Debat Capres Presiden Pertama, Telaah Data dan Emosional
INDOWORK.ID, JAKARTA: Ada beberapa catatan tentang debat Capres Pertama yang di selenggarakan KPU, 12 Desember 2023, mulai jam 19.00 hingga 22.00.
Penulis akan coba klasifikasikan performance para kandidat Presiden itu dari segi:
1. Speak by data
2. Emotional Quality
3. Smart Argue
Dari 3 poin itu, maka kita coba telaah sebagian saja dari debat capres, terutama ketika para calon saling bertanya pada calon lainnya.
1. Prabowo bertanya pada Anies
Tanya (Prabowo):
Anggaran DKI yang sekitar 80T, dan Jawa Barat yang sekitar 50T, jika di korelasikan dengan index polusi udara, mengapa DKI yang anggaran nya lebih besar, indeks polusinya lebih tinggi?
Jawab (Anies):
Di analogikan penanganan Covid, ada satu wilayah yang punya alat PCR terlihat data Covid tinggi, tapi ada wilayah yang tidak punya alat PCR, terlihat data Covid nya rendah, itu bukan karena wilayah itu bebas Covid, tapi karena tidak punya PCR.
Belum selesai Anies menjawab, Prabowo terlihat emosional menjawab, bahwa pertanyaan bukan soal Covid.
Anies tersenyum sambil katakan, biarkan saya selesaikan dulu pak, itu analogi nya, soal sebenarnya tentang polusi itu, DKI memiliki alat pendeteksi polusi udara, itu di pakai setiap hari, artinya, data yang muncul harusnya setiap hari polusi tinggi, jika polusi memang berasal dari kendaraan.
Jadi DKI akan senantiasa terpantau masalah polusi nya di banding daerah lain yang mungkin tidak ada alat Pemantau polusi.
Alat itu di pakai setiap hari, dan nyatanya, data dari alat itu fluktuatif, ada kalanya polusi tinggi, ada kalanya polusi rendah, itu ternyata bisa di konfirmasi dari angin yang bertiup berubah ubah arahnya , terkadang dari arah barat Jakarta (Banten dan Sumatera) atau sebaliknya dari Jakarta menuju ke wilayah tersebut. Logikanya jika polusi datang dari kendaraan, data polusi akan tetap sama dari hari ke hari, nyatanya tidak demikian.
Prabowo menyangkal lagi, dan berkata , susah jika menyalahkan angin, jadi apa sebaiknya di DKI tidak ada pemimpin saja? Di sini Prabowo berdebat dengan tidak etis menurut penulis, karena berupaya menghina dan bukan mendebat.
Di jawab lagi oleh Anies, inilah contoh; pemimpin yang bicara dengan data dan pemimpin yang bicara dengan intuisi
Pemimpin itu harus mengedepankan science sebagai alat penunjang kebijakan (Ucapan Anies ini mendapat sambutan gemuruh penonton), dan membuat Prabowo terdiam.
Dalam debat Prabowo vs Anies, menurut penulis, Anies unggul dalam hal data dan emosi, sekaligus smart argumentasinya.
2. Ganjar bertanya pada Prabowo
Tanya (Ganjar)
Masalah penghilangan aktivis tahun 1998, juga kasus lainnya, jika pak Prabowo jadi Presiden, apakah perlu di lakukan Penyelidikan dan Pengadilan HAM berat? Dan apakah masalah itu akan di selesaikan pak Prabowo?
Dengan agak emosi Prabowo menjawab, kenapa setiap elektabilitas Prabowo naik, soal pelanggaran HAM selalu di ungkit? Itu sangat tendensius, persoalan HAM itu sekarang di tangani oleh Cawapres paslon no.3 (Mahfud MD)
Penonton berteriak riuh menyambut jawaban Prabowo. Namun di tanggapi lagi oleh Ganjar; Pak Prabowo saya hanya tanya, apakah akan di perlukan Penyelidikan dan Pengadilan HAM? dan yang kedua apa perlu di selesaikan kasus ini?
