Hadapi Ragam Kendala Saat Masuk Kawasan Asia Tenggara dan Saudi Arabia
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Dengan cara Project Management Service (PMS) wika berhasil merambah proyek-proyek di negara lain.
Khususnya di Asia Tenggara, WIKA masuk ke Timor Leste pada 2011. Di sini, WIKA ditawari menjadi kontraktor.
Setelah melakukan evaluasi, WIKA akhirnya memutuskan untuk menjadi kontraktor yang bermitra dengan kontraktor nasional Timor Leste (CNT). WIKA mendapatkan proyek pembangunan Jembatan Comoro 2.
Baru kemudian dilanjutkan dengan proyek pembangunan Comoro 1 dan pembangunan jalan. Kemudian kini, WIKA sedang dalam proses tender pembangunan airport di Oikusi.
Setelah sukses di Aljazair dan Timor Leste, WIKA mulai mencoba menapak ke Brunei Darussalam bersama Tobishima, perusahaan kontraktor asal Jepang. Namun, sayangnya belum sukses karena proses yang lama dalam mengambil keputusan oleh pemerintah setempat.
Kemudian WIKA beralih untuk masuk ke Myanmar dan Kuching, Malaysia. Di Myanmar, WIKA mengerjakan proyek pembangunan office tower dan residence.
Sementara di Kuching, WIKA membangun mall terbesar milik pengelola dana tabung haji di sana. Tak hanya di Asia Tenggara, WIKA pun mulai mengembangkan pasarnya ke Saudi Arabia.
Untuk Saudi Arabia adalah strategi ke depan WIKA karena memang potensi pemasarannya besar. Sejak 2008, WIKA sebenarnya sudah menjajaki Saudi Arabia dengan pola PMS dan kontraktor, tetapi belum ketemu angkanya.
Hadapi Ragam Kendala
Pada 2014 barulah ada tawaran menarik dari salah satu owner di Dubai yang akan membangun hotel di Mekkah. Pihak owner tersebut ingin menggunakan precast dalam proyek tersebut dan WIKA kebetulan mempunyai keunggulan di bidang precast dari perusahaan anak WIKA Beton. Oleh karena itu, WIKA akhirnya memutuskan untuk masuk ke sana.
Perjalanan WIKA di Saudi Arabia juga bukan tanpa kendala. Ketika mau masuk ke Saudi Arabia terdapat kendala bahwa untuk beroperasi di sana WIKA harus mendaftar sebagai perusahaan asing yang beroperasi di sana.
Untuk mengatasi kendala tersebut, akhirnya diputuskan WIKA untuk melakukan pendaftaran yang sudah dimulai sejak Oktober 2014. WIKA pun harus deposit sejumlah dana di sana.
Pengalaman ketika masuk ke Libya mungkin bisa menjadi pembelajaran tersendiri bagi WIKA. Untuk proyek di Libya itu kebetulan WIKA Gedung yang mengerjakan pembangunan mall di sana.
Pola yang digunakan juga PMS. Akan tetapi, baru 4 bulan berjalan kemudian timbul krisis politik di sana sehingga WIKA harus mengevakuasi seluruh pekerjanya untuk kembali ke Indonesia.