Hamzah Ali Gelar Konser Sejuk Ketika Panasnya Debat Capres lewat Homoludens
INFRASTRUKTUR.CO, JAKARTA: Menjelang Pilpres Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar acara keren. Di tengahnya panasnya suasana menjelang pemilihan presiden, di kampus Rawamangun, Jakarta Timur, sejuk mengalun konser gitar yang bertajuk Homoludens.
Mengawali tahun ini, Ahad, 20 Januari 2024, Edura UNJ berkolaborasi dengan Nyong Alga menggelar intimate concert dengan tajuk Hompoludens. Acara ini digagas atas inisiasi Unit Bisnis Edura UNJ dalam rangkaian income generating bagi universitas.
Edura UNJ adalah unit bisnis di bawah naungan Universitas Negeri Jakarta yang memiliki beberapa lini usaha antara lain event organizer, penerbitan/publikasi, media, keolahragaan, pelatihan, dan riset.
Menurut panitia dari Edura Hamzah Ali, konser ini juga menghadirkan beberapa pendukung yang tidak kalah meriahnya lewat penampilan Bintang Hendritama sebagai fingerstyle pre-opening, Timothy Revival April Torondek sebagai opening. “Ada juga penampilan dari Rawamangun Guitar Ansambel,” kata Hamzah yang juga Direktur Pustaka Kaji.
Hamzah Ali bin Amar Rusli adalah pengusaha muda kelahiran Jakarta, 13 Maret 1987. Ayah dari Euklide Hanna Wijaya dan Amartya Hana Wijaya tersebut adalah lulusan Universitas Negeri Jakarta. Selain kerap menggelar event, ia juga rajin menulis buku dan memiliki hobi membaca. Gaya hidupnya adalah melalukan riset.
Ketika di tengah pertunjukkan, Nyong Alga bercerita bahwa dipilihnya tajuk Homoludens yang mempunyai arti manusia yang bermain. Dalam bermain ini ia bukan hanya bermain asal tetapi dengan keseriusan. “Jadi jika dijabarkan ini merupakan representasi aku ketika menekuni musik dengan sangat serius,” ujar Alga.
Konser ini menjadi puncak tertinggi dalam pencapaian kariernya. “Saya ucapkan terima kasih kepada Edura yang berhasil bekerja sama untuk dapat terwujud,” katanya.
Hamzah Ali menyampaikan bahwa konser musik ini menjadi gerbang pembuka, karena event yang banyak diminati sekarang ialah event yang bersifat hiburan dan salah satunya itu musik. “Ini merupakan salah satu cara untuk masuk ke dalam pusaran industri tersebut,” kata ayah dua anak itu.
Hamzah Ali yang juga Sekretaris Yayasan Jakarta Weltevreden itu, menyampaikan selamat kepada Nyong Alga atas konser pertamanya dan selamat juga kepada para panitia yang sudah bekerja dengan keras, tentu juga untuk para peserta yang sudah hadir selamat menyaksikan dan enjoy your time, ungkapnya.
BELAJAR SEJAK SD
Algafari Rizkyprima atau yang biasa dikenal dengan panggilan Nyong Alga lahir di Jakarta 2 Juni 1996. Mulai belajar gitar sejak duduk di bangku Sekolah Dasar dengan ayahnya. Kemudian Nyong Alga mulai belajar menekuni gitar klasik di Yamaha Music School sejak tahun 2014 di bawah naungan bapak Suwarko hingga saat ini.
Nyong Alga memulai karir di dunia musik dengan mengikuti Jamming antar musisi Indie di berbagai cafe. Kemudian mulai mendapat Job manggung baik di cafe maupun di berbagai mall sejak tahun 2019 hingga saat ini. Nyong Alga juga pernah mengikuti Master Class gitar klasik bersama Theduardo Prasetyo tahun 2019 di prodi Pendidikan Musik UNJ.
Mengapa Homoludens? Manusia adalah makhluk bermain, dalam bermain manusia memiliki sesuatu yang hakiki menjadi manusia kebudayaan. Bermain bukan berarti ‘main-main’ tetapi juga memberikan hal-hal yang utama setelah ‘berpikir, bekerja,’ lalu ada proses ‘bermain’ yang melengkapi kita sebagai manusia seutuhnya. Dalam bermain, ada konsep freedoms, kebebasan bagi orang-orang. Serta fokus dalam melakukan sesuatu.
