BRICS, Gerakan Paling Signifikan Akhiri Ketidakadilan Finansial Global

INDOWORK,ID, JAKARTA: Munculnya BRICS merupakan gerakan paling signifikan dalam upaya mengakhiri ketidakadilan finansial global. Pelan tapi pasti hegemoni USD akan menciut. Proses itu akan makin cepat bila lebih banyak negara ikut berjuang menciptakan kesetaraan perlakuan dalam hubungan ekonomi antar negara.

Juli delapan puluh tahun lalu, 44 negara berkumpul di Bretton Wood New Hampshire. Konon merumuskan upaya dan mengambil langkah konkrit untuk rekonstruksi kerusakan ekonomi pascadua perang dunia.

Banyak keputusan monumental diambil dalam forum itu, yang kemudian dikenal dengan Bretton Wood Agreement. Antara lain berdirinya IMF dan Bank Dunia.

Salah satu keputusan, yang kemudian menjadi sumber ketidakadilan ekonomi global, yang jadi topik celoteh ini, adalah mengaitkan nilai mata uang negara negara-anggota terhadap USD, kemudian mengaitkan nilai USD dengan cadangan emas. Jadilah USD sebagai mata uang devisa dan alat tukar utama dalam penyelesaian transaksi internasional. Fluktuasi nilai tukar berpeluang akan relatif stabil. Inflasi akan lebih terkendali. Sekian dekade poundsterling telah menunjukkan keunggulannya karena nilainya dikaitkan dengan emas. Kita sebut saja keterkaitan itu dengan klausula emas.

NIXON MENGHIANATI PERJANJIAN

Pada 1971, Presdein AS Richard Nixon “mengkhianati” Perjanjian Bretton Wood. Ia melepaskan keterkaitan USD dengan emas. USD menjelma menjadi fiat currency. Nilainya hanya berdasar kepercayaan pada lembaga penerbit. Dalam lembaran green back tertulis In God We Trust seakan memproklamirkan bahwa USD sebagai mata uang devisa sudah ditakdirkan langsung oleh Tuhan.

Seharusnya, dengan berakhirnya klausula emas, berakhir pula peran USD sebagai mata uang devisa. Namun faktanya, peran itu – walau mengecil – masih berlanjut hingga saat ini.

Ketidak-adilan ekonomi yang luar biasa. Daya beli global berada dan ditentukan oleh AS. Amerika Serikat bisa mencetak dolar sebanyak yang dia mau, dan bisa membeli apapun di muka bumi. Sementara negara lain – khususnya negara berkembang – praktis menjadi kuli kuli AS. Merka harus banting tulang dan menjual apapun agar memperoleh USD. Harga energi dan komoditas vital perekonomian dihargai dalam USD. Tanpa green back perdagangan internasional nya mampet. Impor tidak bisa dilakukan, Industri yang bergantung pada bahan impor akan mati kering.

EMBARGO TERHADAP RUSIA

Embargo barat terhadap Rusia melahirkan berbagai kreativitas di dalam negerinya. Amerika yang berabad abad membangun ekonomi lewat perang, kini dimanfaatkan juga oleh Rusia, untuk mencari peluang uang dari perang. Salah satu kreativitas itu adalah mengaitkan kembali nilai rubel dengan emas, bahkan menerima emas sebagai alat pembayaran transaksi internasionalnya.

Kepercayaan terhadap rubel meningkat. Pada saat bersamaan, “perampokan” yang dilakukan AS dengan membekukan cadangan devisa Rusia, menghancurkan kepercayaan terharap SWIFT dan memacu lahirnya aplikasi transaksi keuangan internasional yang baru.

Hasan Zein Mahmud

Negara negara teluk kini berani menjual migasnya dengan pembayaran currency lain di luar USD. Dulu transaksi seperti itu akan mengundang invasi kekuatan AS. Lewat diplomasi, uang, teror, dan bedil. Pasangan-pasangan negara mulai banyak mengadopsi LCS untuk menyelesaikan transaksi bilateral, menggunakan mata uang mereka sendiri. Mengurangi ketergantungan kepada USD

*) Dtulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Indowork.id

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Bisnis