Awal Mula WIKA Mengembangkan Beton (4)
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Sebelum membaca artikel ini, terlebih dahulu baca bagian sebelumnya di sini Awal Mula WIKA Mengembangkan Beton (3)
Kerja keras selalu berbuah manis. Pada 1981 tiang listrik beton bulat diterima di PLN. Kali ini WIKA dipercaya untuk program listrik masuk desa yang dijalankan oleh pemerintah order baru untuk sebagian besar wilayah Jawa.
Program listrik pedesaan sebagai sebuah basis untuk menyediakan pasokan listrik bagi permukiman di bawah tingkat kecamatan yang tidak terkoneksi jaringan listrik PLN.
Program tersebut berhasil mengalirkan listrik ke jutaan rumah. Pada 1970-an terjadi peningkatan pesat, dengan lebih dari seratus koperasi listrik pedesaan terbentuk dan satu juta keluarga pedesaan mendapatkan suplai listrik. Program ini juga disokong bantuan dari United States Agency for International Development (USAID).
Dua tahun berselang, pada 1984, WIKA kembali memunculkan produk baru yaitu bantalan rel kereta api (railway sleepers). Kendala yang dihadapi WIKA saat menawarkan produk baru ini kepada Dirjen Perhubungan Darat sama seperti tiang listrik beton yang ditawarkan kepada PLN.
Lagi-lagi WIKA mendapatkan sambutan berupa keragu-raguan. Mereka masih belum yakin beton bisa menggantikan bantalan rel yang tadinya terbuat dari kayu ulin.
Frans yang waktu itu berhadapan langsung dengan Pak Dirjen ditanya “WIKA punya pengalaman di mana untuk bantalan rek beton itu?” Frans menjawab belum ada pengalaman karena ini produk baru di Indonesia.
Meski begitu, dia meyakinkan bahwa beton lebih bagus kualitasnya ketimbang kayu ulin. “Jepang waktu pertama kali membuat mobil juga diuji coba di negaranya, bukan di negara lain, kenapa kita tidak berani menguji coba produk yang baru ini di negara kita sendiri?” jelas Frans.
Akhirnya Frans membawa bantalan rel kereta api WIKA ke Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) yang berada di Serpong, Tangerang Selatan. Selama beberapa hari produk itu ditekan secara dinamis. Menurut Frans tes serupa juga dilakukan untuk menguji kekuatan sayap pesawat.
Tidak puas dengan tes itu, pihak Kereta Api memberikan tantangan lain untuk menguji coba secara riil pada jalur ereta api Padalarang-Bandung sepanjag 500 meter. Frans yang bertanggung jawab akan hal itu terpaksa menginap di kawasan sekita uji coba untuk setiap hari mendatangi beton miliknya.
Tes yang berjalan dua minggu itu dilewati tanpa ada masalah yang berarti. Akhirnya pihak Kereta Api percaya dan sejak saat itu mereka mulai menggunakan bantalan rel kereta api beton.
Dua produk beton itu (tiang listrik dan bantalan rel kereta api menjadi awal yang manis bagi WIKA untuk terus mengembangkan produk beton lainnya.