Bisnis Kripto Memiliki 3 Titik Lemah
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Sambil menyimak lebih lanjut perkembangan Sequoia Capital, saya ingin mengemukakan pendapat saya.
Bisnis kripto memiliki tiga titik lemah yang perlu dipertimbangkan. Tidak ada pengawas, tidak ada underlying asset dan tak banyak manfaatnya secara makro.
Sequoia Capital melakukan investasi senilai USD18 miliar, dengan membeli saham seri B pada FTX, the so called high-flying Bahama-based cryptocurrency exchange pada Juli 2021.
Dalam 2 bulan nilainya naik menjadi USD25 miliar. Konon beberapa saat sebelum keruntuhan FTX, nilai investasi Sequoia Capital, bernilai USD32 miliar
Jumlah itu raib dalam semalam.
SC secara resmi menghapusbukukan nilai investasinya di FTX. “Marked down to zero the value of its stake”. Beberapa menit lalu saya membaca di Watcher. Guru tentang Temasek Singapura, yang mengikuti langkah SC menghapusbukukan investasinya di Bursa Kripto tersebut nilai investasi sebesar USD275 juta.
BURSA FILANTROPIS
Dua pengelola dana di atas hanya sebagian kecil dari barisan pengelola dana yang melakukan investasi di FTX. Betapa hebatnya si jenius – SBF – mampu menyihir begitu banyak pengelola dana kelas dunia. Atau mereka terpukau pada tag line FTX yang memang menyentuh nurani manusia: Earn to give. Bursa filantropis!
Skandalkah?
Kedermawanan pun ternyata bisa menjadi topeng. Menjadi kedok. Lebih berbahaya dari kedermawanan untuk tujuan pamer dan sombong. Kehilangan uang, boleh jadi, sesuatu yang buruk. Tapi kehilangan kepercayaan – terhadap sikap dermawan – tentu lebih buruk.
Sambil menyimak lebih lanjut, saya ingin mengemukakan pendapat saya. Bisnis kripto memiliki tiga titik lemah yang perlu dipertimbangkan. Tidak ada pengawas, tidak ada underlying asset dan tak banyak manfaatnya secara makro.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id