskan pada bagaimana mendorong pembiayaan infrastruktur swasta melalui pasar modal, terutama oleh investor institusional seperti dana pensiun, yang memiliki cakrawala long term investment karena kewajibannya yang bersifat jangka panjang.
Pemerintah China, misalnya, mendominasi hampir semua pembiayaan infrastruktur. Pemerintah telah memberikan perhatian besar pada infrastruktur dalam rencana 5 tahun nasionalnya. Misalnya dalam rencana pembangunan 2006-2010 yang mencantumkan bahwa proyek infrastruktur transportasi utama yang akan dibangun selama periode tersebut.
Sedangkan rencana pembangunan lima tahun berikutnya (2011-2015) menetapkan target ambisius untuk perluasan perkeretaapian berkecepatan tinggi dan jaringan jalan yang akan dibangun. Sejalan dengan ini, China telah menghabiskan banyak uang untuk infrastruktur: di daerah perkotaan saja, sekitar 13,5 persen dari PDB telah diinvestasikan untuk infrastruktur, rata-rata sejak pertengahan 1990-an.
Proporsi pembiayaan swasta sangkatlah kecil. Meskipun demikian, selama 10 tahun terakhir, China telah melonggarkan kebijakannya tentang investasi swasta (termasuk investasi asing) di infrastruktur publik. Misalnya, pada 2010 pemerintah telah mengeluarkan 36 peraturan baru tentang investasi swasta dalam negeri yang mempromosikan perlakuan setara terhadap sektor negara dan swasta di sejumlah bidang termasuk infrastruktur.
Negara lain seperti India juga demikian. Pemerintahnya lebih mendominasi pembiaayaan infrastruktur. Hingga pertengahan tahun 2000-an, alokasi anggaran untuk membiayai sebagian besar investasi infrastruktur. Dari kurun waktu 1990-2007, total investasi infrastruktur berkisar antara 3 dan 5 persen dari PDB. Namun, beberapa perubahan signifikan telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Dalam kurun 2007-2011 pembiayaan infrastruktur oleh negara meningkat lebih ebih dari 7 persen dari PDB. Sekitar 40 persen pendanaan berasal dari sumber swasta.
Pemerintah India mendorong partisipasi pihak swasta untuk meningkatkan kebutuhan pembiayaan infrastruktur yang besar. Dalam hal sumber pembiayaan, sebagian besar peningkatan pembiayaan sektor swasta selama periode ini disebabkan oleh peningkatan pendanaan bank, dengan porsi kredit bank untuk infrastruktur meningkat dari sekitar 2 persen pada tahun 2000 menjadi 14 persen pada 2012.
Bahkan dalam rencana pembangunan lima tahun (2012-2017) pemerintah India menargetkan peningkatan besar lebih lanjut dalam investasi infrastruktur hingga 10 persen dari PDB pada 2017.
Pemerintah India telah menyatakan harapan bahwa pembiayaan dari investor jangka panjang (seperti perusahaan asuransi dan dana pensiun) serta utang dan ekuitas luar negeri. Untuk memfasilitasi ini, pemerintah telah menyiapkan program yang bertujuan untuk memperluas basis keuangan swasta yang tersedia untuk infrastruktur, terutama melalui the India Infrastructure Finance Company Limited (IIFCL).
Pelajaran lain dapat ditemukan di Australia. Investasi infrastruktur rata-rata mencapai sekitar 6 persen dari PDB. Porsi investasi infrastruktur swasta di Australia tumbuh dengan mantap sejak pertengahan 1980-an, mencapai sedikit di atas 55 persen pada 2008, meskipun telah turun kembali di bawah 50 persen sejak krisis keuangan global.
Peningkatan pangsa investasi swasta sebelum tahun 2008 didorong oleh penurunan tingkat investasi infrastruktur oleh badan usaha milik negara dan peningkatan investasi infrastruktur swasta.
Tren ini didorong oleh dua perkembangan.
Pertama, ada privatisasi yang signifikan federal dan negara bagian selama periode, termasuk Telstra, Qantas dan sejumlah bandara dan utilitas negara bagian.
Kedua, ledakan pertambangan dikaitkan dengan peningkatan investasi infrastruktur transportasi swasta, seperti pelabuhan dan jalan yang dilakukan dengan swakelola.
Dari empat negara yang dibahas dalam artikel ini, Inggris Raya memiliki proporsi terbesar dalam pembiayaan infrastruktur swasta, mencapai sekitar dua pertiga dari investasi infrastruktur tahunan pada 2011. Namun, tingkat total investasi infrastruktur juga relatif rendah, diperkirakan sebesar 2–3 persen dari PDB antara tahun 2010 dan 2012.
Proporsi pembiayaan swasta diproyeksikan akan terus meningkat; berdasarkan rencana pemerintah yang dikeluarkan pada 2012, lebih dari 85 persen investasi dalam proyek infrastruktur yang sedang dalam proses akan dibiayai sepenuhnya atau sebagian dibiayai oleh swasta. Tingkat pembiayaan swasta yang tinggi di Inggris Raya sebagian besar merupakan hasil dari privatisasi aset infrastruktur dan badan usaha milik negara di masa lalu.
Terlepas dari tingginya proporsi pembiayaan swasta, pemerintah tetap memainkan peran penting dalam penyediaan infrastruktur melalui: perencanaan dan pengaturan harga yang dibebankan oleh perusahaan di sektor infrastruktur.