Mpok Roos (ketiga dari kiri) bersama Forum Jibang dan UPK PBB

Mpok Roos Peduli Lingkungan dan Berdayakan Perempuan Betawi

INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Isu mengenai kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan juga menjadi bahasan dalam rapat Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Pionirnya adalah Roosyana Hasbullah alias Mpok Roos.

Roosyana Hasbullah adalah perempuan Betawi pertama yang menjadi staf ahli World Health Organization (WHO) Indonesia. Sejak muda ia aktif berorganisasi. Kini ia menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Wanita Betawi (PWB).

Ia berkomitmen penuh terus memajukan posisi perempuan Betawi dalam berbagai aspek kehidupan.

Sejak zaman Belanda dahulu selalu kaum lelaki yang harus maju. Sedangkan perempuan di dapur saja. “Nah, kami mendobrak itu semua agar ada kesetaraan dan pemajuan tiga pilar, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” ujarnya.

Menurut dokter Roos, potensi perempuan Betawi sebenarnya tak diragukan lagi. Banyak tokoh perempuan yang menduduki jabatan strategis hingga fungsional di Indonesia. Namun, jumlahnya harus terus ditingkatkan. Begitulah komitmen dokter FK Universitas Indonesia pada 1981 itu untuk kaumnya.

LINGKUNGAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

Lingkungan asri Setu Babakan

Sebagai Anggota Forum Pengkajian dan Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan isu tentang perempuan juga menjadi konsentrasinya. Selain itu, peraih MPH (Master of Public Health) dari University of California Berkeley pada 1991 tersebut juga sangat memperhatikan aspek lingkungan dan partisipasi masyarakat.

“Program go green harus optimal di Setu Babakan ini,” ujar penyandang gelar  MHP (Managed Healthcare Professional) – Health Insurance Association of America – 1998 tersebut.

Go green berarti mengubah gaya hidup menjadi lebih eco-friendly atau ramah lingkungan. Ia mengajar masyarakat menjadi lebih sadar akan lingkungan sekitar dengan mengubah gaya hidup sehingga dapat mengurangi tingkat polusi dan sampah yang dibuang.

Tentang partisipasi masyarakat terhadap Setu Babakan juga menjadi perhatian utama bagi penyandang  HIA (Health Insurance Associate) dari Health Insurance Association of America  pada tahun 2000 tersebut. Keahlian ibu dua anak itu termasuk tentang BPJS Kesehatan.

Ide cemerlangnya bukan hanya dilontarkan dalam setiap rapat, akan tetapi ia implementasikan dengan mengundang koleganya yang merupakan pakar dalam berbagai bidang. Misalnya, ia mengajak pakar untuk membenahi sanitasi dan pengolahan sampah, mulai dari pengelolaan hingga pemanfaatan menjadi komersial.

Berbekal pengalamannya keliling dunia, ia memiliki visi bisnis yang bagus sehingga mau berinvestasi jangka panjang. Contohnya adalah memiliki kepedulian yang tinggi di internal Forum Jibang PBB, sehingga menjadi ibu bagi anggota forum yang lain.

Perjalanan hidup anak Betawi “ashli” ini, sengaja ditulis dengan huruf “shad” bukan asli pakai huruf “sin”, karena memang enyak-babenye Betawi tulen, begitu penuh liku. “Ayah saya dari Kemayoran dan ibu Betawi Petojo,” katanya dengan logat Betawi Tengah yang kental.

Perempuan yang pernah beberapa tahun bermukim di Amerika Serikat itu, pengabdian yang terkait dengan kebetawian bukanlah baru kemarin sore. Sejak mahasiswi ia telah aktif pada tahun 1976 sebagai anggota Keluarga Mahasiswa Betawi. Sebagai mahasiswi, Roos mulai aktif mengikuti organisasi sebagai anggota Permata Muhammad Husni Thamrin (MHT) pada 1978.

Bahkan ia menjadi pendiri Persatuan Wanita Betawi pada Maret 1984. Pada usia belia, Roos telah menjadi juri Abang None Jakarta yang digelar di Hotel Menara Peninsula, Slipi, Jakarta Barat.

