Psikologi Investasi Saham, Jangan Tangisi Masa Lalu
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Salah satu perbuatan sia-sia dalam hidup, adalah menangisi masa lalu. Air mata tak akan mampu mengubahnya. Psikologi yang sama juga berlaku dalam investasi saham.
Saya tulis beberapa kali bahwa dalam mengelola portfolio saham, keputusan yang paling penting – paling menentukan – adalah keputusan membeli saham. Stock selection.
MEMBUAT PREDIKSI
Pertama, keputusan membeli mencerminkan kemampuan seorang investor dalam membuat prediksi ke depan. Investment is future oriented business.
Kedua, terintegrasi dalam keputusan membeli, adalah horison investasi. Rentang waktu yang masuk dalam kalkulasi ketika keputusan sedang ditimbang-timbang.
Ketiga, begitu transaksi beli selesai, investor harus mempercayakan hasil yang diperoleh kepada mekanisme pasar. Kecuali bisa Anda berada pada posisi price maker. Bukan sekadar price taker.
Keputusan membeli bermakna bahwa Anda melepaskan kontrol atas dana yang sudah ditanamkan. Berbeda dengan keputusan menjual. Walau dalam posisi cut loss, memberi Anda kembali pengendalian pada kas yang anda peroleh.
Masih berkaitan dengan itu, salah satu hambatan psikologis adalah menggunakan harga masa lalu sebagai pertimbangan menjual atau tidak menjual. Harga pembelian yang sudah terjadi – rata-rata, rata-rata tertimbang, atau individual transaksi – tidak lebih dari catatan administratif historis. Sesuatu yang tak bisa lagi Anda ubah.
KEPUTUSAN BARU
Tentu saja Anda bisa mengubah rata-rata dengan pembelian baru. Keputusan baru!
Yang relevan dalam keputusan menjual atau tidak menjual adalah:
Pertama, keyakinan Anda tentang peluang harga yang akan datang.
Kedua, transaksi itu memperbaiki kinerja portfolio Anda.
Anda menjual saham dalam portfolio dengan satu tujuan: Manaikkan nilai portfolio. Dan itu tak ada lagi urusan dengan harga beli masa lalu.
Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id.