Kabinet Gendut, Sosok Unggul Dapat Diakomodasi Tapi Boros
INDOWORK.ID,JAKARTA: Dalam praksis politik, koalisi yang gemuk butuh kabinet yang gendut. Tentu ada sisi positif. Lebih banyak sosok unggul bisa diakomodasikan dalam organisasi.
Stabilitas itu nyaman. Zona nyaman. Nyaris tanpa goncangan. Dalam politik bisa dengan mudah sepakat dalam wacana. Mulus mencapai konsensus. Namun implememtasi soal lain.
Stabilitas yang ekstrim adalah status quo. Diam tak bergerak. Padahal setiap perubahan membutuhkan gerak. Setiap gerak menghasilkan goncangan. Bahkan kadang dibutuhkan goncangan yang cukup keras agar kita faham tentang pegangan yang benar.
Stabilitas membutuhkan kompromi. Kompromi yang paling buruk adalah mencampur aduk yang benar dan yang salah demi stabilitas. Kompromi mengaburkan petanggungjawaban. Gerak perubahan menjadi lamban. Produktivitas menjadi taruhan.
KABINET GENDUT
Tapi harus disadari beberapa potensi akibat kabinet gendut:
Pertama, politik dagang sapi makin ramai.
Kedua, tupoksi yang tumpang tindih mengaburkan tanggung-jawab dan melahirkan budaya kambing hitam.
Ketiga, span of control yang lebar ,menyulitkan koordinasi dan pengawasan
Keempat, lamban dalam pengambilan keputusan.
Kelima, tidak efisien dan boros.
Risiko di atas makin kritikal di tengan masyarakat dengan etos kerja yang rendah dan korupsi merajalela.
Ada kalimat Margaret Mead – antropolog budaya – yang aku ingat. “a small group of thoughtful, committed, citizens can change the world”
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id