Aktivitas Roos istikamah dalam ngurusin Betawi. Istikamah adalah sikap kukuh pada pendirian dan konsekuen dalam melakukan suatu kebaikan, membela, dan mempertahankan keimanan dan keislaman, walaupun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.

Dari tahun ke tahun ia konsisten berjuang untuk Betawi, termasuk menjadi nara sumber dari berbagai seminar. Misalnya seminar nasional Hasil Pengkajian Budaya Betawi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada 2012.

Pada November 2019, Roos terpilih sebagai Ketua umum terpilih Persatuan Wanita Betawi yang diembannya hingga sekarang.

Setahun kemudian, Roos didapuk menjadi Anggota Dewan Pakar Gerbang Betawi. Jabatannya hingga tahun pesta demokrasi 2024. Aktivitas organisasi itu melibatkannya menjadi moderator webinar Gerbang Betawi yang menggandeng Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) pada Desember 2021. Seminar itu menghadirkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sebagi pembicara kunci.

Di samping itu, ia juga menjadi moderator seminar tentanng kesehatan dan BPJS. Bukan hanya sebagai moderator atau pembicara, Roos juga pernah menjadi event organizer seminar-seminar tatap muka tentang BPJS Kesehatan di Bandung dan Jakarta.

GO INTERNASIONAL

Pintu Gerbang Kampung Ismail Marzuki PBB Setu Babakan pada sore hari

Perjalanan lintas dunia anak-anak Betawi yang dilakukan sejak berabad lalu, misalnya Syeikh Junaid Al-Batawi bermukim di Makkah sejak 1834, juga dilakukan oleh Roos.

Ia telah berkeliling dunia ke berbagai negara di Asia, Australia, New Zealand, Eropa, Timur Tengah. Tentu saja sebelum menjelajahi dunia, ia telah mendatangi hampir ke seluruh penjuru provinsi Tanah Air.

Pada 1991- 1995 ia menjadi asisten Peneliti, Western Consortium, Berkeley, California, USA. Tugasnya adalah melakukan wawancara, mengirim sampel darah pasien HIV/AIDS ke Centre of Disease Control (CDC) Atlanta, USA, untuk mengetahui apakah mereka berisiko kena radang paru.

 

KARYA ILMIAH

Mpok Roos bersama Anies Baswedan dan tokoh Betawi.

Di tengah kesibukannya ia aktif menulis. Karya ilmiahnya relatif banyak. Sejak 1999, Roos menulis Annual Report Menzies School of Health Research yang diterbitkan pada tahun 2000. Ia juga aktif menjadi kontributor “Independent External Evaluation of the Global Stop TB Partnership”, 2003, submitted by Institute for Health Sector Development , London, UK.

Dunia jurnalisme memang bukan hal baru bagi ibu tiga anak itu. Sejak 206, ia menjadi redaktur Majalah Kedokteran Indonesia (MKI).

Sedangkan untuk penerbitan buku, ia menulis Managed Care bagian A pada2008, Pamjaki (Perkumpulan Ahli Manajemen Jaminan) dan buku Panduan Ujian gelar profesi Asuransi Kesehatan pada 2011-2014.

Untuk edisi bahasa Inggris ia menulis pada bab Financing Maternal and Neonatal Health dalam bukuReducing Maternal and Neonatal Mortality pada 2013 yang diterbitkan oleh National Academies Press (US), Washington DC.

Tidak hanya di Amerika Serikat, di belahan Eropa karya Roos juga diterbitkan karena ia salah satu reviewer A Tuberculosis Refresher Course for Physicians” World Medical Asociation, Prancis, pada 2015.

Pada 2017, ia menjadi salah satu penulis “rGLC Country Support Mission Report”, yang diterbitkan oleh WHO SEARO.

Menulis adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Bagi sebagian orang hal ini adalah cara untuk menyalurkan bakat, minat, hobi sampai bisa juga menjadi profesi. Untuk itulah menulis bukan hanya tentang menyalurkan ide dan buah pikiran ke dalam bait-bait kata dan kalimat indah. Tapi juga menunjukkan dan memberikan padangan lain hingga inspirasi bagi orang yang membacanya. Itulah sebabnya Mpok Roos rajin menulis di buku Petunjuk Program TB Nasional dan Kapita Selekta Kedokteran edisi lV, jilid 2.

