Memperjangkan Palestina, Belajar dari Afrika Selatan
INFRASTRUKTUR.CO.ID, JAKARTA: Ratusan warga Afrika Selatan berkumpul di Bandara Johannesburg untuk merayakan kepulangan delegasi hukum Afrika Selatan dari Den Haag setelah mereka menyampaikan kasus genosida oleh Israel terhadap penduduk Palestina.
Afsel penduduk muslimnya hanya beberapa persen aja, tapi mereka tergerak rasa kemanusiaannya. Indonesia penduduk muslimnya 80 persen lebih gerakannya untuk kemanusiaan Palestina yang juga dominan muslim, hanya sampai silang Monas. “Viva Afsel sebuah upaya dan prestasi warga dan negaranya,” kata seorang wartawan senior dalam sebuah diskusi yang digelar secara daring, Rabu, 17 Januari 2024.
Sementara itu, wartawan senior lainnya berpendapat bahwa Afsel menentang Israel murni bukan karena persoalan agama. Tapi karena mereka sensitif terhadap sejarah penindasan (apartheid). Sejak berakhirnya apartheid, penegakan hukum dan hak asasi (kesetaraan) benar-benar dijunjung tinggi di Afsel. Mereka enggak mau sejarah buruk terulang.
Sedangkan di Indonesia, meski negara muslim terbesar kedua setelah Pakistan, berpikirnya belum ke sana. Masih inkonsisten. “Harus diakui, sebagian besar orang kita bela Palestina karena agama, tapi pengungsi Rohingya yang sama-sama korban dan muslim genocida dibuli juga. Ideologi humanismenya masih tebang pilih,” katanya.
Ia mempertanyakan ada yang salah ya dengan pengajaran, pendidikan atau dakwah agama Islam di Indonesia.
Menurut, pangkal dari semua itu berawal dari kepemimpinan politik yang baik. Indonesia belum pernah punya teladan pemimpin politik yang betul-betul berjuang untuk rakyat, sekelas Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, atau Abraham Lincoln.
Ia mempertanyakan bagaimana mungkin Indonesia dapat membela Palestina secara proper, sementara sikap pemerintah sendiri ke Papua sejak zaman Soekarno enggak pernah adil.