Para Perintis Motor Listrik, Berawal Dari Konsep Faraday
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Motor listrik dikembangkan mengikuti konsep Michael Faraday pada 1821.
Jenis pertama adalah motor listrik tipe komutator yang mampu memutar mesin, ditemukan oleh ilmuwan Inggris William Sturgeon pada 1832. Pada 1837, lokomotif listrik pertama dibangun oleh ahli kimia Robert Davidson, dan didukung dengan baterai yang tidak dapat diisi ulang.
Davidson kemudian membangun lokomotif lebih besar yang dipamerkan di Royal Scottish Society of Arts Exhibition pada 1841. Penggunaan pertama jalur transportasi elektrifikasi di jalur utama adalah pada jalur sepanjang 6,4 kilometer di Baltimore Belt Line di Amerika Serikat pada 1895.
Sementara itu, trem listrik atau mobil troli pertama kali dipasang secara eksperimental di St. Petersburg, Rusia, pada 1880. Layanan trem listrik reguler pertama, Jalur Trem Gross-Lichterfelde, masuk ke layanan di Lichterfelde, pinggiran kota Berlin, Jerman, dan diproduksi oleh Siemens & Halske AG, pada Mei 1881.
Pada 1901, bus troli pengangkut penumpang pertama di dunia dioperasikan di Bielathal, dekat Dresden, di Jerman. Di Inggris, bus listrik pertama kali dioperasikan di Leeds dan Bradford pada 1911.
Baker Produksi Mobil Listrik
Di Amerika Serikat, perusahaan mobil Baker, sudah lebih dulu memproduksi mobil listrik. Pada Kendaraan Baker pertama terdapat dua tempat duduk dengan harga jual US$850 per unit. Satu unit dijual kepada Thomas A. Edison sebagai mobil pertamanya.
Edison juga merancang baterai nikel-iron yang digunakan di beberapa mobil listrik Baker. Baterai ini memiliki masa pakai yang sangat lama dengan beberapa masih digunakan sampai sekarang.
Jajaran model diperluas pada 1904 menjadi dua kendaraan, keduanya bertempat duduk dua buah dengan rangka kayu lapis baja. Motor listriknya yang terletak di tengah-tengah kendaraan ditenagai oleh baterai 12 sel.
Untuk varian Runabout yang memiliki tenaga ‘hanya’ 0,75 hp (0,6 kW) berbobot sekitar 295 kg. Pada 1906 Baker membuat 800 mobil, menjadikannya sebagai pembuat kendaraan listrik terbesar di dunia saat itu. Bahkan, ketika beriklan, mereka menobatkan diri sebagai “yang terbesar di dunia”.
Awalnya, perusahaan ini lebih banyak memproduksi kereta listrik Baker. Namun melihat semakin tingginya animo masyarakat terhadap produk tersebut, mereka beralih lebih banyak memproduksi mobil listrik.
Pada 1907, Baker memiliki tujuh belas model, yang terkecil adalah Stanhope dan yang terbesar adalah Inside Drive Coupe. Ada juga Extension Front Brougham senilai US$4.000 dengan kursi pengemudi tinggi di belakang penumpang yang meniru taksi Hansom, jenis alat transportasi umum yang dikembangkan di Hinckley, Leicestershire, Inggris, pada 1834.
Baker juga memperkenalkan berbagai truk dengan kapasitas hingga lima ton pada 1907. Pada akhir 1910, Baker Electric merupakan kendaraan yang cukup mewah dan dihargai US$2.800 per unit. Mobil ini memiliki kapasitas tempat duduk empat penumpang dan dicat hitam dengan pilihan panel biru, hijau, atau merah marun.
Persaingan Yang Kompetitif
Persaingan pasar mobil listrik pada masa itu terbilang kompetitif. Pada 1913, Baker dikalahkan dalam penjualan oleh Detroit Electric.
Kondisi ini memaksa Baker untuk berkolaborasi dengan berbagai macam pabrikan. Pada 1914, Baker bergabung dengan sesama pembuat mobil Cleveland Rauch and Lang untuk menjadi Baker, Rauch & Lang.
Mobil Baker terakhir dibuat pada tahun 1916, tetapi produksi truk listrik berlanjut selama beberapa tahun lagi. Baker, Rauch & Lang memproduksi Owen Magnetic di bawah kontrak.
Baker Runabout, yang dibuat di Amerika Serikat itu, sempat pula diimpor ke Jerman oleh pendiri Baterai Varta. Saat itu, mobil listrik Baker dapat mencapai kecepatan 97 kilometer per jam.
Rekor kecepatan mobil listrik diraih oleh pembalap asal Belgia Camille Jenatzy, mengendarai kendaraan listrik yang dikenal sebagai ‘La Jamais Contente’, dengan kecepatan 106 km/jam.
Semakin Dikembangkan
Di akhir abad ke-19, kendaraan bertenaga listrik semakin dikembangkan. Keberadaannya kian populer seiring dengan produksi baterai yang juga mulai mewabah.
Sayangnya, keberadaan mobil listrik mulai mengalami tantangan hebat, seiring dengan keberadaan energi primer seperti minyak bumi yang semakin booming. Produksi kendaraan berbahan bakar minyak dalam skala besar juga menyebabkan harga jual yang murah.
Kondisi ini kemudian membuat para produsen kendaraan dengan mesin ICE, memiliki peluang untuk berkembang. Ironisnya, motor listrik sebagai ‘jantung’ utama kendaraan listrik, justru dicangkokkan ke dalam kendaraan ICE.
Bukan sebagai penggerak utama, tetapi sebagai komponen penunjang untuk menghidupkan mesin ICE. Pada masa itu, untuk menghidupkan mesin ICE harus menggunakan engkol manual.
Poros engkol yang menggerakkan connecting rod untuk menghidupkan ruang bakar mesin ICE, sebelumnya digerakkan secara manual.
Namun sejak dicangkokkan motor listrik yang digerakkan oleh baterai ke dalamnya, untuk menghidupkan mesin berbahan bakar bensin atau solar (bahkan minyak nabati), cukup dengan menekan kenop motor listrik. Lalu motor listrik tersebut menggerakkan poros engkol untuk menghidupkan mesin ICE.
Kombinasi murahnya harga bahan bakar minyak dan terobosan dalam teknologi menghidupkan mesin, menyebabkan konsumen mulai beralih untuk menggunakan mobil ICE. Situasi ini menyebabkan popularitas mobil BEV memudar.
Dalam perhitungan, mesin ICE dianggap masih memiliki tingkat efisiensi relatif lebih tinggi ketimbang penggunaan baterai pada masa itu. Hal ini berkaitan dengan tenaga yang dihasilkan plus masa pengisian baterai.
Perkara pengisian daya baterai juga yang menjadi masalah berikutnya. Lamanya waktu pengisian baterai tidak sebanding dengan daya jelajah kendaraan itu sendiri. Rata-rata pengisian mencapai 7-8 jam jika menggunakan baterai berteknologi lawas.