Hutama Karya Pakai Ragam Metode Untuk Garap Tol Terpeka
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Berbagai problem menyertai upaya pembangunan Ruas Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Terpeka). Persoalan utama yang mengemuka sejak awal pembangunan yakni penyediaan lahan.
PT Hutama Karya (Persero) bersama pihak terkait seperti pemerintah daerah, pemerintah pusat, hingga berbagai lembaga lainnya melakukan koordinasi serta sinergi ekstra untuk melancarkan pembebasan lahan tol. Hal ini merupakan prinsip yang dipegang Hutama Karya agar pembangunan tol memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat serta kemajuan ekonomi. Program pembebasan lahan ditempatkan sebagai prioritas yang menjaga hak-hak warga terdampak.
Dalam pembangunan Ruas Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung atau Terpeka, pelaksanaan pembangunan dimulai sewaktu pembebasan lahan belum sepenuhnya tuntas. Strategi pembangunan bertahap, Tim Hutama Karya ikut proaktif dalam membangun komunikasi antara warga terdampak dengan instansi terkait. Di lain sisi, Ruas Tol Terpeka secara umum berada di atas lahan datar dan sedikit berbukit. Di banyak titik, kontur tanah berawa juga menghadirkan tantangan tersendiri dalam proses pembangunan.
Kondisi Berbeda-Beda
Ada beberapa lokasi khususnya di wilayah Sumatra Selatan dengan kondisi tanah rawa, dengan kondisi seperti ini perlu diperbaiki menggunakan metode Vacuum Consolidation Method (VCM). Metode VCM berguna untuk meningkatkan daya dukung tanah asli yang lunak. Mekanisme kerja VCM dengan melakukan pemompaan vakum pada tanah yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar air maupun kadar udara pada butiran tanah. Tujuannya, mempercepat proses pemadatan jangka panjang dan perbedaan penurunan tanah (differential settlement).
Dari sisi konsep, VCM merupakan sistem perbaikan tanah yang mengganti beban tanah dengan tekanan atmosfer. VCM mengandalkan dua sistem penyerapan air yakni sistem drainase vertikal melalui perforated vertical drain (PVD) dan sistem drainase horisontal melalui media pasir serta perforated horizontal pipe (PHD). Keseluruhan sistem kemudian ditutup dengan geomembrane agar kedap terhadap air dan udara dari luar. Geomembrane tersebut selanjutnya dikunci ke dalam lapisan kedap di sekeliling area yang akan divakum. Untuk menanggulangi persoalan kontur tanah, Hutama Karya juga melakukan perbaikan tanah rawa dengan inovasi teknologi menggunakan pile slab.
Penelitian Menyeluruh
Singkatnya, Hutama Karya melakukan penelitian mendalam terkait kontur tanah selama pembangunan Ruas Tol Terpeka. Lahan rawa dan gambut bergantian ditemukan tim peneliti. Untuk keduanya, Hutama Karya menyusun langkah penanganan berbeda sesuai karakter tanah di masing-masing titik. Setelah melakukan penyelidikan dengan metode pengeboran dan sondir, perlakuan ataupun perbaikan tanah segera dirancang.
Semisal, untuk lahan gambut yang lunak, menghasilkan keputusan untuk konstruksi pile slab dalam rancang bangun. Lain halnya jika lahan gambut kurang dari empat meter, maka dilakukan metode replacement, mengganti material tanah dengan material yang andal. Sedangkan untuk lapisan tanah bukan gambut bersifat lunak, maka Hutama Karya menggunakan teknologi dan metode yang baru diperkenalkan yakni VCM.
Kendala lain pada pelaksanaan pembangunan yakni area konstruksi terhalang berbagai konstruksi milik perusahaan lain. Salah satunya, area konstruksi terhalang tower SUTT 150 KV milik PT PLN yang terdapat pada main road seksi Pematang Panggang-Kayu Agung. Adapun cara untuk mengatasinya dengan dilakukan peninggian Tower SUTT.
Selain itu, Hutama Karya melakukan perubahan konstruksi jembatan penyeberangan orang (JPO) menjadi konstruksi box tunnel melintang jalan dengan pondasi tiang pancang. Perubahan konstruksi lainnya yaitu box water balance tanpa pondasi menjadi box culvert dengan pondasi tiang pancang.
Pada tahap konstruksi, di area lintasan tol terdapat pipa gas PT PGN yang melintang pada jalan utama Terbanggi Besar-Pematang Panggang. Hal itupun diselesaikan Hutama Karya dengan berkoordinasi kepada perusahaan terkait, sehingga menelorkan solusi yang tak merusak pipa seperti membuat jembatan yang melintasi pipa gas tersebut.
Masyarakat Tidak Teganggu
Pada ruas ini, Hutama Karya juga melakukan studi khusus terkait rancang bangun dilakukan pada lokasi jembatan warga yang melintasi di atas jalan tol. Hal ini dikarenakan keterbatasan pembebasan lahan, maka dilakukan studi perubahan design dari abutment tiang pancang menjadi abutment wall. Sehingga pada posisi abutment tersebut tidak memerlukan kaki timbunan yang melebihi batas lahan pembebasan.
Di lain sisi, agar konstruksi jalan tol tidak mengganggu masyarakat sekitar, Hutama Karya membangun banyak perlintasan tidak sebidang pada lokasi Main Road (jalan utama) jalan tol. Permintaan tersebut wajib tertulis dengan melalui pemerintahan desa setempat dan sebagian besar diakomodir dengan pembuatan jalan penghubung atau fronted ke bangunan perlintasan terdekat.