Mengerikan, Nominee Dapat Menjelma Jadi Tragedi
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Tiba-tiba saya ingin berceloteh tentang nominee. Sebelum mengenal pasar modal dan sektor keuangan, saya memelihara konotasi positif terhadap kata nominee.
Dia atau mereka yang merupakan kandidat untuk menerima suatu penghargaan atau tanda jasa, atau jabatan, atau pemenang suatu perlombaan.
Sektor keuangan menancapkan konotasi negatif terhadap kata nominee. Menyamarkan pemilikan! Menyembunyikan sesuatu. Boleh jadi saham, realestat, perusahaan…. boleh jadi juga wanita simpanan.
Banyak cara menyembunyikan aset dan kekayaan. Mulai dari menggunakan perusahaan cangkang, manajemen palsu, dan figur pengganti, seperti yang difasilitasi oleh Cayman Islands, Panama, dan sejenisnya. Hingga rekening saham di bursa saham
Dalam benak saya, penggunaan kata nominee pada situasi yang diuraikan belakangan, nyaris tak pernah dimotivasi oleh tujuan luhur. Mulai dari mencuci uang hasil perbuatan haram, dana dana untuk tujuan destruktif, penghindaran pajak, hingga manipulasi pasar dan harga di bursa saham.
Konon pernah ada kasus, sebuah konglomerasi menyamarkan pemilikan atas salah satu perusahaannya, menggunakan nama orang lain. Mungkin teman dekat atau orang kepercayaan. Saya tidak tahu motifnya. Boleh jadi penghindaran pajak, atau penghindaran penyitaan karena kasus hukum, atau lainnya.
MENJADI TRAGEDI
Tapi konon, penyamaran itu, pada ujungnya, menjelma menjadi tragedi bagi sang konglomerat.
Sang nomineeĀ kemudian mengaku sebagai si empunya perusahaan yang sebenarnya, dan menolak untuk mengembalikan pemilikan perusahaan.
Ada yang mau memakai nama saya sebagai nominee?
Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id