Prabowo terdiam lagi saat Ganjar kick back jawaban Prabowo yang terkesan emosional.
Dalam debat Ganjar vs Prabowo, terlihat Ganjar lebih tenang dan Prabowo lebih emosional, terlihat juga Ganjar lebih cerdas dalam merespon jawaban Prabowo.
3. Anies bertanya pada Ganjar
Tanya(Anies):
Apa yang menjadi prioritas Pak Ganjar jika jadi presiden tentang masalah penegakan hukum, terkait kasus Kanjuruhan dan kasus KM50? Meski secara legalitas telah ada keputusan nya, namun belum memenuhi rasa keadilan masyarakat, apa tanggapan pak Ganjar?
Jawab(Ganjar):
Penegakan hukum yang sudah lama, sering kali dianggap selesai meski belum memuaskan para pihak, untuk itu terkait dua kasus itu, jawabnya bisa di buka kembali, dengan melakukan investigasi yang lebih lanjut dan ditujukan untuk mencari kebenaran
Dijawab Anies, baik terima kasih. Namun itu perlu hal yang lebih konfrehensif lagi dalam penyelesaiannya yaitu dengan Penyelidikan dan penyidikan yang lebih netral dan menjunjung tinggi supremasi hukum karena negara ini adalah negara hukum, bukan negara kekuasaan, sehingga penyelesaian kasus itu secara legalitas akan memberikan rasa keadilan bagi masyarakat.
Dalam debat ini, baik Ganjar maupun Anies terlihat sepakat dalam isu Kanjuruhan maupun KM50, jadi argumen dan data nya bisa dikatakan seimbang.
4. Anies bertanya pada Prabowo
Tanya (Anies):
Apa perasaan pak Prabowo, saat MKMK memutus keputusan MK no.90 itu pelanggaran berat etika? Pak Prabowo masih punya beberapa hari saat itu untuk merubah penentuan Cawapres bapak sebelum pendaftaran ke KPU, tapi mengapa keputusan bapak mengambil langkah keputusan MK yang telah di vonis cacat etika oleh MKMK?
Jawab Prabowo:
Mas Anies…mas Anies, itu kan hukum sudah di tegakkan, sudah ada keputusan MKMK yang memvonis, untuk apa lagi mempertimbangkan hal lain? Come on mas Anies,kita bukan anak kecil lagi. Biarkan rakyat yang memilih, jika rakyat tidak memilih Prabowo Gibran, ya tidak apa apa.
Di tanggapi Anies, itulah pak, jika di institusi tertinggi masih ada keputusan keputusan yang tidak memenuhi etika, namun berlindung di balik keputusan hukum , akan menjadi preseden bagi seluruh rakyat, karena pemimpin itu pèrlu mencontohkan.
Prabowo terdiam lagi, namun terlihat gestur Prabowo agak marah.
Dalam hal ini, emosi Prabowo terlihat tidak stabil, jawaban nya cenderung bluffing tidak sesuai dengan substansi yang di tanyakan.
5. Pertanyaan Ganjar pada Anies
Tanya (Ganjar):
Mas Anies, saya ingin dengar statement mas Anies yang clear tentang IKN, apakah anda menolaknya?
Jawab Anies
Jika kita melihat Jakarta penuh masalah, banjir, macet dan polusi, kita sebagai pemimpin justru jangan meninggalkan nya, justru tugas kita mencari solusi untuk mengatasinya. Gemuruh penonton meyambut ucapan Anies, lalu di tambahkan Anies, kita jangan seperti pemerintah kolonial Belanda, ketika menjadikan Kota Tua Jakarta sebagai pusat kota, lalu terendam banjir, tiba tiba mengambil keputusan pindah ke Monas tanpa solusi yang komprehensif.
