Dapatkah Masyarakat Berdamai dengan Prilaku Buruk Pemimpin?

INDOWORK.ID, JAKARTA: Saat saat ini, semua orang bicara tentang damai. Tiap orang punya persepsi masing masing tentang damai. Sekilas damai sering diindentikkan dengan tidak ribut, tenang, tidak mempermasalahkan masalah. Nrimo. Pasrah. Damai kuburan.

Berikut konsep saya tentang damai.
Damainya seorang individu membutuhkan syarat yang berbeda dengan damainya masyarakat.

Kedamaian individual, bersumber dari dalam diri. Pondasinya ada di hati. Menurut saya, kedamaian individual hanya bisa diperoleh oleh seorang yang memiliki hati bersih. Mampu mengendalikan ego, keangkuhan, iri hati, keserakahan, kebencian, dendam, angkara murka, egosentrime, dan sederet penyakit hati yang lain. Ketika seseorang telah selesai dengan peperangan internal, selesai dengan diri nya sendiri, baru lah dia berpikir tentang “memberikan dirinya” bagi kemaslahatan orang lain.

MORAL DAN AKHLAK

Kedamaian bermasyarakat, tergantung pada moral dan akhlak kita dalam berinteraksi antarsesama. Damai akan tercipta dengan sendirinya bila kita dituntun oleh hati yang bersih untuk melakukan kebajikan secara tulus. Memberi teladan prilaku dan perbuatan baik dalam setiap tindakan, menyeru sesama untuk berbuat kebajikan, saling mengingatkan dengan santun prilaku buruk yang merugikan.

Bisakah kita berdamai dengan prilaku buruk? Bisakah kita membangun masyarakat yang damai di tengah bergelimangnya kebohongan, kecurangan, khianat, ketidak-adilan, maling/rampok/korup, kesewenang-wenangan, kekejaman, penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, dan bentuk bentuk kebiadaban lain?

Saya dengan tegas mengatakan tidak! Yang masih punya kepekaan, punya hati yang bening, mungkin masih mampu mendengar seruan kebajikan dan mengubah prilaku. Yang hatinya sudah penuh jelaga, terkunci mati, tak lagi peka, bagaimana mungkin diajak berdamai.

Sejarah kemanusiaan, kisah-kisah dalam kitab suci penuh dengan gambaran bahwa kebajikan dan kejahatan akan saling meniadakan. Pertentangan, perpecahan, pertumpahan darah dan peperangan, apa boleh buat, tidak bisa dielakkan.

*) Ditulis oleh Hasan Zein Mahmud, Redaktur Khusus Infrastruktur.co.id

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Headline