Analogi Bursa, Tengkulak Lebih Kereen dari Petani
INDOWORK.ID, JAKARTA: Pilihan jadi tengkulak menjanjikan kenikmatan ekonomis lebih lukratif, di negara ini. MaKsudnya bila dibandingkan dengan pilihan menjadi petani.
Dari dunia perberasan, statistik mencatat bahwa petani hanya menerima 43% dari harga yang dibayar konsumen akhir. Sebesar 57% dinikmati oleh rentang jalur distribusi (nama keren tengkulak.)
Tercermin jelas sekali di masyarakat. Petani rumah tangga di Indonesia indentik dengan kemiskinan Para pedagang beras menjelma jadi pengusaha kaya.
Tentu saja rente ekonomi paling besar, domain para penimbun.
Beberapa cara transaksi saham, di bursa, bisa digambarkan dengan analogi ringan. Nikmati analogi – oversimlified – berikut seperti satu candaan.
Investasi dengan pendekatan fundamental itu seperti logika seorang petani. Para pedagang memiliki logika dan naluri seorang tengkulak. Bandar didominasi oleh logika dan naluri penimbun.
Menanam duren dengan harapan berbuah minggu depan, itu sinting. Sebaliknya seorang tengkulak yang membeli duren mateng untuk disimpan satu bulan, juga sinting. (Beruntung jadi orang Palembang, diolah jadi tempoyak atau lempok).
NALURI PENIMBUN
Nah bandar, dengan logika dan naluri penimbun, harus punya banyak kelebihan.
Pertama, harus punya modal dan fasilitas lebih.
Kedua, punya konco yang bisa diajak kerjasama.
Ketiga, paling penting – harus tega mengorbankan kepentingan orang lain.
Dalam zero sum game, every winner there is a loser. Win and lose sum up to zero.
Lha hidup itu pilihan. Pacar itu pilihan. Cara main saham juga.
*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id