Dilema, Dunia Kripto Butuh Aturan
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Dunia kripto butuh aturan. Tapi di situlah letak dilema. Mengutip Paul Krugman – pemenang hadiah Nobel Ekonomi – (Is This the End Game for Crypto? New York Times), dunia kripto butuh aturan, tapi hadirnya aturan merupakan ajal bagi industri ini.
Pelajaran utama dari kasus FTX adalah di hutan belantara binatang buas lebih bebas. Peradaban tanpa aturan tentu lebih banyak memakan korban.
Di sistem keuangan konvensional yang heavily regulated, masih hadir kasus Enron, Worldcom, missselling subprime mortgage dan ponzi jumbo Bernie Madoff.
Di dalam negeri, daftarnya tak kalah panjang. Untuk menyebut beberapa, Jiwasraya, Asabri, Indosurya dst.
Padahal dalam sistem keuangan konvensional itu, mekanisme dan prilaku transaksi dimonitor, dana masyarakat dilindungi oleh asuransi, risiko dikelola dengan pedoman ketat, bahkan rule of conducts bagi manusia-manusianya. Toh, skandal demi skandal tak pernah istirahat.
Tentu sudah bisa diprediksi, sejak awal, seperti apa medan dari sistem keuangan yang tidak diatur, tidak diawasi dan sama sekali tidak berangkat dari konsep manfaat bersama.
PAYUNG REGULASI
Sejatinya perbankan konvensional pasti mampu menyediakan fasilitas seperti peer to peer lending – tanpa intermediasi – dengan tetap mengembangkan payung prudent regulation.
Sambil menonton perkembangan lebih lanjut, saya ingin mengutip Paul Krugman. Tentu saja, anda punya hak untuk berpendapat berbeda.
“Krugman has been a scathing critic of crypto for at least a decade. He has blasted the digital tokens as pointless, wasteful, virtually worthless, and mostly a tool for criminals and Ponzi schemers.”
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastrukrur.co.id