Lahyanto Nadie, Dienny Tjokro, Beky Mardani, Daisy Radnawati

Milad ke-24 PBB Setu Babakan, Dari Ondel-ondel Hingga Artificial Intelligence

INDOWORK.ID, JAKARTA: Milad ke-24 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan penuh warna. Sarasehan dalam rangkaian perayaan itu membahas mulai dari persoalan ondel-ondel hingga penerapan artificial intelligence (AI).

Persoalan ondel-ondel terungkap dalam sarasehan dalam ranakaian ulang tahun ke-24 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu, 24 September 2024.

Tampil sebagai pembicara adalah Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Beky Mardani dan dosen Institut Sains dan Teknologi Nasioal (ISTN) Daisy Radnawati, dengan moderator wartawan senior Lahyanto Nadie.

MENGIKUTI TREND

Dienny Tjokro, Lahyanto Nadie, Beky Mardani

Beky Mardani mengatakan bahwa upaya pelestarian budaya Betawi pengemasannya harus mengikuti trend, mengikuti perkembangan teknologi mutakhir, termasuk kecerdasan buatan (A.I.,artificial intelligence) dengan memaksimalkan peran media sosial yang menjadi pusat rujukan generasi masa kini. Tanpa menghilangkan esensi nilai nilai yang melekat pada kebudayaan Betawi.

AI atau kecerdasan buatan atau akal imitasi adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah, AI juga didefinisikan sebagai kecerdasan entitas ilmiah.

Ketua Umum LKB tersebut dengan penuh semangat menyampaikan idenya dalam sarasehan bertajuk Benteng Utama Budaya Betawi Siap Mendukung Jakarta sebagai Kota Global yang diselenggarakan di Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Acara sarasehan berlangsung di tengah kemeriahan menyambut milad (ulang tahun) Perkampungan Betawi ke-24, yang jatuh 15 September 2024 ini. Pada tahun 2000, 15 September, Gubernur Sutiyoso memulai pembangunan kawasan ini.

Sarasehan mengkaji beragam wacana, konsep dan aktivitas keseharian budaya Betawi di masa kini dan masa depan. ”Kampung Betawi ini memiliki empat fungsi, pelestarian, pembinaan, pemanfaatan dan pengembangan budaya Betawi.  Hari ini kita syukuri, sambil terus dibenahi, ” kata Beky Mardani.

TEMPAT STUDI

Perkampungan Betawi di Srengseng Sawah, kata Beky, kini telah menjadi tempat studi budaya bagi mahasiswa yang berkampus di sekitarnya, seperti Universitas Pancasila, UI, ISTN dan lainnya dan kawasan di ibukota lainnya. “Dari penelitian, 72% yang datang untuk wisata budaya” katanya, sembari kunjungan anak anak sekolah juga rutin berdatangan. ”Di sini bisa dilihat, prototip rumah Betawi pinggir, tengah dan pesisir, ada lengkap, ” kata mantan aktivis mahasiswa dan jurnalis teve swasta ini.

Merujuk pada gagasan pembangunannya, Kampung Betawi di Setu Babakan tak cuma menjadi lokasi wisata budaya melainkan juga edukasi pengembangan budaya. Dengan luas lahan 289 hektare, terdiri daratan dan air (setu) yang menyatu dengan pemukiman warga, Kampung Budaya Betawi memiliki kelebihan dan kekurangan. “Kami berharap agar warga di sekitar ini juga merasa memiliki kampung Betawi ini dan mendapat manfaat dari keberadaan kampung budaya ini, ” katanya.

Merespon pada perkembangan terkini, setelah Jakarta tak lagi menjadi ibukota, Kampung Betawi dan Setu Babakan siap menjadi ikon global, dengan menawarkan gagasan; menyelenggarakan festibal budaya sebagai agenda tahunan, meningkatkan diplomasi budaya dan kolaborasi dengan seniman internasional dan terus ‘branding’ masyarakat Betawi sebagai masyarakat terbuka dan kaya akan keberagaman.

Menyadari perkembangan teknologi informasi yang efektif dan fungsional, Beky berharap Situs Perkambungan Betawi juga bisa dihadirkan secara virtual, ”Supaya bisa dilihat oleh mereka yang tidak bisa datang ke sini. Ada semacam tour virtual budaya Betawi, ” katanya. ”Sarana ada, pelaku ada . Tinggal action, ” paparnya.

MODIFIKASI ELEMEN BETAWI

Pembicara ke dua, Dr. Daisy Radnawati, S.T., M.Si., pakar arsitektur lanskap dari ISTN, menyatakan terjadi distrupsi luar biasa dalam perkembangan budaya, tak hanya Betawi melainkan juga seluruh budaya tradisional di dunia global.

“Rasanya perlu diselenggarakan seminar international tentang Budaya Betawi – fokus membahas budaya Betawi, ” katanya. Pengaruh budaya Tionghoa,  Arab yang berbaur menjadi Betawi seperti apa nantinya?

Wakil rektor ISTN ini menyebut tantangan semua pihak terkait, bagaimana menjaga keseimbangan modernisasi dan menjaga tradisi. “Saya dibesarkan di Betawi, lahir dan besar di wilayah Betawi. Dulu ada tradisi warga bareng ke mushala. Sekarang, warga jalan bareng masih ada tapi sudah bukan ke mushala, ” kenangnya.

Daisy mengaku telah buku Peran Batik dalam Pelestarian Budaya dan menawarakan desain yang menghadirkan elemen budaya betawi di berbagai perabotan rumah, sebagai karya kreasi dan modifikasi, tanpa melanggar nilai budaya dan simbol sakral di dalamnya

Sependapat dengan Beky Mardani, Daisy menyatakan perlunya memanfaatkan dan belajar dengan A.I. (artificial intelligence) dan dunia digital untuk mempromosikan Budaya Betawi ke kancah global. ”Saya sudah coba, bikin lagu pakai AI satu menit bisa. Yang penting promt-nya sesuai dengan khas Betawi, ” katanya.

TERBUKTI GO INTERNATIONAL

Dienny Tjokro, Yahya Andi Saputra, Lahyanto Nadie

Duta Besar RI untuk Ekuador periode 2017-2020 Diennaryati Tjokrosuprihatono  menceritakan bahwa ketika mengadakan halal bihalal bersama masyarakat Indonesia dan umat muslim Ekuador, setelah melaksanakan shalat Ied bersama di Masjid As-salam yang ada di Quito, ia menampilkan budaya Betawi.

Budaya Betawi terbukti dapat go international jika dikelola secara profesional dan dikemas dengan baik. Dalam menyambut Jakarta sebagai kota global, budaya Betawi perlu beradaptasi dan berkembang meskipun banyak yang harus dibenahi.

Dalam acara open house dan halal bihalal bersama masyarakat Indonesia dan sahabat Indonesia dari Ekuador di Wisma Duta itu  hadir sejumlah pejabat pemerintah Ekuador, pebisnis, seniman, perwakilan sahabat Muslim Ekuador serta chef ternama Ekuador.

Dienny mengatakan bahwa hidangan khas yang disiapkan pun khas kuliner Betawi. “Saya orang Betawi sehingga setiap aktivitas kehidupan mengamalkan nilai-nilai Budaya Betawi,” kata Sekretaris Universitas Pancasila tersebut.

Menurut Dienny, masyarakat Indonesia dan seluruh tamu asing yang hadir menyerbu hidangan mulai dari lontong, opor ayam, rendang, sate Betawi, bakso, otak-otak, kerupuk sampai berbagai kue-kue manis pun laris dinikmati tamu yang umumnya belum mengenal masakan khas Indonesia.

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Headline