Kampus Unija di Pulomas, Jakarta Timur

Pengabdian M. Rochjani Soe’oed di Unija, Pejabat yang Merakyat

INDOWORK.ID, JAKARTA:  Unija menyediakan program pendidikan dengan biaya terjangkau sebagai bentuk komitmen untuk mencerdaskan masa depan generasi bangsa. Muhammad Rochjani Soe’oed tercatat sebagai Dekan Fakultas Hukum yang awalnya cukup bergengsi itu.

Kampus yang dipimpin oleh rektor Shafiria S. Manaf tersebut memiliki taqline Raih Gelar Sarjana Berkualitas walau Dana Terbatas. Program perkuliahannya ada kelas reguler dan karyawan. “Jadi kalau malam hari justru ramai oleh mahasiswa,” kata Sulaeman, staf yang menerima saya pada Selasa, 2 Juli 2024.

Berlokasi di kawasan Jalan Pulomas Barat (Komplek Villa Tanah Mas), Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, kampus Universitas Jakarta tampak berdiri kurang gagah.

Maklum, kampus universitas yang berdiri sejak 1964 tersebut, menjadi gedung boleh dikatakan paling tua di antara bangunan tinggi lainnya. Padahal Unija terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

Unija memiliki empat program studi yaitu Fakultas Teknik, Hukum, Ilmu Administrasi, Ilmu Sosial dan Politik. “Biaya terjangkau… dan bisa diangsur per bulan,” begitu tertulis dalam selebaran penerimaan mahasiswa baru.

Ia menceritakan bahwa pendirian universitas itu awalnya dilakukan oleh pamannya yaitu Asmawi Manaf bersama tokoh Betawi lainnya yaitu Napis Tadjerie. Namun para pendiri tak mengembangkan kampus tersebut sehingga ditangani dan dikembangkan oleh Sjah Manaf.

PERNAH BERGENGSI

Saya terkenang akan peristiwa 40 tahun lalu ketika masih duduk di bangku SMA. Berlian Mughnie, seorang karyawan yang berasal dari Palembang, bercerita betapa bangganya ia kuliah di kampus Unija. Ketika itu masih berlokasi di bilangan Utan Kayu, Jakarta Timur.

Berlian mengatakan bahwa kampusnya diajar oleh dosen-dosen dari perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Indonesia dan Institut Kejuruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta yang kini bernama Universitas Negeri Jakarta (UNJ). “Universitas swasta kan jadi ladang bagi dosen perguruan tinggi negeri,” katanya.

Berlian tidak sendiri. Banyak mahasiwa yang bangga bercerita ketika kuliah di Unija. Kampus ini juga menjadi pilihan bagi anak-anak lulusan SMA yang tak diterima di perguruan tinggi negeri.

GEDUNG TUA

Mengunjungi kampus Unija, saya teringat akan syair lagu Elvi Sukaesih yang berjudul Gedung Tua.

Siapa yang mau menghuni gedung tua

siapa yang sudi singgah di hati ini

Tempat keramaian kemewahan sunyi sepiSemuanya hampa termakan lapuknya usia

Begitulah kondisi kampus Unija sekarang. Saya mencari alamatnya agak relatif sulit. Namun akhirnya saya temui setelah melalui beberapa kali belokan dari jalan utama.

Ruang dosen di lantai 1

Kondisi gedung yang terdiri dari 4 empat lantai, tanpa lift. Lantai satu untuk ruang dosen dan kantor karyawan. Perpustakaan juga di lantai ini, namun kondisinya terkunci. Saya mengintip hanya ada beberapa koleksi buku yang tampak lusuh. Memprihatinkan.

Sulaeman mengantar saya ke lantai dua. Ada ruang kuliah yang cukup banyak. Suasananya senyap. Lantai tak terlalu bersih. Saa teringat akan ruang kelas Sekolah Dasar, setengah abad lalu.

“Di lantai tiga dan empat juga ada ruang kuliah. Mau meninjau ke sana,” Sulaeman menawarkan. Saya mengucapkan terima kasih.

Saya berupaya mengontak sang rektor. Dari namanya belakangnya S. Manaf, saya tentu sangat mengenal tokoh Betawi tersebut. Saya menghubungi Sjahindra S. Manaf dan Maulana S. Manaf yang merupakan anak dari Syah Manaf.

POLITIKUS DAN PENGUSAHA

Muhammad Sjah Manaf

Mochammad Syah Manaf adalah seorang politikus yang lahir di  Jakarta pada 26 Oktober 1931. Dia sempat berada di puncak kepemimpinan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 1985. Setelah terjadi kericuhan di tubuh PPP tentang tindak lanjut mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan DPP PPP, ia kehilangan jabatan selaku Ketua umum DPP PPP.

Namun masih banyak jabatan yang didudukinya, di antaranya Wakil Ketua PB Nahdatul Ulama (NU), Ketua NUI di wilayah DKI Jakarta, Rektor Universitas Jakarta (Unija), serta Direktur PT Pelita Persatuan.

