Hitachi Construction Machinery Indonesia Ekspor ke Eropa dan Afrika

INFRASTRUKTUR.CO.ID, CIKARANG: Pabrik Hitachi Contruction Machinery Indonesia (HCMI) berlokasi di pabrik di Cikarang Barat, Jawa Barat, terhampar luas dengan luas 21 hektare. Bukan hanya di sini, ada pabrik lain seluas 1 ha di MM2100.

Produknya bervariasi mulai dari 10 ton dan 20 ton untuk kebutuhan bisnis agro, kehutanan, dan pertambangan. HCMI telah memproduksi 50.000 unit pada 2023. Produk alat berat tersebut diekspor jaringan kelompok usaha Hitachi ke Afrika, Timur Tengah, dan Eropa sebanyak 40%.

Menyusuri pabrik yang luas asyik juga. Kompleks pabrik itu terdiri dari  ada sepuluh bangunan. Ada masjid dan mushalla, yang terletak di bagian depan berdekatan dengan gedung Hitachi Training Center.

Dengan jumlah karyawan 1.423 orang, HCMI membina dan mengembangkan sumber daya manusia dengan baik. Pada awalnya karyawan perintis mengikuti training di Jepang, kantor pusat Hitachi, selama 1 hingga 3 tahun.

KOMPETISI INTERNAL

Kini selain memberika training yang rutin sesuai dengan perkembangan produk dan teknologinya, untuk meningkatkan daya saing di internal HCMI menggelar kompetisi. “Kami melakukan kompetisi internal mulai dari pengelasan hingga welding robot dan assembling,” kata Wahid Wahyudin, General Manageri SDM HCMI dalam wawancara Jumat, 21 Februari 2025 di pabriknya.

Wahid menjelaskan bahwa HCMI setiap tahun melakukan potential assessment, selanjutnya ada training need analysis. Ada juga program training di Jepang yang dibayarkan oleh Hitachi pusat termasuk mendapatkan uang saku. HCMI tetap membayarkan  gaji karyawan yang training di Jepang.

Selain itu, tambah Wahid, HCMI juga memiliki Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Lembaga ini adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

PROGRAM CSR

Ia menjelaskan bahwa kepedulian perusahaan juga dilakukan  melalui program corporate social responsibility (CSR) untuk warga sekitar pabrik. “HCMI membantu warga  untuk pelayanan posyandu, memberikan bea siswa dan pembersihan lingkungan masyarakat akibat banjir,” katanya,

Namun demikian, manajemen HCMI masih didominasi oleh orang Jepang. Presdir masih orang Jepang dan hanya dua orang Indonesia.

Di tengah berkembangnya perusahaan, masih ada hambatan yang dialami oleh HCMI, terutama kesulitan akibat persoalan eksternal. Hambatan dari luar adalah masalah perizinan, kuota impor besi baja yang dibatasi, dan proses lokalisasi yang lama. Sehingga HCMI merasakan maju kena mundur kena.

Dalam memproduksi produk alat berat dan komponennya, HCMI terkena tiga produk eskavator mulai dari berat  10 ton hingga 30 ton. Hal itu  berdasarkan evaluasi tahun 2023 dan berlaku selama 3 tahun.

Wahid mengharapkan keinginannya untuk lokasikasi industri pendukung guna memenuhi produknya.

KELUHKAN REGULASI

Ia juga mengeluhkan masih ada masalah regulasi saat ini mengenai impor bahan baku bayar bea masuk 12,5%. Padahal produk impor bisa 0% atau mendapatkan pembebasan bea masuk.

Namun demikian, Wahid berpendapat bahwa keberlanjutan industri alat berat di Indonesia sangat prospektif karena banyak program pemerintah seperti food estate. Proyek ini  yang membuat keberlanjutan industri alat berat karena banyak dibutuhkan.

Ketika ditanyakan apakah HCMI mau membuat eskavator buatan Indonesia sendiri? Wahid menyatakan bahwa pihaknya sudah mengembangka produknya  sendiri, di luar yang dibuat oleh Jepang. Produk tersebu, katanya, laris terjual.

 

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Bisnis