Sektor Manufaktur Masih Optimis
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Berdasarkan laporan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Indeks Kepercayaan Industri (IKI) periode Juli 2023 menyentuh angka 53,31 poin atau masih berada pada level ekspansif, yakni di atas 50 poin. Namun, torehan tersebut terkontraksi 0,62 poin dibandingkan periode Juni 2023 sebesar 53,93 poin.
Kondisi ekspansif ini ditopang oleh seluruh indeks variabel pembentuk IKI, yakni variabel pesanan baru, produksi, dan persediaan produk. Variabel persediaan produk dari 50,34 menjadi 50,44 (naik 0,1 poin).
Selain itu, ekspansi tersebut juga sejalan dengan 32 persen atau sekitar 1.236 dari 3.864 pelaku usaha industri menyatakan kondisi kegiatan usahanya meningkat, lebih banyak dibandingkan pelaku usaha yang menyatakan kondisi usahanya menurun yang sebesar 22,6 persen. Sementara itu, 45,4 persen pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya stabil pada Juli 2023.
IKI tetap ekspansif selama 22 bulan terakhir. Diperkirakan, capaian pada periode berikutnya dapat lebih tinggi lagi dari bulan ini.
Optimisme kegiatan usaha di Indonesia tetap tinggi sebagaimana bulan lalu. Optimisme selama enam bulan ke depan, posisinya sama seperti Juni kemarin, yakni 90,3 persen pelaku usaha yang mengatakan tetap ekspansif dan optimistis
Dari 23 subsektor industri pengolahan nonmigas, terdapat 16 subsektor yang mengalami ekspansi dengan kontribusi sebesar 83,1 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) triwulan I-2023. Sementara, tujuh subsektor lainnya terkontraksi dengan kontribusi terhadap PDB kuartal I-2023 sebesar 16,9 persen.
Dibandingkan dengan bulan lalu, subsektor yang terkontraksi pada Juli 2023 jauh lebih lebih banyak. Namun, kontribusi subsektor yang terkontraksi terhadap perekonomian Indonesia tidak lebih tinggi dari subsektor yang ekspansif.
Terkait dengan perlambatan IKI dibandingkan periode sebelumnya, salah satunya disebabkan oleh pergantian musim di Indonesia. Akibatnya, terdapat tujuh subsektor yang sebelumnya mengalami ekspansi menjadi terkontraksi, yakni pakaian jadi, logam dasar, kayu, barang kayu dan gabus, barang galian bukan logam, serta reparasi dan pemasangan mesin alat. Sementara itu, industri tekstil dan industri pengolahan lainnya masih mengalami kontraksi.
Ada beberapa subsektor yg mengalami kontraksi, ada juga yang naik statusnya dari kontraksi ke ekspansi, yakni subsektor barang dari kulit dan alas kaki. Ini yang statusnya naik. Sementara, yang performanya sangat tinggi adalah industri kendaraan bermotor, industri makanan, industri minuman, dan industri peralatan listrik atau termasuk yang tertinggi dari 23 subsektor.
Ekspor industri pengolahan pada Juni 2023 tercatat mencapai 11,52 juta ton atau meningkat 13,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, secara nilai, ekspor industri pengolahan senilai 15,25 miliar dollar AS menurun 2,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Lebih lanjut, menurut golongan penggunaan barangnya, impor bahan baku penolong pada Juni 2023 menurun 19,24 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, impor barang modal dan konsumsi juga menurun masing-masing 17,97 persen dan 9,3 persen dibandingkan bulan lalu.
Berdasarkan data ekspor impor, sektor IKFT secara spesifik mengalami tren positif. Sejak tahun 2021 sampai semester I-2023, ekspor IKFT tercatat 21,90 miliar dollar AS. Walakin, impor untuk bahan baku masih cukup tinggi, yakni 21,59 miliar dollar AS.
Selain itu, iklim investasi pada sektor IKFT turut mengalani tren positif, yakni pada triwulan I-2023 senilai Rp 33,78 triliun. Sebagian besar investasi tersebut ditujukan pada sektor barang kimia senilai Rp 16,29 triliun, serta industri karet dan barang karet senilai Rp 4,50 triliun.