Inilah Sektor yang Akan Bullish Pada 2023
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Lumayan banyak pertanyaan yang masuk ke saya tentang sektor apa yang akan bullish pada 2023. Saya membutuhkan lebih lengkap indikator untuk menjawab dengan meyakinkan. Intuitif, berikut beberapa komentar. Mohon diperlakukan sebagai alternatif bumbu, sebelum memasak.
1. Sektor konsumsi non siklikal. Kucuran dana besar menjelang pemilu
2. Segmen atas sektor perbankan. Teknologi, jaringan, kualitas produk memungkinkan bank – buku 4 – mampu mempertahankan tingkat biaya dana. Dengan tingkat bunga yang naik, peluang NIM yang lebih lebar
3. Sektor logam. Logam mulia, terutama emas. Pembelian bank bank sentral yang mengkonversi cadangan devisanya dari USD denominated, kenaikan tingkat bunga yang mulai melandai, kekhawatiran terhadap resesi ekonomi dan gerakan kembali ke standar emas.
Di segmen logam dasar saya melihat peluang di tembaga, nikel, dan alumunium. Boleh jadi juga timah. Dunia beringsut ke green energi
4. Sektor infrastruktur. Mega proyek yang baru mungkin akan direm sementara menjelang pesta demokrasi. Tapi proyek yang sudah berjalan dan sudah diputuskan dimulai, justeru akan digenjot pada tahun ini
5. Banyak pakar bulilish terhadap sektor properti. Terutama subsektor hunian. Saya tidak bisa membuat diri saya yakin. Tadinya saya lebih optimistis terhadap kawasan industri. Tapi biasanya, gegap gempita pemilu membuat rencana investasi wait and see.
6. Saya juga ragu terhadap sektor energi. Energi fosil, perkiraan saya 3-4 tahun ke depan masih dominan, walau dengan kecenderungan penurunan permintaan. Di sektor energi terbarukan, yang berpeluang bertumbuh, saya belum melihat peluang marjin keuntungan yang memadai.
7. Perintis (start-ups) dan teknologi. Tahun lalu adalah tahun yang buruk bagi sektor ini. Saya juga terpengaruh oleh tulisan The Wall Street Journal tentang Soft Bank Group. Perusahaan yang berbasis di Jepang ini merupakan investor terbesar dunia di perusahaan rintisan selama 2021. Kemarin Grup tersebut melaporkan kerugian kuartalan sebesar UDD 5,9 miliar dari investasi pada perusahaan rintisan. Dan memutuskan untuk mengurangi eksposur nya ke sektor ini.
Saya, sejak awal masuknya emiten rintisan ke BEI, terus berceloteh: Besarnya inflows mengangkat harga saham saham perusahaan itu ke langit. Yang saya ragukan inflows itu sama sekali tidak didukung oleh kinerja fundamental perusahaan.
Tapi cuan tetaplah cuan. Tak soal rizki macan atau kelinci. Tak soal berasal dari berkah atau musibah.
* Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id