DOSEN DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Mpok Roos (kerudung merah) dapat tumpeng dari Eddie M. Nalapraya

Khoirun naasi ahsanuhum khulukon wa anfa’ahum linnaas. Artinya, sebaik-baik manusia adalah yang terbaik budi pekertinya dan yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Pedoman itu pula yang diimplementasikannya dalam mengamalkan ilmu dan pengatahuan.

Ia membagi pengetahuan yang dititipkan Allah kepadanya kepada para mahasiswanya sebagai dosen mata kuliah Terminologi Medis di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKMUI) sejak 2001 hingga 2004. Tentu saja ia berkesempatan menjadi pembimbing skripsi mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI pada 2001 hingga 2004. Setelah enam tahun jeda, ia kemudian membimbing lagi pada 2010.

Aktivitas Mpok Roos memang seabrek. Di tengah kesibukannya ia aktif sebagai Sekretaris Umum PAMJAKI sejak 2017 hingga sekarang. Maklumlah karena ia masuk dalam organisasi itu sejak 1999.

Ia juga menjadi sekretaris tim aset BKOW (Badan Koordinasi Organisasi Wanita) pada 2018-2019.

Sebagai anak Betawi yang suka mengaji dan hingga kini aktif di berbagai majlis taklim, ia selalu ingat hadist Nabi Muhammad SAW, “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat.” Itulah sebabnya ia rajin mengikuti berbagai seminar baik dalam negeri maupun luar negeri: misalnya yg diselenggarakan LAFAI ( Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia) Maret 2019 di Jakarta.

Ia juga menjadi narasumber dan pengasuh acara kesehatan di RRI, radio Muara, SPFM, bersama artis senior Nazar Amir (alm). Roos juga pernah menjadi peserta studi kunjungan JLN (Joint Learning Network) ke Mongolia pada September 2018.

Dalam kesehariannya di tempat ia bermukim, istri dari Prof. Dr. Hasbullah Thabrani ini menjadi Ketua terpilih Komplek Perumahan Pondok Dians selama masa yang panjang yaitu 10 tahuin, sejak 2008 hingga 2018.

KONSULTAN TB

Tuberkulosis adalah suatu penyakit bakteri menular yang berpotensi serius yang terutama mempengaruhi paru-paru. Bakteri penyebab TB menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Kebanyakan orang yang terinfeksi dengan bakteri yang menyebabkan tuberkulosis tidak memiliki gejala.

Ketika gejala memang terjadi, biasanya berupa batuk (kadang-kadang ada bercak darah), penurunan berat badan, berkeringat di malam hari, dan demam. Pengobatan tidak selalu diperlukan untuk orang-orang tanpa gejala. Pasien dengan gejala aktif akan membutuhkan perjalanan pengobatan panjang yang melibatkan beberapa antibiotik.

Untuk penanggulangan TB ini, ia aktif di CEPAT LKNU (Community Empowerment of People Against TB), NGO, Jakarta sejak 2014 hingga April 2016. Ia mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi pasien TB resistant obat termasuk analisa pencapaian program dengan mengunjungi kabupaten-kabupaten  serta membuat laporan. Di organisasi ini ia menjadi narasumber kebijakan TB bagi tim2 kabupaten. Pada 2016-2019 Anggota Komite Ahli TB.

KARIR PROFESIONAL

Di dunia profesional, Roos pernah menjadi manajer dan peneliti di PT Kalta Bina Insani, Jakarta pada 2008 hingga 2014. Ia juga menjadi peneliti program BPJS, program malaria pemerintah serta efektif biaya asuransi kesehatan karyawan Bank Indonesia.

Pada dan 1999 hingga 2006 dan Oktober 2010  hingga Mei 2011 ia menjadi  konsultan WHO (World Health Organization), Indonesia Office, Jakarta. Tugasnya adalah memberi bantuan teknis untuk program TB Kemenkes. Bersama tim TB Kemenkes, Roos membuat strategi dan rencana 5 tahun pada periode 2011-2014 untuk bidang SDM dan peningkatan kemampuan petugas TB provinsi. Ia seecara teratur mengunjungi kabupaten2 membantu menyelesaikan masalah di sana. Ia juga sebagai trainer dari para master trainer subdit TB Kemenkes.

