Perang Rusia vs Ukraina, Kebohongan Makin Banyak
INFRASTRUKTUR.CO,ID, JAKARTA: Kata “perang” berarti terjadi benturan fisik dan/atau nonfisik antara sekelompok negara dan kelompok lainnya. Dahulu perang identik dengan kekerasan perebutan suatu wilayah dengan penggunaan persenjataan.
Dalam era modern saat ini, perang diartikan sebagai penggunaan kemajuan teknologi/industri/ekonomi untuk menjadi negara yang lebih unggul dan adikuasa. Tujuan perang bukan hanya perebutan wilayah/kekuasaan, melainkan melebarkan, memperluas ideologi dan teknologi untuk menjadikan negara lain sebagai “negara anak asuh dan/atau negara boneka”.
Selama sejarah manusia, telah terjadi paling sedikit 14.600 kali peperangan. Perang Dunia ke-1(28-07-1914 sampai 11-11-1918) dan Perang Dunia ke-2 (02-09-1939 sampai 02-09-1945) menjadi peperangan besar yang melibatkan sekelompok negara melawan kelompok negara lain. Selain itu tercatat pula beberapa perang lain: Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Afganistan, Perang Irak/Suriah/Libia.
PERANG DUNIA PERTAMA
Perang Dunia ke-1 menelan tidak kurang 21 juta jiwa meninggal/terluka, sedangkan Perang Dunia ke-2 lebih dari 60 juta jiwa. Peperangan menelan banyak korban, karena doktrin universal seorangtentara adalah“Kill or to be killed”. Hal ini berbeda dengan doktrin polisi: “Melindungi,mengayomi dan melayani”.
Sangat dikhawatirkan bahwa meletusnya serbuan Rusia ke Ukraina pada tanggal 24 Februari 2022, menjadi pemicu meletusnya Perang Dunia ke-3. Jika hal ini terjadi, korban jiwa akan sangat besar, karena senjata yang digunakan jauh lebih canggih, termasuk bom nuklir, bom termobarik, berbagai kendaraan tempur supermodern, dan kemungkinan juga lepas kontrol menggunakan senjata kimia, biologis, cyberwar dan berbagai peluru kendali, termasuk rudal hipersonik. Puji syukur, emosi peperangan telah mereda setelah 31 hari, dan memasuki awal April 2022, keganasan iklim peperangan beralih keiklim perundingan.
Indonesia sendiri telah mengalami beberapa peperangan, termasuk perang kemerdekaan untuk mengusir penjajah, sehingga pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi negara Republik Indonesia.
KEMEROSOTAN EKONOMI
Karena kemerosotan ekonomi yang makin parah pada tahun 1980-an, dicanangkanlah gerakan Reformasipada tahun 1991oleh Presiden Federasi Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, yang dikenal sebagai Glasnost dan Perestroika. Namun gerakan ini terlalu drastis dilakukan, sehingga lepas kendali. Uni Soviet—yang memiliki wilayah kekuasaan terbesar didunia dan merupakan negara adidaya saat itu—menjadi pusat aliansi negara-negara komunis Blok Timur yang selama bertahun-tahun terlibat perang dingin dengan Blok Barat yang beraliran kapitalisme/demokrasi. Akibatnya terjadi instabilitas, dan akhirnya Federasi Uni Soviet runtuh.
Presiden Amerika Serikat,Ronald Reagan, bersama negara-negara Blok Barat, dengan tangan terbuka menyambut berbagai negara yang menyatakan kemerdekaandan beralih mengikuti ideologi demokrasi Barat serta ekonomi kapitalisme. Saat itu Blok Barat berjanji kepada Presiden M.Gorbachev dari Federasi Uni Soviet, bahwa NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara)tidak akan memperluas dan menarik negara-negaraeksBlok Timur menjadi anggotanya.
Salah satu negara—Jerman Timur—langsung bergabung dengan Federasi Republik Jerman. Pada tahun 1999, NATO memperluas keanggotaannya dengan menarik Polandia,Republik Cekoslowakia, dan Hongaria. Pada tahun 2008, NATO kembali menjadikan Rumania, Latvia, Luthania dan Estonia sebagai anggota, dan pada saat itu menjanjikan bahwa Georgia dan Ukraina nanti juga akan menjadi anggotanya.
Pengingkaran janji dan kebohongan NATO/Blok Barat ini disinggung sebagai kebohongan bagian politik antarnegara oleh Prof. John Mearsheimer, Universitas Chicago dalam bukunya, “Why Leaders Lie” (Oxford University Press,2011). Iming-iming NATO/Blok Barat pada tahun 2008 inilah yang diharapkan Presiden Ukraina, V. Zelensky,untuk mendapatkan bantuan dan perlindungan dalam menghadapi invasi Rusia.
Ternyata iming-iming itu hanyalah “angin surga” dan Ukraina hanya dibantu dengan sanksi-sanksi ekonomi-politik dan persenjataan ringan.
