Tantangan Perkembangan Mobil Listrik di Seluruh Dunia
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Dalam beberapa tahun belakangan, kehadiran mobil listrik di berbagai belahan dunia tidak dapat dihindari.
Perlahan namun pasti, peralihan akan kendaraan yang ramah lingkungan semakin berkembang di berbagai belahan dunia. Dalam 10 tahun ke depan, negara-negara di Eropa sudah mencanangkan untuk menghentikan pengunaan kendaraan dengan emisi gas buang yang dihasilkan dari mesin konvensional atau internal combustion engine—ICE.
Eropa dan Asia Mendorong Penggunaan Mobil Listrik dengan Berbagai Insentif
Demikian halnya dengan di Asia. Sebagai contoh China yang semakin agresif mengejar penggunaan mobil listrik sebagai pengganti saran transportasi mobil konvensional di pasar domestik mereka.
Berbagai tipe dan varian dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan akan mobil listrik. Dari tipe tercanggih hingga kelas mobil rakyat, China bergegas menutupi semua kebutuhan segmen pasar yang dituju.
Menariknya, program ini juga didukung otoritas pemegang kekuasaan. Gelontoran insentif, baik pemotongan pajak maupun keringanan bea masuk bahan baku diberikan agar produsen mampu menekan harga mobil listrik yang masih terbilang mahal itu.
Maklum, teknologi mobil listrik terbilang baru, sehingga membutuhkan volume besar untuk mencapai angka keekonomian yang mencukupi. Artinya, pemerintah memberikan dorongan agar pasar di China bisa tumbuh seperti halnya mobil konvensional yang sudah lebih dulu eksis.
Semangat membangun ekosistem mobil listrik juga merambah benua Amerika dan berbagai negara di Eropa. Meski demikian, pemerintah di negara-negara Eropa dan Amerika, lebih menekankan pada pelbagai aturan pembatasan emisi gas buang semata.
Tesla dan Perusahaan Mobil Listrik Lainnya Mulai Bersaing di Pasar Otomotif
Namun, untuk mengembangkan pasar, kepada para perusahaan pembuat EV diberikan kebebasan untuk bersaing satu sama lain. Sebagai contoh kehadiran Tesla yang dapat dianggap fenomenal.
Perusahaan besutan Elon Musk ini semula bukanlah pemain mobil papan atas. Adalah Martin Eberhard dan Marc Tarpenning yang mengawali pembentukan perusahaan ini pada 2003. Bisa dikatakan, keduanya merupakan startup alias perusahaan rintisan di bidang otomotif.
Kehadiran Tesla menarik minat Elon Musk pada 2004 dan 2005, hingga dia menguasai penuh perusahaan itu. Kemudian Tesla mengawali kerja sama dengan perusahaan otomotif Lotus untuk menyiapkan produksi mobil pertamanya, Tesla Raodster pada 2006.
Produksi diwujudkan pada 2008. Inilah awal Tesla melejit hingga menjadi pemain utama mobil bertenaga baterai murni (plug in electric vehicle). Keberhasilan Tesla seperti letupan dalam industri otomotif khususnya mobil listrik.
Hal ini sekaligus membuktikan, bahwa industri mobil listrik tak melulu didominasi perusahaan otomotif yang sudah ada sebelumnya. BAIC Group China, Vingroup Vietnam, BYD [produsen terbesar mobil listrik di China], Polestar, dan NIO tercatat sebagai pemain-pemain yang mulai mengejar ketertinggalan dalam pengembangan mobil listrik.
Tak hanya perusahaan otomotif yang fokus di industri mobil, bahkan Apple yang sebelumnya dikenal sebagai perusahaan produsen telepon seluler dan perangkat komputer tersebut juga mulai melirik kendaraan listrik yang dilengkapi dengan artificial intelligent.
Demikian pula dengan raksasa elektronik Jepang seperti SONY juga meluncurkan prototipe kendaraan listrik bernama Vision-S yang mengedepankan faktor keamanan dan kemudahaan dalam mengendari kendaraan tersebut.