Tugas lainnya adalah menyiapkan dan mereview proposal TB–termasuk bujet–sebelum diserahkan ke WHO. Sebagai anggota tim TB-HIV Kemenkes dan Joint External TB Monitoring Mission from Geneva, yang memonitor implementasi program TB Kemenkes, ia membantu pembuatan rencana kerja dan bujet WHO TB CARE dan brosur TB untuk masyarakat.

Selama 3 tahun, yaitu pada Juli 2007 hingga 2010, ia menjadi konsultan kesehatan PKH (Program Keluarga Harapan), Jakarta, program untuk orang miskin. Tugasnya adalah memberikan advokasi kepada Bupati, kepala Bapeda, kepala Dinas Kesehatan, kepala Dinas Pendidikan dan pemangku kepentingan lain untuk memberi komitmen politik lancarnya program PKH. Selain itu, ia memberikan advokasi kepala Dinas Kesehatan agar kartu PKH bisa berlaku sebagai Jamkesmas/Jamkesda dan kepala Dinas Pendidikan agar memberi bea siswa.

Tugas lainnya adalah membuat formulir kehadiran peserta PKH di posyandu dan Puskesmas.  Mpok Roos juga merekrut dan melatih petugas pendamping PKH dan operator komputer di level kabupaten. Dalam setiap kesempatan ia melakukan kunjungan ke kabupaten dan kecamatan untuk evaluasi program serta membuat laporan.

BERKANTOR DI SENAYAN

Jika mendengar bahwa kerabat atau sahabat kita berkantor di Senayan, tentu asuminya adalah menjadi anggota dewan. Namun bagi Roos, berkantor di Gedung DPR RI adalah sebagai tenaga ahli Komisi IX.  Hal itu dilakoninya sejak Januari 2008 hingga Oktober 2010.

Ia memberi masukan akademis pada UU BPJS, UU Kesehatan no 36 thn 2009 dan UU Rumah Sakit No 44 thn 2009. Selain itu, ia memberi masukan kepada para anggota DPR selama rapat kerja dengan Menkes, BPPOM, BKKBN, Menteri Tenaga Kerja, Menteri Transmigrasi.  Peran strategis lainnya adalah memberi masukan kepada anggota DPR selama kunjungan kerja ke daerah. Yang menarik adalah ketika memberikan masukan saat ke daerah perbatasan Jayapura.

PANGGIL MPOK ROOS AJE

Mpok Roos (paling kiri) bersama Imron Yunus, Indra Sutisna, dan Yahya Andi Saputra

Dalam satu kesempatan ketika rapat Forum Jibang PBB Setu Babakan, Mpok Roos bercerita ia pernah menjadi Kepala Puskesmas, Jakarta, selama 5 tahun pada 1982 hingga 1987. Ia bertanggung jawab atas semua kegiatan dan aspek Puskesmas termasuk Posyandu2 yang ada di wilayah tanggung jawab Puskesmas tersebut. Sukses menangani Puskesmas ia bekerja di rumah sakit menjadi Direktur RS Tugu Ibu, Jalan Raya Bogor Cimanggis, Depok, selama 3 tahun yaitu pada 1997- 1999. Ia bertanggung jawab atas semua kegiatan dan semua aspek rumah sakit  ini.

Mengenang masa mudanya ketika aktif praktek sebagai dokter, sering mewarnai saat jeda rapat di Forum Jibang PBB. Rekan-rekannya tetap memanggil bu dokter. “Panggil Mpok Roos aje ye,” katanya sambil tersenyum.

Kebahagian pasangan Roos-Jackbul (panggilan akrab Hasbullah) bersama ketiga anaknya makin sempurna lantaran buah hati mereka sukses dalam Pendidikan tinggi. Anak keduanya yang perempuan, selepas SMA langsung terbang ke Jerman dan menyelesaikan program  S1 dan S2 di Negeri Panzer tersebut. “Sekarang masih tinggal di sana,” ujarnya.

Kapan-kapan kita ke Jerman

Nengok anak nyang perempuan

Lakunya sopan, perkuat iman

Sampai jumpa di  Setu Babakan

 

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Humaniora