Di sini, terlihat argumen cerdas Anies dalam menjawab pertanyaan Ganjar yang membuat Ganjar terdiam.
Di sanggah lagi, oleh Ganjar, IKN itu sudah jadi cita-cita founding father kita (Sukarno) dan telah dilaksanakan pembangunan dengan biaya yang tidak sedikit.
Di jawab lagi oleh Anies, inilah contoh saat satu kebijakan tidak dilakukan sosialisasi dulu kepada masyarakat, namun langsung diputuskan, sehingga menyebabkan perdebatan di akhir, bukan di awal, jika kami jadi Presiden, akan kami pastikan kajian mendalam sebelum mengambil keputusan.
Di sini, penulis tanpa tendensi mendukung siapapun, melihat memang Anies yang sangat cerdas menyampaikan gagasan nya.
6. Pertanyaan Panelis pada Anies soal demokrasi dan kepartaian di Indonesia
Jawab (Anies):
Indonesia saat ini masalah demokrasi bukan hanya masalah partai, namun lebih luas dari itu. ,Saat ini kebebasan bicara, beroposisi seolah menjadi musuh, mengkritik langsung di sebut oposan, bahkan beberapa di antaranya ada yang menjadi kasus hukum, dengan penerapan pasal karet ITE.
Saat ini oposisi saja mengalami banyak hambatan dan kesulitan dimana mana, itu yang harus di benahi dalam demokrasi kita, agar index demokrasi Indonesia kembali naik.
Di sanggah Prabowo:
Mas Anies, mas Anies, anda itu berlebihan, jika oposisi di tekan oleh Jokowi, kalau Jokowi itu otoriter, anda tidak mungkin jadi Gubernur DKI, anda ingat, saya yang membawa anda jadi Gubernur! Riuh rendah suara pendukung Prabowo menyambut kata kata Prabowo, bahkan terlihat Gibran Rakabuming Raka berdiri sambil mengacung ngacungkan tangan nya.
Di jawab lagi oleh Anies,
Ya pak Prabowo waktu itu adalah masa yang berat sebagai oposisi, bahkan pak Prabowo pun tidak kuat jadi oposisi saat itu, bahkan pak Prabowo bilang, di mata Najwa, 20tahun sebagai pengusaha tertekan, ini bukan sekedar masalah bisnis atau usaha pak Prabowo, ini lebih dari sekedar hal itu.
Prabowo kembali terdiam (Jleb bahasa anak milenial nya)
Dalam hal ini, Anies sangat tajam merespon kata kata Prabowo yang sempat menggoyahkan Anies namun menurut penulis, dengan Smart bisa di balik kan, hingga Prabowo dan pendukungnya terdiam.
Demikian ulasan debat Capres 2024 yang di selenggarakan 12 Desember 2023, dari acara penutupan nya terlihat gestur Anies dan Ganjar bersalaman dan berpelukan, namun Prabowo hanya bersalaman dengan Anies tanpa bicara. Sedangkan Prabowo dan Ganjar terlihat berpelukan, sebagai catatan penulis; bahasa Prabowo pada Ganjar lebih terlihat soft di banding ketika bicara dengan Anies, hal ini memunculkan spekulasi penulis, bahwa kubu Prabowo paling mewaspadai kubu Anies.
Terlihat Prabowo dalam closing statement terlihat seolah masih menaruh emosi dengan mengatakan, kita pilih pemimpin bukan yang pandai retorika saja, namun yang mau bekerja. Dari 3 kandidat itu yang menyebut nyebut nama Jokowi berulang ulang, hanya Prabowo Subianto.
Penulis berkeyakinan bahwa, di antara 3 kandidat presiden Indonesia 2024, Anies Rasyid Baswedan lah yang paling memenuhi 3 kriteria di atas, itu pandangan obyektif penulis pada debat Capres kali ini.
*) Ditulis oleh SRZ