Rusia telah beberapa kali mengingatkan agar berbagai kerjasama penelitian dan iming-iming Blok Barat dihapus dari Ukraina. Wilayah pertanian Ukraine sangat luas dan maju, terutama produk biji-bijian.
Negara ini memiliki Pembangkit Tenaga Listrik Nuklir besar, dan juga merupakan negara dengan industri peralatan yang maju. Ukraina menjadi salah satu eksportir gandum utama dunia. Penduduknya 44,6 juta jiwa dengan dua suku utama, yaitu Ukraine dan Rusia,yang beragama Katolik Ortodoks.
Wilayah negara Rusia, yang terletak di Eropa dan Asia, memiliki seperdelapan luas daratan dunia. Penduduknya 146 juta jiwa dan merupakan salah satu produsen utama minyak bumi dan gas alam dunia. Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Rusia menguasai 40 % konsumsi gas dan 25% konsumsi minyak Uni Eropa, terutama Jerman. Federasi Uni Soviet pernah tercatat sebagai negara dengan ekonomi dan militer utama dunia. Penduduk Rusia menganut tiga agama utama,yaitu Kristen Ortodoks, Islam dan Yahudi.
Mulai tahun 2000-an, Ukraina berpolitik condong ke Uni Eropa/NATO, sehingga berbagai investasi mengalir ke Ukraina. Rusia khawatir dengan kecondongan Ukraina ini. Pada tahun 2014 Semenanjung Krimia direbut Rusia dan 2 propinsi diwilayah Timur Ukraina, yaitu Donettsh dan Luhansh, memisahkan diri dari Republik Ukraina.
Wilayah-wilayah ini penduduk dan bahasanya Rusia.Berdasarkan data Rusia, sudah 14.000 suku Rusia dibantai oleh Ukraina dan ini dikhawatirkan Rusia menjadi gerakan genosida suku Rusia. Alasan-alasan utama inilah yang menjadikan Rusia menyerang Ukraina pada tanggal 24-02-2022 yang mereka sebut sebagai misi perdamaian untuk menghancurkan militerisme dan nazisme di Ukraina.
TUNTUTAN RUSIA
Ada lima tuntutan Rusia kepada Ukraina:
- Ukraina menjadi negara netral dan tidak bergabung dengan NATO;
- Perlucutan senjata agar tidak mengancam Rusia;
- Perlindungan bahasa Rusia di Ukraina;
- Denazifikasi dan mengutuk semua bentuk neo-Nazisme;
- Mengakui kemerdekaan Donetsh dan Luhansh serta melepas secara resmi Krimea.
Pada akhir Maret 2022, Rusia mengumumkan telah menemukan13 laboratorium senjata biologi —hasil investasi kerjasama Amerika Serikat, Prancis, Pusat Penelitian Institut Kesehatan Jerman dan Israel—tersebar diwilayah Ukraina. Masalah ini akan diteliti dan disampaikan ke PBB agar maksud dan tujuan terselubung laboratorium senjata biologi ini diteliti secara mendalam. Sejarahlah yang nanti akan menyingkapkannya.
Dampak perang Rusia dan Ukraina ini telah dirasakan seluruh dunia. Harga minyak bumi yang sebelum perang $65, saat ini naik menjadi $ 114. Hal ini berakibat pada meroketnya harga bensin/bahan bakar minyak diseluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Angka inflasi di Amerika dan Eropa rata-rata sudah di atas 7%.
Ini berarti bahwa daya beli masyarakat global merosot tajam. Pasar modal dan nilai tukar mata uang terpengaruh dan berdampak pada banyaknya investor yang mencari “save haven” dengan membeli emas/LM. Anggaran Belanja Negara tergerus dengan meningkatnya subsidi.
KEBOHONGAN MAKIN BANYAK
Penduduk Rusia, Ukraina, Eropa maupun Amerika umumnya orang-orang beriman; tetapi kebohongan makin banyak terjadi, termasuk kebohongan yang memicu perang maupun saat perang berlangsung, kebohongan tetap merupakan dosa. Seharusnya semua pihak—temasuk para pemimpin negara—tidak melakukannya.
Kita semua harus menjaga lidah terhadap yang jahat dan bibir terhadap ucapan yang menipu. Tuhan tidak main-main. Dia akan menghukum siapapun yang suka berdusta dan akan melemparnya kedalam lautan api. Seharusnya kita tidak mengidolakan seseorang. Seharusnya kitasemua lebih taat kepada Tuhan daripada manusia.
Taat dan mengikuti Tuhan tidak cukup hanya dengan berdoa, tetapi harus benar-benar memahami dan hidup berdasarkan firman-Nya.Semoga dengan sadar menghindari kebohongan dan mengidolakan manusia, dunia akan menjadi damai dan tenteram. Amin.