CITRA MANUSIA
Narasi bermain dengan kebebasan inilah yang coba disampaikan lewat pesan-pesan biografis maupun citra manusia yang muncul dalam setiap lagu yang dibawakan. Nyong Alga akan menceritakan mengapa ia menyusun playlistnya.
Meskipun ada kejenuhan, Nyong Alga senang untuk menjalani solois sebagai fingerstyle, berawal dari musik atau lagu-lagu yang disukai atau selera musik, happy dalam menggarap aransemen musik. Solois gitar itu musik yang spesial di mana terdapat melodi, bass, dan rhythm dalam satu alat musik yaitu gitar.
Sosok Ibu adalah yang pertama kali menyadari potensi Nyong Alga. Ibu waktu itu menganggap suara Nyong Alga jelek saat nyanyi dan bermain gitar. Kritik itulah yang membuat ‘nyokap’ mengarahkan untuk belajar musik instrumental atau gitar klasik. Mulai dari situ Nyong Alga belajar dari Youtube, 2009 belajar petikan dasar gitar.
Homoludens merupakan presentasi musik Nyong Alga selama menjadi solois sebagai fingerstyles. Homoludens menjadi citra Nyong Alga dalam menyajikan musik sebagai perjalanan belajar yang mengasyikan, sekaligus bermain-main dengan playlist lagu yang telah dipilihnya.
KOLABORASI TERBAIK
Nyong Alga membawakan lagu-lagu yang sederhana dan easy listening dalam performancenya. Sebagai konser pertamanya Nyong Alga akan menjelajahi dunia klasik dan menyelami ‘the oldies’ditambah dengan kolaborasi terbaik dengan teman-temannya.
Nyong Alga akan bercerita mengapa playlist yang akan dimainkannya memiliki narasi penting dalam perjalanannya bermain musik sebagai fingerstyles. Cerita-cerita biografis akan mengiringi narasi dari lagu-lagu yang telah dipilihnya dari ‘klasik’ dan ‘oldies’.
Dalam intimate concert ini Nyong Alga membawakan musik klasik lalu melompat kepada oldies hal ini akan membawa pengalaman yang berbeda bagi penonton, di bagian pertama playlist mungkin saja Nyong Alga tidak membawa penonton kepada performatif yang mengajak, hanya membiarkan penonton senyap pada petikan gitar yang ia bawakan pada musik-musik klasik yang sudah disusun dan dipilihnya sebagai playlist.
ROMANTIS
Ketika memasuki dibagian babak kedua, petikan-petikan gitarnya yang mungkin saja itu bagi penonton awam hanya mampu dinikmati dengan senyap. Kini di babak kedua ia mencoba mengajak penonton tidak hanya menikmati melodi dan petikan gitarnya saja tapi juga mengajak menyelami biografi gitar yang dipetiknya melaluinya penonton dengan mengajak bernyanyi.
Karena di playlist kedua ini lagu-lagunya adalah yang tak hanya easy listening tapi juga lagu-lagu yang sudah melekat dari masa ke masa, romantis dan membawa ingatan akan percintaan, kasih sayang, dan kerinduan.
Penampilan konser ini makin lengkap dengan kehadiran Timothy Revival April Torondek dan Rawamangun Guitar Ansambel.
Timothy lahir di Pontianak, 22 April 2004. Ia memulai les gitar klasik bersama Johnny E. Karouw pada tahun 2015. Ia pernah memenangkan juara 2 provinsi pada FLS2N. Timothy merupakan mahasiswa Pendidikan Musik UNJ dengan mayor gitar ini akan membawakan Sevilla Isaac Albeniz.
Sementara itu, Rawamangun Guitar Ansambel merupakan kelompok pemain gitar klasik yang beranggotakan 7 orang: Nyong Alga, Timothy Revival April Torondek, Ferdi Eko Satrio, Muhammad Emyr Yusuf, Aidan Widyaputra Pohan, Rizky Muhammad Hadam, Gabriel Kitaro Pero M.D
Rawamangun Guitar Ansambel menjadi bentuk kolaborasi yang akan memeriahkan acara Homoludens. Secara berkala mereka berkumpul bermain musik. Ansambel ini terbentuk sejak pertemuan Nyong Alga dengan beberapa mahasiswa gitar klasik UNJ di Pukul Satu Kopi pada 4 November 2023.