Pada masa pendudukan Jepang, Syah Manaf duduk di bangku SMP menjadi pemimpin regu di sekolahnya yang mendapat pendidikan militer. Pada saat zaman Revolusi, Syah Manaf bergabung dengan TKR Divisi Siliwangi yang berada di Jawa Barat.

PENGABDIAN ROCHJANI SOE’OED

Sjahindra Manaf, putra dari Sjah Manaf, mengatakan bahwa M. Rochjani Soe’oed pernah menjadi Dekan Fakultas Hukum Unija.

Penjelasan senada disampaikan oleh Hasby Ma’arif yang bekerja di Unija sejak 1973 ketika perguruan tinggi itu masih berkampus di Gang Kenari, Jakarta Pusat. Kampus tersebut. kini menjadi Museum Muhammad Husni Thamrin. “Pak Rochjani juga pernah Pembantu Rektor II Bidang Administrasi dan Keuangan,” katanya.

Ketika itu Ketua Yayasan dijabat oleh HM Sjah Manaf dan Rektor Prof. Dr. H. Arifin Abdurrahman.  Sedangkan Purek I adalah H. Hoot SH. Sebagai Purek II, Rochjani Soe’oed cukup lama menjabat hingga ia meninggal dunia pada 1977.

Hasby menjelaskan bahwa pendiri Universitas Jakarta adalah Dr. H. Asmawi Manaf, SH, H. Root SH, Prof. Dr. Ir. Moh. Tasli Napis, SE, MM, PHD, dan Drs. H. Hamami Sa’aman.

Sejak beridri pada 1964, Rochjani mengajar di Fakultas Hukum Unija ketika masih berkampus di bilangan Utan Kayu, Jakarta Timur. Begitu pun setelah ia pensiun sebagai Wakil Kepala Pengadilan Tinggi Jakarta yang berlokasi di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Rully Soe’oed, cucu dari Rochjani Soe’oed mengatakan bahwa kakeknya mengabdikan diri pada universitas tersebut. Ardjenas Soe’oed, ibunya yang bekerja di Dinas Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang mengurus perizinan untuk Unija. “Dahulu kampusnya di Jalan Kenari, Jakarta Pusat,” katanya.

Dalam pengurusan perizinan itu Ardjenas memiliki peran yang signifikan. Istri dari Baharuddin Soe’oed tersebut terakhir sebagai Kepala Subdit di Dikti Divisi Pengabdian pada Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional. Setelah pensiun, Ardjenas mengajar sebagai widyaiswara di Diknas yang berkampus di Sawangan,  Depok, Jawa Barat.

Rully sangat yakin bahwa kakeknya mengabdi secara penuh pada perguruan tinggi tersebut. Setelah Indonesia merdeka, Rochjani memang berkiprah di dunia pengadilan sebagai hakim dan mendirikan Unija.

Unija didirikan untuk kemaslahatan orang Betawi sehingga mengangkat harkat dan martabat kaum yang menjadi penduduk inti kota Jakarta.

Lahyanto Nadie di Universitas Jakarta

“Papi naik bajaj mengajar di Unija dari rumahnya di Kepu, Kemayoran,” kenang Wen Wahab Abdurrahman, menantu Rochjani Soe’oed.

Saya juga ingin bernostalgia dan ngobrol dengan Ibu Rektor. Sayang, pesan belum terbalas.

“Thank yo for your message. We’re unavaliable right now, but will respond as soon ass possible.”

Cerita Hasby tentang Rochjani sebagai pemimpin dia orang baik dan dekat dengan anak buah. Dengan siapa pun dia menyapa. Orang low profile. Di bawah dia orang merasa nyaman. Pegawai di bawah Rochjani.

Pindah kampus karena gedun Muhammad Husni Thamrin dijadikan museum oleh Gubernur Ali Sadikin pada 1973. Awalnya kampus hanya satu lantai.

Hubungan sesama pimpinan dan dosen juga baik. Tapi sesama anak Betawi juga suka becanda. Misalnya jika ada karyawan yang meminjam uang maka ditanyakan. “Ngapain luh, minjem mulu tapi akhirnya dikasih juga.”

Hasby kuliah di Unija sampai sarjana muda pernah datang ke rumah Rochjani di Kepu, Kemayoran, untuk meminta tanda tangan sebagai Wakil Rektor. Rochjani pribadi yang menyenangkan meskipun pernah marah juga namanya juga manusia. Marahnya dia bagaimana seorang ayah kepada anaknya. “Tidak keluar jalur,” ujarnya.

Kenangan yang paling berkesan adalah rasa kasih sayang karena ia menganggap karyawan bukan sebagai bawahan tapi memberikan semangat agar karyawan bisa lebih maju. “Kita diperlakukan sebagai keluarga,” ujar Hasby.

Mahbub Djunaedi pernah menjadi dekan FISIP Unija. “Tokoh-tokoh Betawi ketika itu memajukan orang-orang Betawi melalui pendidikan tinggi.”

*) Ditulis oleh Lahyanto Nadie, redaktur khusus Indowork.id

What is your reaction?

0
Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly

You may also like

Comments are closed.

More in Bisnis