Desember Bulan Laba, Akankah Mengganti Tradisi?
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: IHSG kemarin Selasa, 6 Desember 2022, merosot 1,36%. Dalam rupiah artinya kapitalisasi pasar mengalami penurunan nilai sekitar Rp130 triliun.
Para pemegang saham di seantero BEI kehilangan kekayaan sebesar Rp130 triliun. Per sektor, nampaknya hanya sektor energi yang mencatat perubahan positif dalam indeks sektoral. Sebanyak 461 saham mengalami penurunan harga, 123 tidak berubah dan 122 naik.
Praktis saham saham big cap, penggerak indeks, mengalami penurunan. BBCA turun Rp100 (1,14%). BBRI turun Rp30 (0,61%). ASII turun Rp150 (2,49%. TLKM mengalami penurunan paling tajam, Rp240 (6,25%). Nyaris ARB. Boleh jadi rontoknya saham GOTO menjadi pelatuk emosional pemegang saham TLKM. Para manajer investasi, menarik nafas panjang.
BULAN LABA
Selama sepuluh tahun terakhir, bulan Desember adalah bulan laba. Selalu menutup tahun dengan kenaikan IHSG. Akankah Desember 2022 mengganti tradisi? Selama 4 hari perdagangan, hanya hari pertama mencatat kenaikan IHSG. Pada Kamis tanggal 1. Tiga hari sisanya selalu negatif. Melihat dorongan daya luncur hari ini, peluang melanjutkan penurunan besok, masih cukup besar.
Penurunan IHSG 1,36% sejatinya bukan angka yang besar. Dalam batas fluktuasi pasar normal. Tapi saya, intuitif, merasakan semacam sentimen publik yang negatif terhadap pasar. Sentimen negatif, di bursa saham, terbukti selalu mengalahkan pertimbangan rasional fundamental
Kejatuhan GOTO nampaknya diperlukan agar kita bisa menjawab ulang pertanyaan-pertanyaan yang paling mendasar yang dibutuhkan suatu pasar modal – bursa saham – yang terpercaya.
Sudah jujurkah disclosures? Sudah memadaikah tata kelola? Terdeteksikah para oportunis? Datarkah lapangan permainan? Simetriskah akses terhadap informasi dan sarana transaksi? Adilkah perlakuan otoritas sebagai wasit terhadap dikotomi pemegang saham pengendali dan pemegang saham ritel? Adakah perlindungan kepada para pemegang saham ritel dari korban kejahatan yang dilakukan oleh oknum pengendali? Sudah tegakkah hukum? Adakah mekanisme yang mampu membatasi pelarian dana masyarakat melalui transfer pricing atau cara lain? Daftar ini masih bisa diperpanjang!
Bursa saham adalah toko raksasa. Super supermarket. Tidak ada toko lain yang mencatat omset Rp15 triliun per hari. Jutaan pembeli bebas memilih mau belanja apa, sesuai kebutuhan dan selera masing-masing.
Tapi tetap butuh filter. Agar jangan barang beracun atau barang berbahaya diperdagangkan di dalam toko.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id